Kalau tadi nulis seputar
kebijakan pemerintah pake sapaan “Saya” sekarang akan diganti menjadi “aku”
karena tulisan kali ini adalah pendapat tentang dunia organisasi.
Ada yang bilang organisasi adalah
sebuah wadah dimana di dalamnya terdapat beberapa orang yang memiliki tujuan
yang sama. setidaknya penjelasan itulah yang aku dapat saat pertama kali
tercebur ke dalam kolam yang disebut organisasi.
Bukan organisasinya yang mau aku
angkat disini, tapi lebih mengangkat “apa yang terjadi di dalam sebuah organisasi”
atau mungkin lebih tepatnya “apa yang biasanya terjadi dalam sebuah
organisasi.”
Sekali lagi aku menegaskan
disini, aku adalah seorang mahasiswi yang dengan kekurangannya mencoba masuk ke
sebuah medan bernama organisasi. mahasiswi yang masih belajar memprioritaskan
sesuatu. Jadi ini isi kepalaku. Mohon jangan didebat. Karena kalian yang
membaca pasti punya isi-isi lain.
Pernah mendengar ungkapan, “jangan mencari siapa yang salah tapi
mencari apa yang salah”?
Kalimat yang kena hati diawal
kemunculannya ke permukaan. Pas sekali. Aku mengangguk. Membenarkan kalimat
“jangan mencari siapa yang salah, tapi apa yang salah”. Aku setuju. PADA
AWALNYA.
Tapi sekarang, aku memberi skor 50 : 50. Setengah setuju dan
setengahnya lagi tidak setuju.
Kali ini aku mau berbagi kenapa
aku tidak setuju dulu. Kalau kita selalu mencari apa yang salah, berarti tidak
perlu ada pengadilan. Bukan begitu? Benarkan jika aku salah. Benarkan jika isi
kepalaku salah. Bukan hakimi aku. Dalam sebuah pengadilan, mereka mencari siapa
yang bersalah. Bukan apa yang salah. Mereka mencari siapa yang bersalah dan
bahkan menjatuhkan hukuman kepada si pembuat salah. Kalau terus mencari apa
yang salah, maka dijamin. Tidak akan ada koruptor yang ditahan. Karena mereka
tidak bersalah. Sekali lagi, “bukan siapa yang salah”. Lalu terdapat sanggahan.
Kalimat “Bukan mencari siapa yang salah tapi apa yang salah” hanya berlaku pada
sebuah organisasi. aku pun menyanggahnya lagi; bukankah pemerintahan, sebuah
institusi negara, merupakan organisasi juga? Lalu jika “apa yang salah” adalah
hal yang paling dicari, maka mereka para pencari fakta di sebuah komisi
pemberantasan korupsi hanya akan berkutat mencari “apa yang salah” lalu
mengabaikan “siapa yang salah”.
Lalu? Apa yang membuat aku setuju
dengan kalimat itu? hanya 1: ketika kita berupaya mencari siapa yang salah, it
means… kita menyalahkan orang lain. Padahal
kita perlu mengintrospeksi diri-sendiri dulu. Ini dia beberapa alasan
mengapa aku menyetujui “bukan siapa yang salah tapi apa yang salah”.
Pernahkan kita berpikir bahwa orang di sisi kita pergi meninggalkan
kita karena ulah kita sendiri? Baiklah kalau terlalu rumit, dan kembali ke
pembahasan awal pada sebuah organisasi. yaitu bagaimana jika yang pergi dari
sisi kita adalah bawahan kita. Bagaimana yang pergi dari sisi kita adalah orang
penting dalam sebuah organisasi kita, yang ketika dia pergi, kita kewalahan.
Bagaimana? Menyalahkannya dan mengatakan dirinya lepas tanggung jawab? Lalu
mengatakan, “aku sudah berusaha mengingatkannya, tapi tetap saja. pada dasarnya
dia yang malas. Dia yang tidak bertanggung jawab.” Alah! Perkataan macam apa
itu? terus saja menyalahkan orang lain atas sesuatu yang tidak berjalan
semestinya. Kenapa kita tidak introspeksi diri. Jangan-jangan di awalnya dia
tidak mau pergi, tapi karena diri kita sendiri, sikap yang tidak kita sadari,
kata yang tidak kita sadari, dan segala hal tidak enak yang keluar dalam diri
kitalah yang membuatnya pergi.
Tahu salah satu alasan mengapa
seorang karyawan bisa keluar atau dikeluarkan dari perusahaannya? Karena
budayanya tidak sesuai dengan budaya perusahaan. Jangan-jangan itu menjadi
salah satu sebab mengapa sahabat kita di satu organisasi memilih keluar dari
organisasi dan meninggalkan tanggung jawabnya. Bukan karena keinginannya. Tapi
mungkin karena budaya organisasi kita
yang berbeda atau memang yang tiba-tiba berubah lalu berbeda dengan budayanya.
Karena pola pemikiran petinggi-petinggi
organisasi yang bertentangan dengan pola pemikirannya.
Atau alasan lain mengapa karyawan
keluar dari perusahaan? Mungkin karena kurangnya
apresiasi. Karyawan bekerja terlalu keras, tapi tidak mendapatkan apresiasi.
Seperti seorang anggota organisasi. Dia
bekerja keras, menyelesaikan tanggung jawabnya, menyelesaikan program
kerjanya, tapi tidak mendapat apresiasi. Apresiasi
menurutku bukan sekadar ucapan,
“terimakasih ya sudah menjalankan prokernya” bukan juga sekadar “kamu hebat!
Ini ada hadiah buat kamu” tapi lebih ke dalam bentuk bagaimana membuat orang
tersebut lebih dihargai. Sekalinya dia meninggalkan tanggung jawabnya,
bukan berarti ia akan acuh selamanya. Sehingga menurutku, apresiasi itu
seperti… bagaimana membuat orang yang bersangkutan merasa lebih dihargai.
Mengajaknya terlibat lagi untuk menjalankan tanggung jawabnya. Bukan malah
mengatakan, “saya sudah mengingatkannya. Saya sudah mengajaknya” dan
sebagainya. Kalimat yang memojokkan dia yang akan pergi meninggalkan organisasi
kita. Kalau itu dilakukan, dijamin. Orang tersebut akan pergi. Dan yakinlah…
ketika kita memperlakukan orang seperti itu, maka kita pun akan diperlakukan
seperti itu.
Hilangkanlah perkataan “yaudahlah. Lupain! Kita nggak butuh dia. Jangan
sampai ngemis!” ketika membiarkan seorang pergi. Katanya kita harus
merangkul orang yang akan pergi. Tapi kenapa ketika orang itu ingin pergi kita
mengatakan “kita nggak butuh dia. Biarin dia pergi” atau sejenisnya. Kenapa? Yang terpenting… dalam pengupayaan mengajaknya
kembali, kita tidak boleh mengabaikan tanggung jawab kita. Yaitu mengambil alih
tanggung jawab yang ia tinggalkan. Lakukan dengan baik. selaraskan semuanya.
Seimbangkan.
Kesimpulannya; kalimat “bukan mencari siapa yang salah
tapi apa yang salah” tepat diterapkan dalam sebuah organisasi, tapi dengan
konteks yang berbeda.
Sekali lagi. itu isi kepalaku.
Bertentangan dengan isi kepalamu? Silahkan! Itu pendapatku, maka bangunlah
pendapatmu sendiri. Perbedaan akan tetap
ada. yang tidak boleh adalah perpecah belahan. Ketika aku menguraikan
pendapat dalam sebuah kalimat, maka ketahuilah… itu merupakan caraku untuk mengintrospeksi diriku-sendiri. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar