Baru
saja kemaren kamu diajak untuk berkeliling kantor. Berkenalan dengan semua
penghuninya. Banyak sekali karyawan disana. Kamu tidak punya kemampuan untuk
menghafal mereka semua dalam waktu satu hari.
“Eh tadi ada yang nanyain kalian
siapa?” Ucap Alta. Alta adalah senior yang sedang belajar di kantor yang sama
denganmu.
“Siapa?”
“Itu auditor di atas.”
“Ya lagi kemaren mereka nggak ada.”
Jawabmu.
“Iya. Nanti kita keatas aja ya.”
Setelah doa pagi, kamu dan partner naik ke lantai empat. Bukan
lantai tertinggi memang. Masih ada loteng. Tapi menuju lantai empat perlu
perjuangan yang melelahkan. Mungkin kamu masih terlalu letih.
Dimulailah
perkenalan yang tidak pernah kamu duga. Perkenalan yang pada akhirnya akan
mendatangkan cinta kasih di hatimu. Perkenalan dingin yang menghangatkan
harimu. Perkenalan yang aku sendiri tidak lagi dapat menggambarkannya dengan
kata-kata. Hanya kamu yang merasakannya.
Dimulai dari ruangan terluar. Ada
tiga lelaki yang tengah asik duduk di depan laptop masing-masing. Entah apa
yang mereka kerjakan. Mereka mengenakan batik. Jelas saja. Hari Jumat. Semua
orang mengenakan batik di kantormu. Seorang lelaki duduk di sudut ruangan.
Kulitnya berwarna kecokelatan. Usianya berkisar 40 tahunan. “Silahkan duduk.
Santai aja.” Sambutannya begitu hangat. “Yanto.” Ucapnya memperkenalkan diri.
Lelaki lain yang duduk menghadap
televisi menjulurkan tangannya, “Hudaya.” Kalau aku boleh menebak-nebak usianya
sekitar 30 tahunan. Kulitnya putih bersih. Wajahnya sedikit kecokelatan mungkin
terlalu sering terpapar sinar matahari.
Satu lagi. Lelaki berkulit putih.
Dari pengamatanku, dialah yang termuda. Mengenakan batik paling kasual.
Terlihat elegan. Astaghfirullah... aku
harus menundukkan pandang. Hei! Look at
you. Kamu sama sekali tidak silau akan penampilannya, Nida. Oh ya. Aku
lupa. Kamu masih saja membentuk benteng pertahanan di hati. Hati-hati dengan
lelaki yang berkarisma seperti dia, Nida. Jangan-jangan nanti malah kamu yang
kelepek-kelepek. “Affan.” Dia pun menjulurkan tangannya kepadamu. Siapa kira
jabatan pertama yang akan mengubah masa depanmu. Affan dan Alta terlihat akrab.
Mereka mengobrol sejenak. Bersenda gurau.
Cukup sudah perkenalan hari ini.
Waktunya kamu kembali ke lantai satu. Memulai harimu. Belajar dengan sekuat
tenaga dan pikiran yang kamu miliki. Menata kembali masa depanmu. Biarkan
sementara sakit yang kamu alami. Suatu saat semua akan pulih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar