Tampilkan postingan dengan label curahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label curahan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 Maret 2012

Doaku

Ya Allah...
aku tahu...
Engkau tidak perlu punya akun FB, tidak perlu punya blog, dan juga tidak perlu punya twitter untuk membaca semua doa yang kutuang dalam tulisan.

apapun yang kutuang dalam tulisan
sesungguhnya sudah kuuraikan dalam rentetan kata hati
sehingga Engkau pasti mendengarnya jua

Ya Allah...
Aku mohon sekali...
semoga Engkau memberi kesembuhan bagi kakak laki-lakiku satu-satunya
dialah kini yang menjadi tulang punggung keluarga
dialah yang kelak menggantikan bapak untuk menjadi wali dari pihak keluargaku saat aku menikah
dialah yang selalu membelai dan mencium keningku selain bapak
dialah yang selalu memanggilku "surani" selain mama dan bapak
dialah yang paling bisa kuandalkan
aku mencintainya
sangat mencintainya

aku tahu dia tengah merasa sangat kelelahan dan sakit saat ini
tapi dia tidak pernah menunjukkannya
dia juga tidak pernah mengeluh

Ya Allah...
dalam doa beristrikan air mata, aku memohon pada-Mu
semoga Engkau memberikan kesembuhan bagi kakakku...
aamiin

Minggu, 19 Februari 2012

rumah impian

Aku selalu punya impian, memiliki sebuah rumah yang kepemilikannya atas namaku. Bukan atas nama suami. Aku punya alasan jelas mengapa aku ingin begitu. Tapi itu semua berasal dari experience yang mewarna.

Rumah. Ketika satu kata itu yang muncul di kepalaku. Langsung terbayang sebuah tempat sholat. Ya... aku ingin punya sebuah mushola yang bentuknya seperti panggung. Di bawahnya ada kolam ikan. Nyaman sekali. Musholanya di luar bangunan rumah.

Sebuah rumah yang mungil. Tidak perlu besar bangunannya. Hanya terdiri dari ruang keluarga, ruang tamu, ruang makan, tiga kamar tidur (untukku dan dua anakku), dapur, kamar mandi, dan workshop untuk menjahit. Workshop room yang dirancang dengan beberapa boneka barbie yang menghiasinya. Dan mini library. Sebuah ruangan seluruh dindingnya di kelilingi buku-buku berbobot yang bertengger di setiap lemari buku. Aku ingin anakku kelak mendapat kesempatan membaca buku sebanyak-banyaknya.

Arsitektur rumahnya cukup sederhana saja. Interiornya pun harus nyaman. Tidak perlu mewah. Yang penting hangat. Halaman dan tamannya harus luas. Aku ingin punya taman bermain. Biar semua anak kecil yang ada di sekitar rumahku bisa bermain. Aku ingin setiap harinya rumahku ramai dengan sorak anak kecil yang riang. Aku ingin sebuah kolam renang minimalis. Untuk berendam sesekali. Pohon-pohon akan menjulang tinggi di taman. Akan banyak sekali bunga dan tanaman lain yang tumbuh juga. Aku memang tidak suka bertanam. Aku juga tidak terlalu suka bunga. Tapi aku senang melihat cantiknya bunga yang tumbuh di pekarangan rumah bapak sekarang. Kelak aku akan belajar menanamnya. Tekadku dalam hati.

Aku ingin sebuah rumah yang mungil, hangat, dan nyaman. Di dalamnya bertebaran kasih sesama makhluk Allah. Di dalamnya terdapat satu keluarga yang saling mencinta satu sama lain. Di dalamnya terdapat keluarga yang selalu bertaqwa pada Allah.
Rumahnya tidak perlu besar, cukup mungil. Interiornya tidak perlu mahal, cukup sederhana. Hiasannya tidak perlu dari luar negeri, lokal pun cukup. Yang terpenting adalah keluarga penghuninya. 
Aamiin.

Senin, 06 Februari 2012

orang yang mengalah bukan berarti kalah
Kami ada dalam sebuah arena yang sama. Kursi petarung yang terbatas membuat satu orang harus merelakan impiannya bertarung di arena yang sama dengan kesebelas petarung lainnya. Akhirnya, salah satu bakal petarung menghentikan pertarungan yang belum dimulai. Ia membesarkan hatinya untuk mundur. Merelakan satu kursinya agar 12 yang lain dapat berjuang. Dia bukan kalah. Dia juga bukan pecundang. Dia hanya seorang gadis petarung yang mengalah tapi bukan untuk kalah. Dia bukan pecundang. Dia hanya seoerang gadis petarung yang mempersilakan petarung lain untuk menggapai bendera kemenangan. Dia hanya seorang gadis petarung yang membesarkan hatinya. Merelakan satu pintu kesempatan yang ada di hadapannya untuk membuka pintu-pintu lain yang terbuka.
Aku menertawai diri yang terus menangis dan merasa sedih. Lalu membeli banyak makanan agar aku bisa melupakan kesedihan dan kekecewaan yang Allah hadiahkan untukku. Bodoh! Tidak seharusnya aku seperti tadi. Waktuku untuk menangis dan manja sudah habis. Sekarang waktunya aku meroket setinggi-tingginya. Membiarkan semangatku berkobar membakar jala rintangan lalu siap berlari meraih asa setinggi mungkin. Meninggalkan segala hal yang membuatku sedih dan kecewa. Selfish is important. Selama egois itu tidak merugikan orang lain. Aku egois. Bagiku, kebahagiaan adalah milikku juga. Karena aku egois untuk mendapatkan kebahagiaan maka aku akan melupakan hal yang menyedihkanku hari ini. Aku egois untuk meraih kebahagiaanku sendiri dengan selalu berpikir positif. Itulah egoisnya aku. Untuk tidak akan ada lagi air mata. It’s just the beginning.
Sesaat setelah keluar dari arena pertarungan yang belum sempat kucicipi, aku menelpon mama dan bapak. Menangis tersedu. Membiarkan mama berbicara di seberang sana. Kutarik napas pelan. Dan menutup telepon setelah mama berkata, “pasti Ni bakal dapat yang lebih baik ya sayang...”
Segera kutinggalkan arena pertempuran itu. Sebelum seluruh hati lumer mengingat perlakuan mereka. Sang bapak yang tahu anak perempuan kecilnya menangis segera menelepon. Suaranya begitu hangat, membuat air mataku turun lebih deras. Bukan karena aku mengingat pengalahan yang kulakukan, tapi karena aku menyadari bahwa betapa bijaknya bapak yang Allah beri untukku. Lalu beliau berujar, “Sayang... dengerin bapak. Bapak tahu semua anak perempuan bapak kuat. Hal kayak gini itu rintangan. Sangat kecil. Ni pasti bisa melewatinya. Ini baru diawal sayang. Kalau diawal aja Ni udah cengeng gimana nanti. Tetep berusaha, sayang. Bapak mendoakan dari sini.”
“Kalian punya kesempatan yang sama, tapi jalan yang lain. Na yakin bakal ada jalan buat Ni.” Kalimat terakhir yang kudengar setelah Vina menelepon. Lengkap sudah. Hatiku lega.
Aku memandang cermin lalu tersenyum. Mataku merah sehabis menangis. Kini aku tidak akan menangis. Bapak benar, ini baru permulaan. Bukanlah sesuatu yang harus ditangisi. Aku anak perempuan yang kuat. Tidak cengeng. Sama sekali tidak cengeng.
Aku akan bangun. Waktunya masih panjang. tapi bukan untuk bersantai. Kutarik pelatuk. Membidik pistol pada target. Dan akan kubiarkan pelurunya menghunus papan target. Aku pasti bisa! Akan kubuktikan pada mereka bahwa kami akan menyelesaikannya bersama. Tepat waktu. Sekalipun melalui medan yang berbeda. Aku tidak membenci siapapun. Karena segala hal yang dimulai dengan kebencian tidak akan berhasil dengan baik. Aku akan menjadi orang yang matang. Menolerir perlakuan mereka padaku.

Sabtu, 21 Januari 2012

i was really crying when i told you that i didn't cry. i was crying all night. it was not caused by... i am weak or something. it was just caused i didn't strong enough to keep it all.
i tell Allah everytime. but last night, i don't' know. i just felt it's useless. it's too hard for me.

setiap manusia memiliki titik tempat ia mampu menjadi kuat. manusia juga memiliki titik saat dirinya berada sangat lemah. itulah aku. sebuah buku memberi tahuku untuk tetap tersenyum ketika masalah datang. sebuah buku memberi tahuku betapa pentingnya tersenyum di hadapan semua orang. dan buku itu pulalah yang juga membuat aku dapat menangis sendiri. menangis sendiri ketika kelemahan membuncah. seolah tidak mampu mengangkat ini seorang diri. menangis di sebuah kamar ukuran 3x3 tanpa siapapun. hanya aku dan Allah.
ya aku senang. karena saat itu juga aku merasa semakin dekat dengan Allah. tapi aku juga ingin membaginya dengan mereka yang mau menangis bersamaku. dengan mereka yang mau mendengar kesulitanku. mereka yang sadar betul kekuranganku tetapi berupaya menutupinya bersama. dan mereka yang tidak pernah berpura-pura mencintaiku.
Tapi Ya Allah... sekalipun aku ingin berbagi dengan mereka, aku sangat yakin bahwa segalanya hanya mampu disandarkan pada-Mu.

Minggu, 15 Januari 2012

Teruntuk Calon Suamiku

Teruntuk calon suamiku sayang
aku masih di sini
menunggumu yang tetap dalam misteri
kelak engkau akan hadir di 23, 24, atau 25-ku

Teruntuk calon suamiku sayang
aku yakin tidak ada yang kebetulan di dunia ini
aku ingin ketika kita bertemu, Allah menakdirkannya dengan indah

Teruntuk calon suamiku sayang
ketahuilah... ketika aku harus membangun satu visi untuk kehidupan fana ini
aku hanya ingin membangunnya denganmu

Teruntuk calon suamiku sayang
jika memang saat ini engkau tengah menjalin kasih dengan insan lain,
aku harap Allah akan menghadiahkanmu kepadaku tanpa menyakiti siapapun

Teruntuk calon suamiku sayang
aku ingin kau mampu menerima masa laluku
aku pun akan menerima masa lalumu
karena kita bersama akan hidup di masa depan

Teruntuk calon suamiku sayang
aku ini manja...
aku harap kamu menutupinya dengan kedewasaanmu
aku ini cengeng...
aku harap kamu mampu menutupinya dengan ketegaranmu
aku ini tidak lembut
aku harap kamu mampu menutupinya dengan kelembutan dan kehangatanmu

Teruntuk calon suamiku sayang
aku tidak akan pernah menutup telinga, mata, dan hatiku untuk mendengarmu
aku ingin kita terus perbaiki diri sehingga keluarga yang kokoh akan berdiri dengan tangan kita sendiri

Teruntuk calon suamiku sayang
aku ingin kelak kau menganggap orang tuaku adalah orang tuamu
dan aku pun akan menganggap orang tuamu adalah orang tuaku
begitupun dengan semua saudaramu, akan kuanggap mereka saudaraku jua

Teruntuk calon suamiku sayang
yang telah disiapkan Allah untukku
aku akan selalu berupaya menjadi istri terbaik
istri yang selalu mendampingimu dalam setiap sulitmu
istri yang selalu mencintaimu dalam setiap sedihmu

Teruntuk calon suamiku sayang
aku akan mencintai, menjaga, menyayangi, mengasihi buah hati yang di dalamnya mengalir darahmu juga
aku ingin mengajarkannya banyak hal
aku ingin melindungi dan mengusap air matanya ketika ia menangis karena cinta
atau ketika ia menangis karena seluruh teman meninggalkannya

Teruntuk calon suamiku sayang
sekali lagi engkau masih sangat misterius
fokuslah pada masa depanmu saat ini
aku pun begitu
akan fokus dengan masa depanku
sampai Allah subhanahu wa Ta'ala menakdirkan garis terindah untuk mempertemukan kita

Rabu, 26 Oktober 2011

Entahlah kenapa saya ingin menuliskan ini… bukan untuk membagi informasi tentang diri saya, tapi ini bisa saja menjadikan insiprasi bagi siapa saja yang membacanya. Bukan inspirasi yang "aneh", tapi insipirasi yang ketika pembaca mulai membacanya, mungkin akan ada satu atau dua kata yang bisa menambah kamus kata dalam otaknya.

Tidak seperti bulan lainnya, kemaren aku sangat tidak bisa mengontrol emosi akibat hormon yang sedang fluktuatif. Ketidak nyamanan dalam diri dilampiaskan pada seorang pemuda disana yang sama sekali tidak bersalah. Kata-kata doa tidak baik kulontarkan melalui sms. Rencana 3 tahun ke depan seolah kuhancurkan dengan kata tersebut. Dengan wajah sedih, menyesal, dan sangat terpukul aku pergi ke kampus menyelesaikan ujian.

Aku teringat tindakan kekanak-kanakan yang kulakukan beberapa jam yang lalu. Tiba-tiba aku mengirimkannya sms untuk membatalkan semua rencana di tiga tahun. Bukannya balik marah atau meninggalkanku, dia malah mengirimkanku sms, “Istighfar sih… L

Aku menyesal setelahnya. Bukannya kalau salah minta maaf? Tapi aku terlalu gengsi untuk meminta maaf dan mengatakan bahwa aku menarik kata-kataku tadi siang. Aku terlalu gengsi. Setan membisiki seolah aku tidak perlu sms dan meminta maaf. Tapi Alhamdulillah… aku masih punya naluri manusia baik. Kuputuskan untuk mengirimkannya sms, tahu apa balasannya? Dia bilang… lupakan. Dia bahkan menganggap aku tidak pernah mengatakan apa-apa.

Pulang kuliah, aku menghampiri mama dengan manja. Tiba-tiba obrolan mama mengarah ke pembahasan tentang pernikahan. Mungkin karena aku sudah 20. Oh tidak. Aku baru 20.

“Jadi punya suami yang basic agamanya kuat itu harus banget ya, mam? Wajib malah.” Komentarku.

“Iya. Ni juga harus punya penilaian sendiri. Sama siapa nanti nikah. Tapi buat sekarang nggak perlu fokus milih dulu, Ni. Mama masih pengen Ni kuliah, kerja, punya pendapatan sendiri, bukan buat Ni kok. Nantinya itu bakal berguna buat anak Ni.” Nasehat mama

Aku terdiam. “Jangan dulu memilih?” tanyaku dalam hati.

Kutuliskan sebuah lolongan hati bagi dirinya yang terkasih

Bagi dirinya yang masih sangat misterius

Bagi dirinya yang disiapkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala untukku

Bagi dirinya yang kelak akan datang meminangku

Siapapun dirimu kelak. Apapun pekerjaanmu. Seperti apapun rupa fisikmu. Aku tidak peduli. Karena pastinya kau ciptaan Sang Khalik untukku

Sudah kusiapkan beberapa pertanyaan, persyaratan, dan perjanjian yang akan kusodorkan nantinya

Bukan untuk menyiksamu ketika kita halal berada di satu atap. Tapi untuk memudahkan kita dalam pembangunan rumah bersama

Aku harap kau datang dengan sebaik-baiknya keimanan dan ketaqwaan yang kau miliki. Aku harap kau datang dengan seanggun-anggunnya kualitasmu. Bukan untukku tapi kelak untuk keluarga kita bersama. Agar Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak pernah meninggalkan kita, agar Dia tetap mendengar dan dekat dengan kita.

Aku ingin menikah denganmu, denganmu yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaanku kepada-Nya

Denganmu yang meningkatkan kecintaanku kepada-Nya

Rabu, 19 Oktober 2011

melindungi hati

bukan maksud tidak ingin bertemu atau sengaja memang tidak ingin datang
tapi hanya ingin melindungi hati
salahkah?

Minggu, 16 Oktober 2011

Apa kabar hati?

apa kabar hati?
tengah berbunga-bunga sekarang
semoga bunga ini merekah beriringan dengan berkah dari-Nya
semoga bunga ini merekah beriringan dengan kaldu kasih-Nya
semoga rekahan ini selalu dilindungi oleh-Nya, Sang Maha Pelindung
Dia yang Maha membolak-balik hati manusia

Ya Allah... kuatkan kami dalam jarak kehalalan yang belum kami petik
ketika rekahan ini adalah cinta
maka jadikan ia cinta yang mendekatkanku pada-Mu, Rabb...

Sabtu, 15 Oktober 2011

renungan pagi hari

Pagi ini, aku turun menghampiri mama dan bapak di meja makan. Bapak sedang asik menonton acara yang dibawakan oleh Ust. Arifin Ilham. Sedang mama membungkus pisang dan gula merah dengan kulit lumpia. Kuberanikan diri meminta izin untuk pergi ke Banjaran, mengikuti kegiatan kampus. Mama langsung melempar pada bapak. Mulailah bapak merangkaikan kalimat dari bibirnya dengan sangat tegas. Dan memohon. Ya… sebuah permohonan yang tegas.

“Ni, Banjaran itu jauh. Kemaren Ni kambuh lagi. Semaleman mama sama bapak nggak bisa tidur. Takut tambah parah jadi harus masuk RS. Kalau Ni nggak sakit kemaren, mama bapak bakal kasih izin. Bapak mohon sama Ni. Hari ini aja jangan kemana-mana dulu. Udah mah seminggu ini pulang malem terus. Sekarang jangan dulu kemana-mana Ni. Kalau Ni sehat, bapak nggak pernah larang Ni ikut kegiatan apa-apa juga kan? Batuknya Ni juga nggak sembuh-sembuh. Diajak ke Advent, nggak mau. Bapak kan jadi bingung.” Aku menunduk mendengarkan bapak.

Setelah bapak selesai, aku pergi dengan air mata yang sudah siap terjun bebas. Keegoisan mulai meraja. Aku masuk dan menutup pintu kamar. Mempersilakan air mata yang sudah tidak sabar untuk mengalir.

Lelah menangis, aku terlelap sekejap. Aku terbangun, memikirkan kerugian yang kudapat kalau dipenuhi dengan kesal dan amarah. Karena aku akan kehilangan detik-detik kebahagiaan. Aku segera mandi. Menyegarkan diri. Lalu turun. Menghampiri nasi dan tempe yang sudah mama siapkan. Sambil sarapan, mama memulai percakapan.

“Ni nggak ngambek?” tanya mama

“Tadi iya, sekarang nggak, mam.”

“Mama sama bapak trauma aja. Takut Ni masuk RS lagi. Mama sempet ngerasa bersalah kalau Ni sakit gara-gara nitipin Ni ke Mamani asrama dulu kecil. Nggak lama sama mamani asrama, Ni malah step. Mama bawa ke RS Misi. Disana sampe suster-susternya apet sama Ni.”

Aku ingat, mama memang pernah menunjukkan ruangan tempat dulu bayi aku dirawat di RS Misi ketika kami menengok sepupu yang sedang sakit. “I love you, mamooy. Tempenya enak.” Aku mencoba menenangkan mama.

Seakan air mata akan mengalir layaknya air yang menjebol dinding situ gintung tempo lalu.

Selesai sarapan, aku langsung masuk kamar, melanjutkan laporan magang yang tertunda seminggu ini. Tiba-tiba aku tengat sesuatu…

Aku ingat, lima tahun yang lalu, kelas 1 SMA, mama nangis ketika tubuh lemahku dibawa dengan tempat tidur dorong menuju kamar VIP A RSAI Bandung. Kala itu, dokter memvonis aku terserang demam berdarah tingkat akut. Kata dokter, kalau ibarat kanker, ini stadium 3. Trombositku benar-benar longsor. Mama menangis di samping tempat tidurku. Mama dan bapak mengusahakan banyak cara. Termasuk memberikanku obat-obatan tradisional secara diam-diam selama di RS. Alhamdulillah dalam waktu dua minggu, dokter mengizinkanku pulang, setelah agresi pemaksaan kulancarkan.

Tahun berikutnya… lagi-lagi harus pindah kamar ke VIP B RSAI. Tifus. Virusnya menyerang tulang. Seluruh tubuh lumpuh. Kepanikan mama dan bapak lebih parah lagi. Ada dua dokter yang menanganiku. Dokter internis dan syaraf. Lalu di tahun ketiga duduk di bangku SMA, aku harus menahan diri untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat karena tumor yang duduk manis dalam rahim kananku. Kala itu, setiap malam, suasana rumah selalu haru. Dokter bilang aku harus dioprasi. Tapi aku tidak mau. Bukan hanya masalah biaya, tapi karena aku takut. Membayangkan perutku disobek-sobek dengan pisau tipis yang tajam. NOOO!! Jadi merinding disko deh. Setelah melewati pengobatan herbal dan diet selama 6 bulan, Alhamdulillah aku sembuh total. Dokter pun keheranan.

Masa meminum herbal godogan adalah masa tersulit. Aku harus minum herbal yang pahitnya subhanallah sehari dua kali. pagi dan sore. Setiap kali selesai meminum herbal, perutku melilit. Kepalaku sakitnya minta ampun. Kalau tidak ingat Allah, mungkin lebih baik aku bunuh diri. Karena memang sakit luar biasa. Sampai harus tidak pergi sekolah. Masa diet adalah masa tersulit kedua, aku hanya boleh makan buah apel & jeruk, tahu, tempe, telor seminggu 1 kali. itu saja. ikan pun hanya boleh gurame bakar. Keju, susu, cokelat, es krim, dan kacang. Lima pantangan pasti. Intinya, aku tidak boleh makan-makanan berlemak dan siap saji. Karena akan merangsang pertumbuhan tumor. Kalau sedikit saja aku makan, maka kepala yang damai akan berperang. Sakitnya tidak akan tertahankan.

Alhamdulillah aku sembuh total sekarang.

Selanjutnya, penurunan kadar enzim yang kerja pada jantung. Adakah? Yah… beberapa waktu lalu aku harus lagi dan lagi pindah kamar ke VIP C. ruangannya lebih kecil dibanding VIP A dan VIP B. kalau VIP A itu, lengkap. Satu set sofa, TV 29 Inci, pokonya udah kaya kamar hotel paling mahal. Kali itu, aku menggunakan oksigen karena setiap kali kepala yang tenang terguncang, sesak napas mulai terasa. Sampai aku merasa inilah akhir hidupku.

Wajah lelah dan sedih dari mama bapak adalah wajah yang selalu kulihat setiap kali aku sakit. Aku sangat merasa bersalah. Aku benar-benar merasa bersalah karena sudah membiarkan seluruh keegoisanku memenangkan pikiranku. Mengeraskan hatiku. Membuatku ngambek sebentar tadi pagi. Membuatku marah pada mama dan bapak. Aku benar-benar menyesal.

Tidak akan kuulangi. Aku akan berusaha selalu menjadi anak mama bapak yang terbaik. Aku tidak akan lagi membuat mama bapak sedih karena sakit. aku tidak akan lagi ngambek sama mama bapak karena keinginan yang tidak terpenuhi. aku akan menjaga diriku seluruhnya. Mau makan tepat waktu, mau minum suplemen, menghindari makanan siap saji, dan masih banyak lagi. Mama… bapak… percaya deh. Anakmu yang satu ini perempuan yang tangguh sekarang, sekeras apapun guncangan, akan selalu bertahan dan sehat. J

Sekarang, setiap bangun pagi, aku selalu membaca doa dan meneriakkan dalam hati, “HARI INI BAIK! TERSENYUM! DAN SEHAT!”

Kamis, 06 Oktober 2011

i don't know

ketika kita menemukan seseorang, kita harus siap kehilangannya. maka dari itu jangan pernah menganggap memilikinya. karena ketika kamu menganggap memilikinya... kamu akan takut kehilangannya. sehingga ketika ia benar-benar hilang, kamu akan merasa dirimu-sendiri telah hilang

Sabtu, 02 Juli 2011

Kapan terakhir kali?

sang dosen yang menyenangkan dan membuat suasana kelas tidak menyeramkan itu mengatakan,
"Kalian harus balance antara main dan belajar. Menurut saya, orang bego yang belajar waktu minggu tenang. Seharusnya kalian tenang aja. Main kemana. Kan belajarnya udah selama kuliah. Jangan sampe waktu kuliah mengganggu waktu main dan waktu main mengganggu waktu kuliah. Menurut penelitian, orang yang mendapat nilai tinggi itu adalah orang yang jiwanya tenang saat ujian. Bukan orang yang belajar mati-matian."
Depp!!! jantungku bergetar setelahnya.
"Yap! kapan terakhir kali aku pergi main dan me-refresh-kan otak?"
jawabannya adalah TIDAK TAHU. Di hari Senin lalu aku memang pergi ke CIC, tapi itu bukan sengaja pergi untuk main... aku pergi ke CIC setelah melakukan survey villa di Jayagiri.
And guess what? aku bawa motor sendiri. Jadinya bukan refreshing dong. lawong badan aku jadinya pegel-pegel.
"Yap! Kapan terakhir kali aku pergi jalan-jalan? Sekadar mencari buku... sekadar nonton film di bioskop... sekadar masuk supermarket dan melihat perlengkapan bayi..."
sebenarnya masih banyak lagi kegiatan yang selalu kulakukan mengisi weekend. Walaupun seorang diri. :)
Tapi entah kenapa... belakangan aku terlalu sibuk dengan urusan kuliah, organisasi, dan kursus... "Wait!! Am I too busy to get out and have fun? or I just looked for it?"
Sepertinya aku memang tidak cukup bisa menjadikan kesibukan sebagai alasan untuk tidak pergi bersenang-senang. Justru akulah yang mencari-cari kesibukan untuk bisa bertahan. Sejak 3 bulan yang lalu, aku tidak ingin pergi berjalan-jalan sendiri. Aku tidak mau nonton film di bioskop sendiri -yang biasanya aku lakukan sejak masuk kuliah-, aku juga tidak mau berjalan di supermarket untuk melihat barang bayi seorang diri -hal yang sama yang selalu kulakukan setiap kali merasa penat. sekalipun harus seorang diri-
Intinya adalah aku tidak mau pergi sendiri untuk menghilangkan kepenatan kuliah, organisasi, dan kursusku. Aku hanya ingin seorang teman untuk berjalan menghilangkan kepenatan.
Siapa dia?
Entahlah. I don't meet him/her yet.

Rabu, 29 Juni 2011

catatan lama

perasaan apa ini?
setiap saat ingin bertemu
setiap saat ingin bicara
setiap saat merasa rindu
setiap saat merasa sayang
setiap saat ingin menjaga
setiap saat ingin menghibur
perasaan apa ini?

aku tidak tahu perasaan apa sebenarnya ini...
cintakah?
sayangkah?
sukakah?
atau jangan-jangan hanya kagum?
yang jelas. setiap detiknya aku mencoba untuk tidak mengirimkannya sebuah sms walau sekadar mengucapkan salam. bukan karena gengsi. tapi dalam upaya penjagaan diri agar tidak melakukan hal yang mendekati larangan-Nya. agar tidak melakukan hal yang melukai diri-sendiri. agar tidak melakukan hal yang pada akhirnya membuat hati tercabik.

sebuah tulisan yang berlayar dalam kertas putih berwarna merah. sebuah tulisan dalam kertas usang yang ternyata sudah lama kubuat. sekitar... entahlah. cukup lama sepertinya. karena buku itu ada di sebuah tumpukan buku-buku berdebu tebal. tanggalnya pun tidak jelas. pudar tertimpah air.
akhirnya aku bertanya,"apa yang terjadi ketika tangan bergoyang menulis kalimat yang menggambarkan perasaan hati itu?"

Selasa, 14 Juni 2011

thanks for everything

thanks for those stuffs which you bought for me...
i never ask you to buy those, but you just gave it to me
when you said that you would always support my activities, you just proved it.
i said, i will take PKL next month...
you just gave me all of things which i needed. bag and shoes.
thank you so much. but i can't accept it.
when you ask me to be your special woman, i ignored it. it was not caused by you are not kind or something. but... you are so patient to be with me. you just give me everything; attention, time, smile, motivation, and a lot of things...
so sorry i can't be with you for today, tomorrow, next week, next month, next year... unless Allah wants to give us different destiny.
so sorry i can't be with you, cause i love another man.
so sorry those stuffs which you bought were ignored by me

i don't know how to tell you.
i don't wanna make you hurt...
even though i know you always get a hurt when you tell me that you love me
i hope you will read these words. this is from the bottom of my heart

Rabu, 18 Mei 2011

sakitku hari itu

Senin, 9 Mei 2011

Kebahagiaan karena mampu melihat senyum mereka yang membutuhkan pengobatan gratis membuatku tubuh lemah sejak sebulan lalu kembali bugar. Di pagi hari yang gemilang itu, aku siap untuk pergi kursus dan melanjutkan model baju. Rasanya tidak sabar untuk segera menyelesaikan kursus ditahap “Beginner”

Selasa, 10 Mei 2011

Seperti biasa. Setelah melantunkan ayat suci Al-Quran di waktu subuh, aku turun ke lantai dasar. Siap bertemu dengan tumpukan piring kotor yang sudah minta dimandikan. Tapi tiba-tiba tubuhku gemetar. Kakiku seakan tidak mampu menopangku berdiri. “Aku tidak boleh tumbang!” segera kuputar keran. Mendengarkan aliran air terus jatuh tertampung di ember berwarna hitam. Batuk yang sejak sebulan setengah lalu tidak pernah hilang terus mengiringi kelincahan tangan menggosok gelas yang kotor.

Tak lama, tubuh kian melemah. “Aku harus tetap kuliah!” tekadku. Hari selasa itu ada mata kuliah Costing. Dan itu adalah mata kuliah yang kusukai dari sekian MK yang kusuka. Kepucatan wajah yang tidak bisa kusembunyikan menimbulkan kekhawatiran pada mama. Mama memintaku untuk pergi ke dokter. Seharusnya hari Minggu lalu –saat aku sedang asyik mengadakan pengobatan gratis- aku pergi kontrol ke Rumah Sakit. Tapi karena kenakalan dan tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengobatan gratis yang sudah kuemban, kulalaikan kewajibanku pergi ke Rumah Sakit.

Mama geram. Dan memaksaku pergi ke Rumah Sakit. Alhasil, aku pergi diantar wanita tercantik kedua setelah mama, tetehku. Selesai sudah. Tes darah, rontgen, dan spunctum. Terakhir, dokter memberiku sepucuk surat bertuliskan SURAT KETERANGAN BERISTIRAHAT. Hal yang paling menakutkan. Aku tidak suka diam di rumah untuk beristirahat. Karena pasti membosankan. Tapi aku mencoba melapangkan dada. Mengikhlaskan semuanya. Inilah hak yang sudah lama harus kuberikan pada tubuh yang membutuhkan istirihat ini, pikirku.

Kamis, 12 Mei 2011

Setelah solat subuh, aku langsung berlari ke kamar mandi. Mual rasanya. Dampaknya, aku memuntahkan semua makanan yang kumakan tadi malam. Dalam diam, aku turun ke bawah menemui mama yang ternyata sudah mencuci piring. Aku membisu. Tak kusampaikan pada mama kalau aku muntah-muntah. Takut mama khawatir.

Setelah bersiap dengan rapi, mengenakan pashmina cokelat yang terurai panjang, aku naik mobil untuk pergi ke Rumah Sakit. Menemui dokter yang sama yang kutemui di hari Selasa dengan mama dan bapak. Hasil rontgen, tes darah, dan spunctum, sudah keluar. Hasilnya BAGUS. Tidak ada yang bermasalah. Syukur tak hentinya kupanjatkan. Kelegaan terpancar di wajah mama dan bapak yang mengantarku menemui dokter hari itu. Syukurku bertambah luar biasa ketika mengingat hari Jumat nanti aku bisa pergi ke kampus dan siap memakan santapan ilmu yang Allah berikan melalui dosen.

Tetapi setelah menyantap makan siang, lagi dan lagi aku berlari ke kamar mandi. Dan memuntahkan makanan yang baru kumakan. Tubuhku semakin lemah. Aku tertidur dalam kelemahan yang membalut tubuh kurusku. Malamnya pun demikian. Mual yang tak hentinya membuatku harus mengeluarkan makanan yang sudah kutelan sebelumnya.

Jumat, 13 Mei 2011

Tubuh yang menurut hasil laboratorium BAIK-BAIK SAJA terasa semakin melemah. Nyeri di sepanjangan ruas. Kemaren dokter hanya menyatakan aku terkena bronkhitis alergi dingin. Batuk yang kuderita hanya akan kambuh kalau-kalau aku kedinginan. Tapi hari Jumat itu, aku sama sekali tidak kedinginan. Tidak ada angin yang menghembus dada. tapi mengapa rasanya tubuh ingin jatuh. Dengan berat kukatakan pada mama, “Mam. Ni nggak enak badan banget deh. Di rumah dulu ya.” Mama pun mengizinkan. Mama seharian di rumah. Menjaga dan merawatku dengan lembut. Penuh kesabaran. Sedang bapak kemaren siang setelah mengantarku ke Rumah Sakit, pergi ke Jakarta untuk menyelesaikan beberapa urusan.

Seharian aku hanya bisa berbaring di atas kasur. Tepat di depan televisi. Mama memaksa untuk membawaku ke Rumah Sakit. Tapi aku menolak. Aku benci Rumah Sakit. Karena mereka akan mengambil darahku setiap malam sebelum aku tidur dan subuh setelah aku bangun, dengan alasan untuk tes di laboratorium. Mungkin memang benar. Tapi buatku, hal itu sangat menakutkan. Membayangkan setiap hari darahku akan diambil. NOOOOO!!!!

Sabtu, 14 Mei 2011

Sesak napas yang lama kuderita, dan lama juga kusepelekan akhirnya membawaku masuk Instalasi Gawat Darurat RSAI Bandung.

“Ni, makan buburnya, terus minum obatnya!” perintah mama. Kulaksanakan dengan cepat.

Kuambil satu centong, dua centong bubur. Kumakan perlahan karena tidak ada tenaga lagi yang kumiliki. Setelah menegak beberapa obat, aku langsung berjalan loyo menuju kamar di lantai atas. Kujatuhkan tubuh seketika. Rasa lemas merajah begitu saja. Seakan malaikat maut hendak menarik ruhku keluar dari raga.

Sesak yang kian mencekik leher dan mengikat dada, membuatku kian lemah. Kuambil handphone, dan kuketik sms ke mama ‘mam... semakin sesak...’ kudengar bapak berteriak di bawah sambil berlari ke kamarku. Lalu bapak menggendongku. “Ma! Ni kita bawa ke RS aja!” teriak bapak. Mama segera berganti pakaian. Aku pun demikian.

Lemahnya tubuh membuatku dibawa dengan kursi roda untuk sampai ranjang di IGD RSAI. Kulihat mama dan bapak menangis. Membisikan kalimat, “Bertahan, Sayang...”

Dzikir selalu terurai dari bibir. Dengan penuh keyakinan kupanjatkan permohonan pada-Nya. Lalu kukatakan pada mama dan bapak, “Ma... Pak... maaf ya ni bikin panik melulu. Ni nyusahin mama bapak aja. Ni nggak bisa kasih apa-apa. Tapi mudah-mudahan ni bisa bales dengan kesalehan yang sedang ni upayain.”

Mama menyeka air matanya dan bilang, “Udah... ni tenang aja ya. Ni bakal sembuh kok."

Selasa, 03 Mei 2011

kebenaran hari ini

Bismillah…

Alhamdulillah wa syukurillah…

Tidak hentinya saya memanjatkan syukur kepada Allah Ta’ala. Karena atas kuasa-Nya segala hal yang semula saya tidak tahu, kini saya ketahui. Segala hal yang semula saya benarkan, kini saya ketahui keberadaannya yang salah…

Saat ini, detik ini juga, saya telah berhasil memaafkan diri saya sendiri. Memaafkan atas kesalahan yang saya lakukan. Memaafkan diri saya sendiri karena telah membiarkan celah sehingga kamu berhasil masuk dalam kehidupan saya.

Dan saat ini juga, saya telah berhasil memaafkanmu. Sama halnya seperti saya memaafkan mereka. Demi Allah! Tidak ada dendam, amarah, ataupun kebencian dalam hati saya. karena ketika itu saya lekatkan dalam hati, saya takut hanya akan mendatangkan mala petaka bagi diri saya sendiri. Bagi kedekatan saya dengan Rabb saya. saya akui, saya sangat terluka dengan kebenaran yang datangnya begitu mendadak dan cepat. Tapi saya tersadar, tidak seharusnya saya merasa terluka. Bukankah ketika kebenaran datang seseorang harus merasa bahagia? Bukankah setelah datang kebenaran yang melukai dengan cepat akan datang segera kebahagiaan karena kebenaran itu? betul! Tidak seharusnya saya terluka. Kini saya tengah meniti serpihan hati yang hancur. Dan ketika kehancuran ini terjadi, saya yakin, maka hati yang baru… yang lebih baik… akan segera muncul. Karena setelah kehancuran akan ada kesejahteraan dan ketentraman.

Saya akan berhenti menyalahkan diri atas kebodohan yang saya lakukan. Tenang saja. saya tidak menyalahkan kehadiranmu. Karena kesahalan ini bukan ada padamu, tetapi ada pada saya. ada pada saya yang membuka tangan menyambut hadirmu dengan janji yang kau hiaskan dalam bentuk aksesoris indah beriring ilmu yang kau miliki.

Camkanlah satu hal sahabat, apa yang kau sampaikan, tidak akan pernah dipersepsikan sama oleh orang yang menerimanya. Untuk itu, hati-hatilah dengan tindakan dan ucapan kepada lawan jenismu. Karena kelak itu akan menjadi boomerang bagi dirimu sendiri.

Selasa, 12 April 2011

bapakku, bapak terbaik...

"Ni! tolong lemparin bed cover di kamar Na!" teriak mama dari lantai satu.
tapi aku tidak melemparnya. aku langsung turun, memberikan bed cover berwarna putih hijau milik Na. mama mengambilnya. kulihat mama menyelimuti bapak di kamar. kepanikan langsung merambah. "Ma. bapak kenapa?" tanyaku
"Bapa kedinginan. tadi nggak mandi pake air anget sih, Ni."
"Bapa nggak apa-apa?" tanyaku pada bapak sambil masuk ke kamar mama dan kulihat wajah mama memerah. mama menangis.
bapak sedang berbaring di tempat tidur dengan tiga lapis selimut yang tetap saja belum terasa hangatnya. kulihat wajah bapak sangat pucat. tak hentinya bapak menyebut nama Sang Maha Kuasa, Allah Ta'ala. air mataku tumpah seketika lalu aku berlari keluar kamar. ini kesekian kalinya kulihat bapak kesakitan. dan sangat kesakitan.
aku berlari ke lantai 2. menyambar handphone untuk mengirim pesan kepada teteh dan epang-adikku- yang berada diluar rumah. karena bapak terus menanyakan keberadaan teteh. air mata yang tumpah seakan sudah jebol. tak bisa lagi kubendung.
"Ni!" teriak mama memanggil.
"Iya, Ma. Ni menuju ke bawah."
"Bapak manggil2 terus tuh."
"Kenapa, Pak?" tanyaku pada bapak yang wajahnya semakin memucat.
"Tolong pijitin kaki bapak, neng." pinta bapak dengan lembut dan lemah.
langsung kubergerak membuka sedikit selimut yang tadi menutupi kaki bapak. kaki bapak begitu dingin. sangat dingin. kupijit perlahan sambil melantunkan syahadat serta shalawat bagi Nabi Muhammad saw diiringi tangisan yang tak kunjung berhenti. aku menangis dan terus menangis. dalam hati kukumandangkan takbir. meminta kepada Sang Khalik untuk kesembuhan ayahanda tercinta.
setelahnya, kupijit lagi tngan bapak. lagi lagi telapak tangan bapak sama dinginnya dengan telapak kaki bapak.

bodohnya. sore hingga malam, aku berharap sang kekasih memberiku dukungan. but i did not get it. i was dissapointed. pelajaran yang bisa kuambil adalah.. HILANGKAN KETERGANTUNGAN KEPADA MANUSIA. BERIKAN DAN TUMPUKAN SEMUA HARAPAN HANYA KEPADA ALLAH ROHMAN YA ROHIIM.

bapak, engkau satu2nya pria terhebat yang kutemui. aku bersyukur kepada Allah karena Allah telah menitipkanmu menajadi bapakku selama ini.
bapak... bangkitlah, pak... disini aku masih membutuhkanmu. ketika ada perjumpaan dan pasti akan ada perpisahan, rasanya aku masih belum siap melaksanakan perpisahan denganmu, pak.
bapak, engkau ikhwan terbaik. engkau tidak pernah merasa malu untuk minta maaf kepada putrimu yang nakal ini. engkau selalu meminta maaf setiap kali putrimu ini menangis karena manja. engkau selalu berusaha menuruti dan memenuhi semua hal yang putrimu ini inginkan.
belakangan, engkau begitu penyayang. dari dulu kau sangat penyayang. tetapi semakin aku dewasa, rasa sayangmu semakin semakin kurasa. setiap saat kau memanggilku "sayang" dan saat itu pula aku merasa nyaman mendengarnya, pak...
bapak... kau ajarkan aku untuk dekat dengan-Nya. kau ajarkan aku untuk menjaga baktiku kepada seorang ibu. kau ajarkan aku kegigihan dan keseriusan.
bapak... engkau banting tulang untuk membiayai semua kebutuhanku, putrimu yang masih bodoh ini. bapak... aku ingin melihat wajah ceriamu, bukan wajah pucat seperti ini. aku ingin mendengar candamu, buka jerit sakit yang memilukan.
bapak...
kelak ketika aku dewasa nanti, aku akan menjadikanmu sebagai contoh dan acuan untuk mendapatkan seorang suami...
bapak...
bangkit dan bertahanlah... karena aku menyayangimu, pa...

Rabu, 06 April 2011

mau tahu gimana rasanya kalau lelaki yang kamu sayang memuji perempuan lain? INI DIA JAWABANNYA

tiba-tiba jadi teringat ucapan teman sekitar 7 bulan yang lalu. dia bilang... "aku marah, mam. karena dia memuji-muji kamu ke aku. aku cemburu,mam... karena dia begitu mengagumimu."
teman yang kini menjadi sahabatku, pernah marah padaku karena sosok lelaki yang begitu menarik perhatiannya ternyata menaruh hati padaku DULU.
waktu itu aku hanya bisa bilang, "oma sayang... dia nggak bermaksud apa-apa kok ya. oma yang sabar aja. dia ngomong gitu mungkin karena dia belum terlalu kenal aku aja, oma. atau mungkin dia belum kenal oma dgn baik."
"tapi aku sakit hati,mam." ucap oma-panggilan akrab sahabat baikku.

dan ternyata apa yang sahabatku alami..akhirnya aku alami juga tepat saat ini . beberapa menit yang lalu.

gimana rasanya ketika lelaki yang kamu sayang memuji-muji dan membanggakan orang lain, yang ternyata seorang perempuan?

jawabannya adalah MENYAKITKAN. bagaimana tidak menyakitkan... setiap kali selalu hadir perempuan lain diantara kalian. bagaimana tidak menyakitkan... karena setiap kali perempuan itu DIHADIRKAN, sang lelaki selalu memuji-mujinya.bagaimana tidak menyakitkan setiap saat kamu selalu mendengar dia berkata, "Dia itu sahabatku. dia itu perempua hebat yang kutemui." atau "Nasehatnya selalu mengena."
dan itu sekarang terjadi padaku!
sangat MENYAKITKAN dan BUKAN SEBUAH MOTIVASI untukkku..
you know why? setiap kali dia mencoba menghadirkan kami, dia pun selalu menghadirkan perempuan berparas jelita itu. dan disaat yang sama, lalu dia memuji perempuan itu dengan pujian yang luar biasa! pujian yang jika perempuan mana pun ada di posisiku, pasti akan merasa sangat tersakiti atau mungkin merasa... INILAH CARA PALING EFEKTIF DAN EFISIEN UNTUK MATI PELAN-PELAN.
it feels like he wants me like her. perempuan yang selalu ia eluk-elukkan. perempuan yang selalu ia bilang,"belajar darinya." padaku.
aku tidak mau menjadi siapapun! aku tidak mau menjadi apapun! when he said, "belajar dari dia yu, Ni!" it makes me so sick! kalau dia inginkan aku menjadi perempuan itu, just go with her. i am not her. and i will not be her. because i don't want to be her! I LET YOU GO WITH HER, DEAR... :))