Selamat Anda lolos untuk tahap
Medical Check Up :
Bunga Zevalia Alamsyah
Tepat jam 11.00 WIB kamu menerima
pesan sms kalau kamu mendapatkan kesempatan MCU untuk level Officer di salah satu bank. Kamu
berteriak bahagia. Melompat-lompat kesana-kemari. Menghampiri mama yang sedang
asik di dapur. Kala itu, kamu memang ambil cuti satu minggu untuk tidak masuk
kantor.
Tubuhmu merasa kurang sehat.
Benar-benar kurang sehat. Waktu Andi mencampakkanmu. Si “istimewa” muncul bak
tamu yang tidak diundang. Hampir dua hari kamu tinggal di rumah Kak Revian.
Ditemani mama dan papa. Kondisimu semakin membaik. Meski masih saja setiap
malam kamu bertanya-tanya apa sebenarnya salahmu sampai Andi berubah seperti
ini.
“Alhamdulillah sayaaang...” Papa
mencium keningmu. Hangat sekali.
“Alhamdulillah...” Raut wajah mama
yang berbeda.
“Mama kenapa?” Tanyamu pelan sekali.
“Mama khawatir. Kalau Bunga beneran
masuk, nanti Bunga lebih sibuk dari sekarang. Bunga bisa sakit.” Mama menghapus
air mata yang jatuh.
“Mama nggak usah khawatir ALLAH lebih mengenal Bunga bahkan dari diri
Bunga sendiri. ALLAH nggak mungkin kasih kehendak yang salah. Kalau memang
Bunga lolos sampai akhir, berarti ALLAH tahu betul kalau Bunga mampu dan
pantas, ma. Ini mimpi Bunga, ma. Bunga bisa dapat kehidupan yang lebih baik.
Buat mama papa bangga. Bahagiain mama dan papa juga.”
“Iya, sayang. Mama selalu mendoakan
Bunga sehat dan baik-baik aja ya. Bunga mendapatkan semua yang terbaik.” Kamu
memeluk mama dengan erat.
“Allah pasti kasih yang terbaik buat
Bunga!” Papa menutup kesedihan pagi itu.
From :
Bunga
To :
Andi
Aa apa kabar? Semoga aa baik y. Aa
alhamdulillah neng lolos MCU.
Mksh doanya y a.
From :
Andi
To :
Bunga
Alhamdulillah, sayang... aa tau km
mampu dan km bisa
Aa bangga sama km
“Sayang?” Tidak pernah memberi kabar
beberapa minggu, Andi memanggilmu sayang setelah kamu memberi tahunya kalau
kamu lolos MCU? Apa-apaan dia? Apa dia hanya menginginkanmu setelah kamu
mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik?
Baiklah jangan berprasangka buruk
dulu ya. Biarlah waktu yang menjawab bagaimana tingkat ketulusan dia
mencintaimu.
“Pap, Bunga deg-degan banget.” Kamu
dan papa pergi ke Laboratorium yang ditunjuk untuk MCU.
“Kenapa sayang?”
“Bunga takut. Nanti kalau ternyata
spasmo Bunga terdeteksi, Bunga nggak lolos lagi, pa.”
“Bunga... sebenarnya itu juga yang
papa takutkan. Kita pulang lagi aja yuk. Nggak usah ikut.”
Hati kecilmu menolak. Kamu tahu
sekali kalau papa tidak ingin kamu kecewa. Papa hanya khawatir, kalau kamu
kecewa, spasmofiliamu akan bertambah parah. “Nggak, pa! Jangan! Kita jalan aja terus.”
Kamu terdiam. Dalam hati kamu berdoa, “Ya Rabb... jika memang masuk officer ini
adalah jalan terbaik dari-Mu, maka lancarkanlah perjalanan kami. Tapi jika aku
tidak lolos dan kuyakin itu pasti yang terbaik maka apapun dan bagaimanapun
caranya tolong sekali batalkan perjalanan kami.”
Ternyata...
Kamu tiba di Laboratorium.
“Allah punya rencana.” Kamu yakin
sekali.
Sejak kamu memberikan kabar pada
Andi kalau kamu lolos untuk MCU, Andi jadi lebih sering menghubungimu. Walaupun
hanya lewat whatsapp. Satu hari
mungkin bisa saja tiga sampai empat kali. Kamu mulai merasakan kembali
kehadirannya yang sempat hilang. Kamu merasakan kembali kalau kamu benar-benar
punya seseorang untuk menguatkanmu, seseorang untuk mencintaimu, dan seseorang
yang sanggup menantimu.
Satu minggu sudah kamu ambil cuti.
Kamu harus masuk kerja lagi. Menjalani hari-hari seperti biasa. Sibuk sambil menunggu. Sambil menunggu
pengumuman yang lolos posisi officer, kamu menyibukkan diri dengan berbagai
macam hal. Menjahit. Ya salah satunya menjahit. Banyak desain baju yang belum
sempat terrealisasi karena kamu harus istirahat lebih lama.
Andi pernah membelikanmu sebuah
mesin jahit mini, “Supaya kamu nggak sering main keluar.” Begitu ucapnya. Dia
memang selalu mendukung keterampilan yang kamu miliki.
“Mini.”
Begitu kamu menamai mesin jahit berwarna putih-ungu itu. Mesinnya memang kecil,
tapi kecil-kecil cabe rawit. Meski mesin jahitnya kecil, mesin itu mampu
menjahit baju yang panjang dan bahan yang agak tebal. Luar biasa. Andi pun membelikanmu
mesin jahit, agar kamu bisa menjahitkan celananya yang berlubang. Aaah! Kamu
sungguh istri idaman. Sering kali kamu mengunjungi rumah Andi, hanya sekedar
mencuci dan menyetrika baju-bajunya. Andi sering membawa baju kotornya ke laundry. Hanya saja hasil yang tidak
terlalu memuaskanmu, kamu lebih sering datang ke rumahnya untuk mencuci dan
menyetrika bajunya. “Apa bedanya. Toh nanti setelah menikah aku juga yang akan
mencuci dan menyetrika bajumu.” Begitu ucapmu setiap kali Andi menolak untuk
dicucikan baju.
Seringkali
juga dia bilang, “Kamu memang calon istri idaman aa, sayang.”
Menjahit
kancing kemejanya yang lepas atau menjahit celananya yang berlubang, hal yang
sudah biasa kamu lakukan. Kalian berpacaran secara sehat. Banyak teman-teman
kantor yang iri melihat kalian.
Hari
Kamis, kamu dan beberapa teman marketing
menghadiri rapat kordinasi yang biasa diadakan satu bulan satu kali. Pimpinan
Cabang mengevaluasi target kalian satu persatu. Syukurlah targetmu sudah
tercapai lebih dari 100%.
Handphone-mu bergetar. Ada nomor asing yang
menghubungimu. Nomor jakarta. Kamu permisi keluar ruangan.
“Halo Assalamualaikum.” Kamu mengangkat telepon.
Dari
sebrang sana ada suara lelaki yang sangat jelas, “Selamat pagi... Dengan Bunga Zavelia Alamsyah?”
“Iya betul, mas. Ada
yang bisa saya bantu?”
“Bunga, kemaren
mengikuti MCU ya? Hasilnya sudah keluar. Selamat! Anda lolos untuk serangkaian
seleksi officer. Sehingga hari Senin diharapkan kehadirannya di Pusat
Pendidikan dan Latihan. Akan ada penanda tanganan kontrak untuk pendidikan
selama satu tahun. Dress code dan berbagai perlengkapan harus dibawa sudah kamu
publikasikan di website, silahkan dicek. Ada yang mau ditanyakan?”
Hatimu
langsung membludak. Matamu berkaca-kaca. Campur aduk sudah. Bahagia, bangga,
senang, dan sekaligus sedih. “Jam berapa,
mas?”
“Jam 08,00 WIB sudah
berada di lokasi ya.”
Kamu
menutup telepon dan langsung menghubungi kedua orang tuamu. Menyampaikan kabar
yang mungkin menjadi kabar gembira.
Suara
papa begitu tinggi. Menggambarkan rasa bahagia dan bangga yang hadir. Berbeda dengan
papa, mama menangis. “Ini rejeki Bunga
ya, sayang.” Kamu juga langsung menghubungi ketiga saudara kandungmu.
Semuanya memberimu selamat dan ucapan rasa bangga.
Ada
nomor terakhir yang kamu tekan. Nomor yang selalu berusaha untuk kamu lupakan
dengan menghapusnya di phonebook.
Kamu menekannya, dan... “Aa.
Alhamdulillah neng lolos MCU kemaren, a.”
“Alhamdulillah...
sayaaaang. Aa bangga sama kamu. Terus selanjutnya kayak gimana?”
“Neng harus dateng Senin
besok, a. Tanda tangan kontrak sebagai trainee. Nah karena pada hari itu juga
neng harus cus ke Sukabumi dan outbound. Jadi neng harus udah pindah. Karena
hari Rabu kos neng udah harus dibayar. Jadi hari Minggu nanti, mama papa
temenin neng pindahan.”
“Ya udah. Kamu atur aja.
Aa ke kelas dulu ya.”
“Love you, a.”
“Love
you too, neng.”
Kata cinta terakhir yang kamu dengar
sebelum dia juga memutuskan untuk menghilang (lagi) dari peredaran hidupmu.
Senin,
19 Mei
From :
Bunga
To :
Andi
Aa, neng masih deg2an dan tiba2
ragu.
Kalo neng ambil pendidikan ini, kita
belum bsa nikah 2 taun
Gmn ya?
From :
Andi
To :
Bunga
Sayang, smua psti ada jalannya. Km
hrs yakin ya. Kita pasti nikah.
Hanya sms dari Andi yang memantapkan
hatimu. Dia bilang, tidak masalah bila harus menunda pernikahan sampai dua
tahun.
Bertemu teman-teman baru. Ada
sekitar 40 orang di dalam ruangan yang luas itu. Mejanya membentuk huruf U.
Teman-teman lain menggunakan baju putih hitam. Mereka juga membawa koper yang
cukup banyak. Koper yang sebelumnya disimpan di kamar hotel samping Pusdiklat.
Dari ujung sebrang sana, ada seorang
wanita manis. Hidungnya mancung. Meski berkulit gelap, kulitnya tetap terlihat
sehat dan berseri. Cantik. Bela namanya. Lalu pandanganmu terus memutar.
Mencari-cari orang lain yang lebih bersahabat. Di sebelah kananmu ada Andre. Lelaki
kelahiran tahun 1993. Lulusan President University. Dari cara dia bicara dan
menatap orang, terlihat sekali kalau dia memiliki percaya diri yang tinggi.
Kamu sudah mengenalnya di Laboratorium saat MCU. Di sebelah kiri, ada wanita
yang nampaknya bagian dari hijabers gitu. Devi. Ya. Devi namanya. Benar ada 40
orang. Dan kamu harus menghapal nama mereka semuanya tanpa terkecuali.
Acara penyambutan telah dimulai.
Kalian resmi menjadi tanggung jawab Divisi Diklat seutuhnya. Selama satu tahun
kalian harus menjalani dan mematuhi aturan yang ada. Resmi sudah kamu kembali
menjadi siswa. Belajar, belajar, dan belajar.
Acara selesai pukul 18.30 WIB.
Kalian harus langsung berangkat outbound ke
Sukabumi. Selama dua minggu kalian akan digojlok, digodog untuk mental yang
lebih siap. Lepas magrib, kalian semua berganti pakaian, mengenakan sepatu olah
raga. Kalian mulai akrab satu sama lain.
Memasuki bus. Berpamitan dengan
keluarga walau hanya lewat telepon. Kalian berseri-seri. Kalian. Yang kata
orang lain adalah orang-orang pilihan. Kalian yang sebenarnya sudah bermental
kuat. Karena ketika kalian menandatangani kontrak tadi siang, kalian harus siap
mengenyam pendidikan selama satu tahun, kalian harus siap untuk ditempatkan di
seluruh Indonesia, jauh dari keluarga. Dan hal yang lebih berat untukmu, kamu
harus menunda pernikahan dengan lelaki yang sunggu kamu sendiri tidak yakin
bahwa dia benar-benar akan menikahimu.
Sampai
jumpa sekembalinya dirimu dari Sukabumi, Bunga...
Selama disana, kamu
tidak boleh memegang handphone walau
sesaat bukan? Berhati-hatilah di sana. Yakinlah bahwa Allah tidak pernah tidur
dan akan selalu menjagamu.