Hari ini euphoria kelulusan mencuat ke permukaan. Aku
yakin. Setiap wanita pergi ke salon pagi-pagi sekali untuk didandani bak
seorang selebritis. Setiap lelaki pun pasti sudah menyiapkan jas dan celana
terbaiknya masing-masing.
Mereka
semua sepertinya tersenyum bahagia. Tapi aku menangis sengguk. Membayangkan
mungkin hari ini adalah hari terakhir aku dapat berjumpa denganmu, melihat
senyumanmu, berdiri di sampingmu, dan segala hal yang biasa kulakukan denganmu.
Hari
ini juga adalah akhir dari perjalanan fase kehidupan yang satu, menuju gerbang
fase kehidupan yang lain. Setiap dari kami berkeinginan untuk mendapatkan
penghidupan yang layak setelahnya. Untuk itu kami pergi merantau, mengejar ilmu
setinggi mungkin di dunia formalitas. Mama,
Bapak, Aa, Teh Nengni, Teteh, Aferdi, Na, Epang, dan Panjul, terima kasih
untuk dukungan dan doa kalian. Untuk kalian, bukan tulisan ini sebagai ungkapan
terima kasih, tapi lebih.
Selama
tiga tahun… banyak sekali suka yang kulewati. Duka pun adalah sukaku. Mulai
dari pertemuan dengan beberapa sahabat dengan cerita dan keunikannya
masing-masing, bergabung dalam sebuah lingkaran keluarga lain, permasalahan
yang penuh pelajaran dan hikmah, serta pertemuan indah dengan kamu.
Berat
hati sebenarnya harus meninggalkan dunia yang selama tiga tahun sudah kulewati.
Bagaimana tidak… di dunia baru tersebut, aku bertemu dengan Oma si sensitif yang keibuan berhati
rapuh, Ayu si labil yang bijak, Ade si ramai yang penuh perhatian, Mpok si tomboy yang feminine, belum
lagi ada Martina atlet yang baik
hati, Khalid sang sahabat berhati
sensitif namun bijak, Hana sang
penolong dengan bukunya, Madihah Salwa
si ibu GM yang baik hatinya dan tidak pernah sungkan untuk direpotkan, NII sang pencerah, Triska si penjual Tupperware (hehe), Om yang pandai berbicara, Adit
si pemilik buah tangan, Adrian yang
selalu memanggil Vani bana-bana, Halim
si pejuang yang pantang menyerah, Hafiz
si pandai dengan candaan menarik, Anis
si pintar yang baik budinya, Endah
si feminine yang cantik, Adit sang pemberi buah tangan yang tulus, dan ada Rolan
Pranando. Si abang yang cuek, dingin, tapi dewasa dan bijak. Ada juga Rahmat dan Azmi yang sudah menemani sidang.
Bukan
cuma mereka, masih ada beberapa orang yang kutemui, mewarnai indahnya hidup
selama tiga tahun. Fitri Mulyani.
Teman seperjuangan yang pantang menyerah. Di detik-detik akhir pengumpulan
skripsi. Maju terus Mpit mengejar pembimbingnya. Bukan cuma itu. Aku belajar
bersyukur darinya. Ketika apa yang terjadi tidak sesuai harapan, Fitri tetap
berucap syukur dengan wajah bahagianya. Di tengah kerisauannya menyelesaikan
revisi skripsi, Fitri berhasil dengan baik.
Maynina Norshela. Semoga tidak salah menulis namanya. Ini wanita luar biasa
yang kutemui. Sangat luar biasa. Kehidupan pribadinya yang rumit tidak
menjadikannya sebagai sosok wanita penyedih. Nina terlihat sangat tegar dan
ceria. Walaupun Nina polos, dia adalah pejuang yang pantang menyerah juga.
Darinya aku belajar untuk tidak pernah menunjukkan kesedihan pada orang lain,
darinya aku belajar bahwa hidup harus terus berjalan, darinya aku harus belajar
untuk menjadi pribadi yang rendah hati. Ada lagi. Rafika Mardilasari. Ini dia! Sejak awal kami berjuang bersama.
Mulai dari rebutan pembimbing (hehe) sampai akhirnya kami selesai bersama.
Fikong ini penuh kasih sayang. Pancaran matanya sangat tulus. Darinya aku
belajar bahwa segala hal ada konsekuensinya. Aku juga belajar untuk tidak
pernah mempedulikan orang yang tidak mendukung kita, dari seorang Fikong.
Fikong wanita yang luar biasa. Cinta kasih selalu menyelimutinya. Ada juga Nastiti. Nanas orang yang asik.
Melihatnya tidak berhenti aku mengangkat satu kata: kagum. Ketenangannya luar
biasa. Dialah wanita tenang yang selalu kukagumi. Ratih. Hei. Wanita ini si pemilik otak emas. Kepintaran akademisnya
oke. Aku bersemangat setiap kali mendengarnya bercerita. Ada aura lain yang
terpancar dari wajahnya. Paskarinda.
Si cantik bersuara unik. Paska pantang menyerah. Walau sulit sekali mendapatkan
objek untuk penelitian, paska tidak pernah mundur. Dia selalu maju. Darinya
juga aku belajar kerendah hatian. Yang terakhir, ada Fenny. Fenny ini time manager yang mantap sekali. Ditengah
kesibukannya berorganisasi (apa ya nama organisasinya? Tapi yang jelas…
organisasi yang menghantar anggota nya keluar negeri gitu. Hahha) dia bisa menyelesaikan
studi dengan cepat. Semula melihat Fenny, aku pikir, dia orang kaya yang senang
membanggakan kekayaan orang tuanya. Tapi ternyata TIDAK. Fennya adalah potret
wanita dewasa yang mandiri. Senang rasanya bertemu dengan kawan bukan kawan,
tapi sahabat seperjuangan seperti mereka.
Dalam
tulisan ini, aku juga mau mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman di
Embun. Kita adalah embun yang menyegarkan di pagi hari. Yang tidak jua pernah
hilang di makan zaman. Kita adalah embun, bening, bersih, dan suci. Semoga hati
kita seperti embun. Buat Doni,
terima kasih bunga dari TM 2010-nya. Buat Uti,
Mayang, Pucu, Bimo, Bari, Reza, Adit, Alwin, Nino, Surya, Acha, Tambunan, Boy
Rahman, Nadia, Risti, Dea, Pipit, dan yang terakhir, terima kasih untuk Vinda yang kemaren sudah menyelimuti
dan memelukku dengan hangat. Akhirnya bisa tidur dengan nyenyak sampai subuh :D
Ada
juga sahabat lain yang berhak menerima ucapan terima kasihku. Dukungan kalian
selama ini luar biasa. Sangat luar biasa. Sahabat-sahabat GAMUS. Heni, Eka, Nita, Dita, April, Tomi,
adik-adikku: Nikki, Tri, Devita, Fira,
Titin, dan semua pihak yang tidak pernah bisa kusebutkan satu per satu.
Bahkan ucapan terima kasih saja tidak akan pernah cukup untuk membalas dukungan
kalian semuanya.
Yang
paling berkesan belakangan ini adalah… bergabung dengan sahabat di UKBM. Ini
berkat abang. Terima kasih abang karena sudah mengenalkanku pada dunia lain
yang indah. Mereka sangat baik. Semua “Welcome”. Ada Fifi, Je, Vepe (istri pertama abang. Hehe), Manda, Dina, Mega, Ocha, Riska,
Jimmi, adikku tersayang: Eka, dan
semuanya. Mereka keluarga baru bagiku. Rasanya berat juga harus berpisah dengan
mereka. fiuh.
Buat
akang-akang yang selama ini juga memberi dukungan, ada Kang Ardhi, Mas Daus, Kang Adi, Kang Almi, Kang Ramdan, kang Akbar, dan Kang yang tidak mau
disebutkan namanya. Hahaha. Bu Norita juga.
Terima kasih ibu. Sudah menjadi ibuku yang membimbingku menyelesaikan tugas
akhir dengan indah. Terima kasih juga sudah memberikan dukungan yang paling
baik. Aku selalu ingat, ibu pun berjuang agar aku bisa lulus 3 tahun. Terima
kasih ibu. Ada aku dan ibu, menjadi kita.
Yang
terakhir, teman-teman kelas J. ada Yeula,
Yovita, Auva, Anisah, Febri, Alen, Ekki, Agung, syifa, Inki, Nisa, Dita, Nurul,
Putri, Ayulia, Aris, Ulil, Icapalu, Rully, Deta, semuanya.
Kalau boleh memilih untuk menetap di sini atau pergi,
barangkali aku akan memilih untuk menetap di sini, tapi sahabat, impianku lebih
besar. Hingga akhirnya impianku sendiri yang mengharuskanku untuk pergi lalu berlari
secepatnya.