Rabu, 31 Desember 2014

Berjalanlah (2)

Kamu menyendiri di teras depan. Duduk. Memperhatikan aliran air dalam kolam. Memperhatikan angin yang menderu menghepas bulu matamu. Air matamu mengalir landay. Merenungi ucapan tadi : NENG NGGAK SAMA SEPERTI ANAK-ANAK LAINNYA.
            “Kenapa harus saya, Ya Allah? Saya suka berjalan-jalan. Saya suka berlari. Saya suka melakukan banyak hal. Lalu kenapa harus saya yang tidak bisa melakukan hal yang saya suka?” Tanyamu dalam hati yang berontak.
            “Assalamualaikum...” Datang seorang wanita yang menggendong seorang anak. Rambutnya diikat rapi. Kulitnya berwarna kuning cerah. Pakaiannya sangat sederhana.
            “Waalaikumussalam.” Kamu menjawab perlahan.
            Kamu berjalan memasuki ruang tamu. Mengikuti wanita itu di belakangnya. “Berobat juga?” Tanyamu memulai pembicaraan.
            “Iya.”
            “Sakit apa, Bu?”
            “Ini yang sakit.” Wanita itu menunjuk pada anak yang sedang digendongnya.
            “Anaknya?” Tanyaku ramah.
            “Bukan. Anak majikan saya. Ibu bapaknya lagi kerja. Jadi kesini sama neneknya dan saya.”
            Sebut saja namanya Melati. Melati mengidap autis. Entah harus menyebutnya autis atau bukan. Hanya saja. Dia berbeda. Dia lebih istimewa dari pada kamu, Bunga. Meski sering orang memandangnya dengan keanehan, dia tetap tidak peduli. Dia selalu tersenyum. Seharusnya kamu pun seperti itu. Jangan peduli seberapa kurangnya kamu. Jangan pernah pedulikan mereka yang bertanya aneh tentang penyakitmu. Setidaknya kamu masih dapat menggunakan kaki-kakimu untuk berjalan, kamu tidak perlu digendong untuk menuju tempat yang kamu inginkan. Orang tuamu masih sangat meluangkan waktunya untuk mengantarmu berobat, Bunga. Kamu hanya diminta melalui apa yang Allah SWT takdirkan untukmu, bukan memecahkan hal itu. Jangan terlalu keras berpikir, Bunga. Jangan terlalu senang bersedih, Bunga. Kamu hanya perlu ikhtiar, doa, dan tawakal. Satu lagi : bersyukur. Itu saja.
            Dalam renunganmu. Allah SWT langsung menunjukkan jawaban-Nya. Air mata yang mengalir kini kering seketika. Kamu melempar senyum tulus seperti biasanya kepada kedua orang tuamu. Kamu melegakan hati mereka. Tidakkah kamu pernah berpikir bahwa disudut hati kecil mereka, mereka menyesal dan mempertanyakan kepada Illahi tentang penyakit yang kamu derita? Tapi Bunga, mereka tegar di hadapanmu untuk membantumu untuk tetap bertahan. Bertahan di jalan yang Allah SWT buat agar kamu tetap lurus. Agar kamu tidak menyimpang. Agar kamu dapat melalui semuanya. Mereka menggandengmu, Bunga. meski fisik tidak selalu di sisimu, doa mereka menggandengmu melewati jalan yang kamu rasa itu berat. Laluilah jalan itu. Buat mereka bahagia. Mereka tidak butuh apa-apa. Mereka hanya ingin kamu berjalan lebih sehat dari sekarang. Ya. Mereka hanya ingin kamu sembuh.  

Tidak ada komentar: