Akhirnya menulis lagi. Setelah 3
hari berpetualang di Kota Metropolitan, aku kembali ke kota kembang
tepat pukul 15.30. Dijemput oleh dia yang dulu ada di ruang khusus hati
ini. Terimasih. kini silaturahim kita tetap terjaga. karena kamu sudah
kuanggap sebagai kelaurga. :)
Teringat perbincangan dengan Na beberapa waktu lalu sebelum ke Jakarta;
Na
: "Ni, udah saatnya loh kamu pilih seseorang yang mapan lahir batin
terus mulai deh membina masa depan barengan kaya Na sama ***."
Ni : "Ah elah na... aku kan belum nemu."
Na : "Siapa kek gitu. si *****. Kayanya baik. Nggak kurang ajar. Biar kita bisa nikah sama-sama."
...
..
.
Aku
terdiam. Kabita (kepengen) kaya Na sebenarnya, yang sudah punya
seseorang untuk diajak serius membina mahligai perkawinan di masa depan.
Tiba-tiba aku mulai memikirkan perkataan saudari kembarku semalaman
hingga mata terpejam.
Tenggelamnya
aku dalam dunia pemikiran membuat tangan mengetik serangkaian nomor as.
Menceritakan apa yang baru saja dikatakan oleh saudari kembarku itu.
Dia yang di sana mulai merespon. Entahlah. Dari text-nya kusimpulkan
bahwa ia tengah mengkhawatirkan kemapannya saat ini. hmmmm....
rasanya....
Pikiran akan
seseorang yang mapan lahir batin untuk meniti masa depan bersama,
rasanya... sudah menghanyutkan alam lamunku begitu jauh. Mulai penasaran
siapa sesungguhnya sosok yang telah disiapkan Allah untukku di kemudian
hari. "Ah! apaan sih! bukan waktunya galau gara-gara masa depan yang
belum pasti kaleee... sekarang mah yang penting fokus melakukan segala
yang terbaik. memapankan batin dan lahirnya pribadi dulu, baru bakal
dapet yang mapan juga." Tekadku dalam hati.
Seketika pikiran yang tadi membuaiku melesat pergi, menghilang entah kemana.
Aku
selalu percaya janji Allah di QS. An-Nur, yang menyatakan bahwa
perempuan baik-baik hanya untuk laki-laki yang baik pula. Mungkin
begitupun dengan kemapanan. Jika lahirku sudah mapan, insyaAllah Dia
akan menyiapkan seseorang yang telah mapan untukku. Terlebih jika
batinku mapan, aku yakin, Dia pun akan kirimkan seseorang yang batinnya
telah mapan jua.
Mengapa
aku harus mapan? mapan yang menjadi target dalam hidupku bukanlah
sampai punya rumah atau mobil. maksudnya, aku tidak perlu harus punya
rumah dan mobil baru menikah. tapi setidaknya, aku harus bisa mandiri
dari segi keuangan. aku harus bisa mandiri dalam kehidupan, segala hal.
mengurus diri sendiri dengan mandiri dari berbagai aspek. dengan begitu,
aku akan menikah.
Mapan
batin. hey! menikah bukan cuma uang. haruslah ada ilmunya. haruslah
niatnya yang baik, yang semata-mata karena Allah. jika tidak. nafsu deh
yang akan menuntun pernikahan kelak. nah... aku ingin memapankan batinku
dulu. mencari ilmunya yang sesuai dengan syari'at. aku ingin sekali
menjadi istri yang kelak menunggu suamiku di surga dengan gelar bidadari
surga. aku ingin. untuknya aku harus mempersiapkan, meniti, dan
mengokohkan niatku menikah untuk menyempurnakan sebagian ibadahku.
Aaahh.. rasanya kalau bicara tentang pernikahan, selalu saja ingin segera menggapainya. Tapi aku harus bersabar. Menunggu seseorang di sana. Kalau memang dia jodohku, Allah akan segera kirimkan dia untukku dalam keadaan sebaik-baiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar