Seharusnya hari ini menulis after
having sahur. Tapi karena asik membaca buku Keydo karangan bunda Tatty Elmir
yang sudah lama kutangguhkan akibat membaca buku Keown, Ross, Nafarin, dsb, aku
jadi lupa harus buka blog. Kali ini, pak Quraish Sihab membahas tentang tafsir
dari surat Al-Anfal ayat 19-26.
(ini yang paling saya ingat)
Menurut pak Quraish Sihab, kita
mendengar untuk bias faham. Kita faham untuk memperkenankan. Ketika kita bias faham,
maka kita memperkenankan diri untuk mengabdi pada Allah semata. Nah loh untuk bias mengabdi itu… tidak
semua hal dapat kita dengar. Hal-hal positif, yang baik-baik saja yang dapat
membuat kita faham untuk lalu memperkenankan diri mengabdi pada Allah semata. Tapi
kalau kita mendengar hal yang tidak baik, maka kita pun tidak akan faham.
Kalau dipikir-pikir, bisa juga
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ingat hari pertama saat bulan Ramadhan.
Pak Quraish menyatakan bahwa kita harus memperbaiki hubungan dasar kita dengan sesama.
Untuk dapat memperkenankan diri memiliki dasar hubungan yang baik dengan sesama,
kita harus faham sifat dan karakter satu sama lain, untuk dapat memahaminya,
kita harus mendengar. Menurutku dalam artian bukan mendengar dari orang lain.
tapi dengarlah dari orang yang bersangkutan. Misalnya, aku pengen tahu tentang
A untuk bisa memahaminya. Maka aku harus bertanya pada A. bukan berkutat dengan
kabar burung atau desas-desus tetangga. Kita harus membuka telinga kita
lebar-lebar untuk mendengarkan satu sama lain. dengan begitu kita bisa lebih
memahami satu sama lain. ketika memahami itu… maka dasar hubungan kita akan
lebih baik. Memahami bukan berarti kita harus member perhatian ke banyak pria
(karena saya wanita). Bayangkan, ketika kita bisa memahami lingkungan sekitar
kita, tetangga kita, tahu dengan jelas karakter dan pribadi mereka, maka dapat
dengan mudah kita menjaga perkataan dan sikap kita kepada mereka. Sehingga mereka
pun tidak akan mudah terluka oleh kita. See? Mereka tidak terluka… hubungan
baik terjalin… kita pun terhindar dari dosa. Aamiiin.
Ada kriteria binatang yang paling
busuk di sisi Allah. Yaitu binatang yang bisu dan tuli. Bisu karena tidak mau
menebar kebaikan dan kebenaran. Dan tuli karena tidak mau mendengar kebenaran. Bayangkan.
Ketika kita menuli dan membisukan diri; maka kita lebih rendah bahkan dari
binatang. Hmmm… waktu dulu SMA, aku belajar biologi. Sang guru member tahu
bahwa hanya ada dua kelas besar di dunia; animalia dan plantae. Artinya hanya
ada binatang dan tumbuhan. Aku percaya kalau kita masuk klasifikasi hewan. Tapi
kita adalah binatang (hewan) dengan derajat paling tinggi karena Allah memberi
pikiran pada diri kita. (sekilas saja). Jadi kalau sampai kita tuli dan bisu negatif,
kita adalah binatang terburuk.
Allah membatasi manusia dengan
hatinya. Maka dari itu Allah lebih mengetahui apa yang ada di hati kita. Allah Maha
Menguasai hati manusia. Maka ketika hati berbolak-balik pun itu terjadi atas
kehendak Allah. Ketika kita senang dan tidak senang, cinta dan tidak cinta. Sehingga
Rasulullah saw pernah memohon kepada Allah untuk menjaga ketetapan hatinya.
Ketika sepasang kekasih yang dalam
ikatan halal merasa khawatir akan hati pasangannya, maka sebaiknya berdoa
kepada Allah. Memohon ketetapan hati pada pasangannya. Itu lebih mudah. Karena Allah
yang Maha membolak-balik hati manusia. Dia juga yang menghendaki apa yang
terjadi pada hati manusia. Tetapi jangan sampai kita menjadikan alasan atas
lebih dekatnya Allah dengan hati kita untuk tidak beriman. Jangan sampai
menduga bahwa iman kita Allah yang atur. Allah sesungguhnya memang dekat dengan
hati kita, tapi untuk beriman, Allah memberkan kebebasan kepada kita untuk
memilih.
*) saya tidak tahu banyak. Saya masih sangat bodoh. Yang
saya lakukan hanya membagi apa yang saya dapat walau sedikit. Lebih baik
berbagi sedikit tapi bermanfaat dari pada tidak berbagi bukan? Tulisan diatas
bersumber dari Pak Quraish Sihab yang mengacu pada Tafsir Al-Misbah dibumbui sedikit
pendapat penulis :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar