Semua anggota keluarga sudah tahu
mengenai penyakitmu. Nampak jelas kekhawatiran mereka setiap kali kalian
berkumpul. Kamu sendiri tetap bersikap seolah semua baik-baik saja. “Minum obat
kalsium cukup ko. Nih buktinya aku udah nggak apa-apa.” Dalihmu tidak pernah
berubah, Bunga.
Bukan orang tua namanya kalau tidak tahu apa yang
sebenarnya kamu rasakan. Sudah hampir sebulan kamu mengkonsumsi obat kalsium.
Tapi tidak juga ada perubahan. Tubuhmu semakin kurus dan mudah merasa lelah.
Setiap malam, kamu harus merasakan sakit yang luar biasa. Kamu juga mengalami
insomnia hebat. Ya jelaslah. Bagaimana tidak. Sakit yang kamu rasakan itu sudah
tidak tertahan lagi.
“Nggak ada penyakit yang nggak sembuh, Bung.” Kakak
pertamamu, Revian menyampaikannya dengan perlahan.
“Ya tapi Bunga semakin baik kok, A.” Jawabmu dengan wajah
yang sok ceria.
“Mama papa khawatir.”
“Ada Andi juga yang jagain Bunga, A.”
“Apanya yang baik. Itu lihat! Badan semakin kurus, muka
juga pucat, tulang juga suka bunyi-bunyi.” Mama menyela.
“Bunga, coba pertimbangkan lagi berobat ke Kang Ujang.”
Saran Kak Revian.
Kang Ujang. Dia adalah therapist yang luar biasa hebat. Sedikit kisahnya...
Di usia dua tahun, Ujang
kecil punya keinginan untuk terbang seperti superman. Dia naik ke atas kursi
lalu melompat agar terbang, namun gagal. Naik meja, tetap saja gagal. Lambat
laun Kang Ujang berpikir kalau semakin tinggi dia melompat, dia yakin akan bisa
terbang. Yakin sekali. Akhirnya dia menaiki lemari setinggi 2 meter. Apa yang
terjadi? Dia melompat dan terjatuh seketika. Dia terkena gegar otak. Sejak saat
itu, ibunya tidak tidak pernah mengizinkannya bermain. Bukan hanya itu,
kakak-kakaknya tidak mau mengajaknya bermain, karena kelelahan bermain dapat
menyebabkan tubuhnya kejang-kejang.
Memasuki
SD, orang tua tidak memasukkannya ke SLB, melainkan ke sekolah SD biasa. Dia pernah
tidak naik kelas karena tidak bisa baca dan tulis. Tentu saja. Setiap kali dia
menghapal huruf, tubuhnya langsung kejang. Setiap kali dia belajar menulis,
tubuhnya juga kejang karena stress. Bosan dengan tinggal kelas, Ujang muda
berusaha lebih keras lagi. Dia belajar baca bukan dari huruf per huruf tapi
dari kata per kata. Syukurlah akhirnya dia bisa naik kelas.
Kakak-kakak
yang tidak mau mengajaknya bermain, membuatnya semakin dekat dengan alam. Dia bermain
dengan pohon mangga, ayam, burung, dan hewan lain di belakang rumah. Dia bertanya
pada alam, "Kenapa aku seperti ini? Aku tidak bisa main seperti anak-anak
lainnya."
Tiba-tiba dia mendengar
pohon mangga berkata, "Mendekatlah kepada Penciptamu."
Ujang kecil terkejut, "Siapa
penciptaku?"
“Allah Maha Segala.”
"Bagaimana aku bisa dekat dengan
Allah?"
"Sholatlah..."
"Bagaimana aku bisa sholat?"
"Belajarlah dari manusia."
Dia berlari ke dalam rumah menemui ibunya.
"Umi, siapa itu Allah SWT?"
“Allah itu Maha Pencipta, Dia Maha Segala. Dia yang Menciptakan seluruh
jagad raya beserta isinya."
Sejak
saat itu, dia minta diajarkan sholat oleh ibunya. Dia mulai menghapal surat
dari kata per kata. Untuk menghapal QS. Al-ikhlas saja dia harus berusaha
sangat keras. Hingga dia sadar, dia berserah diri kepada Allah SWT yang bahkan
belum pernah dia dekati sebelumnya. Allahu Akbar. Tiba-tiba saja dia merasa
otaknya terbuka lebar, dalam waktu sangat singkat dia bisa menghapal QS.
Al-Ikhlas. Duduk di kelas 2 SD, dia mulai gemar membaca buku dengan bahasan
yang berat. Banya yang tidak mau berteman dengannya, karena pemikirannya yang terlalu
aneh.
Sampai di
SMP, Ujang masih saja diiasingkan oleh kakak-kakaknya. Sampai Ibu mengirimnya
ke Rangkasbitung untuk sekolah. Dia bersekolah di SMPN 3 Rangkasbitung dan
tinggal di Ona. Setiap pulang dia berjalan kaki melewati hutan kelapa (Ona dulu
banyak pohon kelapa). Suatu hari jam 23.00 WIB, dia diganggu oleh seorang
pemuda dengan golok di tangannya. Dia meminta Ujang melucuti semua pakaian.
Bingung. Kalau lari, pasti dikejar, kalaupun menjerit siapa yang akan dengar?
Kalau dia melucuti semua pakaian, ini sudah malam, dan tidak ada jaminan dia akan
tetap selamat. Ujang tertegun. Dia menutup mata sambil berdoa : "Ya Allah... Aku ini milik-Mu, aku
berserah diri kepada-Mu." Dia tepuk
bahu lelaki yang hendak menebasnya dengan golok. Lalu si pemuta garang itu
tersungkur di hadapannya, memeluk kakinya dengan erat. Dia juga meminta maaf.
"Maafkan aku... Tolong jadikan aku saudaramu." Dia menangis.
Kesabarannya, usahanya, kerja kerasnya, dan sikapnya yang berserah
diri kepada Allah SWT. Membuatnya dapat berubah. Dokter yang merawatnya sangat terkejut
dengan pekembangan Ujang yang sangat baik. Menginjak SMA, dia divonis sembuh
total oleh dokter. Kejadian itu membuatnya semakin dekat dengan Allah SWT. Dia
lebih sering mempelajari manfaat dari setiap tanaman. Seperti inilah dia.
Mengobati manusia dengan berbagai macam masalah dalam hidupnya.
Mendengar cerita
Kang Ujang, air matamu menetes perlahan. Menyadari kebesaran Allah SWT yang
bahkan tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Kamu melihat kejujuran,
ketulusan, kesabaran, dan kebesaran hati dari matanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar