Jumat, 23 Desember 2011
pesan mama
Selasa, 13 Desember 2011
ternyata remaja
kami pergi ke museum Geologi. disana mempelajari (lebih tepatnya lagi Rolan menjadi guru, aku muridnya) tentang bebatuan. Rolan tahu banyak. sedangkan aku?? maklum... SMA dulu aku bukan anak IPS. wajar saja kalau masalah yang berkaitan dengan bebatuan aku tidak tahu.
setelah dari museum Geologi, kami pergi ke museum Pos diiringi kesedihan karena lantai 2 museum Geologi sedang direnovasi. sesampainya di parkiran museum Pos, kami sedikit ragu.
"mana museumnya?" Tanya Rolan.
"Nggak tahu." jawabku sambil nyengir.
tapi ternyata, sang pintu museum bersembunyi di sudut ruangan setelah kantor pos. museum Pos cukup unik. tempatnya di basement. disana banyak sekali perangko dari sebuah zaman dimana aku belum lahir. atau bahkan mungkin nenekku juga belum lahir. kami melihat banyak sekali peralatan pos di masa lalu yang berkembang sampai saat ini. banyak juga patung-patung yang menggambarkan bagaimana proses penyampaian surat di tempoe doeloe.
selesai dari kedua museum, kami pergi ke Taman Lalu Lintas. tapi sayang, waktu kami ke sana, TLL sudah tutup. gerimis berubah menjadi hujan. kami putuskan untuk meneduh di depan TLL. kebetulan ada tukang bakso. tidak sabar cacing dalam perut mulai meraung minta makan.
"Yang satu mie sama bakso, pak." ucapku
akhirnya kami menikmati semangkok hangat bakso di bawah rintik hujan. romantis? nggaklah. terang aja itu di pinggir jalan.
setelah habis menyantap bakso. sang pedagang berkata, "SELAMAT MENIKMATI MASA REMAJA."
aku dan Rolan tersenyum penuh tanya. terima kasih sudah mengingatkan kami bahwa kami tengah berada di zona remaja, pak... :)
Jumat, 09 Desember 2011
aku bertanya, Al-Quran menjawab
Rabu, 07 Desember 2011
gombalan maut
saya kaget sekali. dengan berhusnudzon hati saya balas sms itu :
sang empunya nomor tidak membalas sms saya. artinya tidak ada yang darurat.
selesai kuliah tepat pukul 12 siang, saya memutuskan untuk langsung pergi dari kampus karena ada banyak sekali keperluan yang harus diselesaikan. salah satunya menyangkut PR kursus jahit saya.
di lampu merah Gasibu, saya berhenti. tentu. karena lampu merah menyoroti setiap pengendara. tiba-tiba saya mendengar HP berbunyi. saya baca. ada sms masuk dari nomor yang sms saya pada waktu dini hari :
kamu lagi apa? ga apa-apa ko. semalem uda tidur. kebangun tiba-tiba langsung inget kamu
ngapain inget aku? kaya ga ada kerjaan lain aja!
jadi sekarang buat inget kamu aja perlu alesan?
iya.
entahlah. yang jelas aku keingetan sama kamu. terus jadi susah tidur lg
gombalan maut! sumpah! saya putuskan untuk tidak membalas sms sampah seperti itu lagi.
salah satu hal yang tidak pernah saya sukai di dunia ini adalah GOMBAL. kenapa? karena penuh dengan omong kosong! apapun itu. hello!! apa yang dipikirkan lelaki disana, lelaki yang baru saja mencurahkan hujaman kegombalan tepat kearah kepalaku. lelaki yang rrrrggggghhhhh menguji kesabaranku di siang bolong.
ya sudahlah. gombalan yang datang dari setiap lelaki secara bertubi-tubi kepada saya itu adalah gangguan eksternal yang tidak bisa saya kendalikan. yang dapat saya lakukan hanyalah meningkatkan kekuatan diri agar tidak goyah setiap kali panah gombal berusaha menghujam saya.
tapi ada satu hal yang selalu ingin saya lakukan setiap kali ada lelaki yang menggombal pada saya : menjambak rambutnya dan menendang kakinya. kasar? oh tidak! yang dilakukan lelaki dengan menggombal (kata kerja aktifnya apa ya?) lebih kasar lagi. mereka membuncahkan kata-kata tanpa memikirkan dampaknya. bagaimana jika saya luluh karena gombalan itu? bagaimana ha? hati saya bisa terpaut karenanya. dan pada akhirnya saya tahu bahwa kata-katanya hanyalah gombalan = omong kosong.
ngegombal itu perlu loh...
seperti gombalan suami pada istrinya. sesekali diperlukan. untuk meningkatkan romansa rumah tangga. tapi bukan kepada saya yang belum menjadi hak siapapun. wahai para lelaki, kamu mau mendapatkan julukan raja gombal seperti yang di layar televisi? bisa saja... itu pilihanmu
Minggu, 04 Desember 2011
saya suka menulis
Kamis, 01 Desember 2011
ada sejarah di 2010
Senin, 07 November 2011
it was my beautiful Idul Adha
ada yang beda dengan malam takbiran kali ini. ada yang beda dengan Idul Adha kali ini. Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan yang plus plus di lebaran kurban tahun 2011.
sore sebelum malam takbiran
aku dan Na memutuskan untuk pergi ke PABS dengan tuan Ibrahim yang mau beli jam tangan juga. tetapi karena cuaca yang kurang mendukung, terpaksa kami batalkan rencana kepergian itu. mama meminta Ibrahim berbuka puasa di rumah sambil menunggu hujan reda. tidak mungkin mama membiarkan ia pulang begitu saja diterpa hujan yang datang keroyokan.
setelah maghrib, kami berbuka bersama. hey! ada kejadian unik yang benar-benar membahagiakan. kami berbuka puasa dengan pisang keju buatan mama, yang menciptakan komentar Ibrahim setelah menyantap pisangnya sampai habis, "Ini aku yang laper atau enak ya?"
setelah berbuka, aku dan Ibrahim naik ke lantai 2. hendak menunaikan sholat wajib di waktu maghrib. Ibrahim menungguku selesai wudlu. kami berniat melaksanakan sholat dengan berjamaah. tiba-tiba bapak naik. lalu...
Bapak : "Sholat, bal?"
Ibrahim : "Iya, pak. barengan." (maksud Ibrahim adalah barengan denganku)
Bapak : "Uh. bapak mah sholat di sini, di kamar teteh." sambil menunjuk kamar teteh. "nggak cukup kali ya, bal? nanti... nanti... kalau gitu sholat di sini aja. cukup nggak ya?" bapak menunjuk space di ruang tengah lantai dua.
Kami merapikan sejadah. Bapak menjadi imam. Ibrahim di sebelah kanan bapak, sedang aku berdiri di belakang bapak.
Sholat selesai…
Mataku berkaca-kaca. Sudah lama sekali tidak berjamaah dengan bapak. Dan kehadiran Ibrahim membuat aku bisa sholat berjamaan dengan bapak. Aku senang dan bahagia. Senang dan bahagia sekaligus.
Kami menyantap nasi (atau lontong ya? Lupa!) dan menghabiskan waktu mengobrol di ruang tamu. Menikmati malam takbiran bersama. Sungguh membahagiakan. Hujan berhenti pada jam 21.00 WIB. Kami membeli susu murni di dekat rumah. Na menginginkannya.
Esok hari : Idul Adha tiba
Aku dan keluarga sholat ied di masjid Ar-Rumy. Masjid dekat rumah. Selesai sholat ied, kami siap menyantap gorengan yang sudah mama buat dengan penuh cinta kasih. Aku berencana untuk pergi ke kampus. Memenuhi undangan untuk berlebaran kurban bersama keluarga lain di sana. Segera kusambar sapu dan lap kaca setelah menyelasaikan appetizers –gorengan- tadi. “Beres-beres ah. Biar nanti bisa ke kampus.” Semangat dalam hati. Na membatalkan keinginannya untuk pergi ke kampusku. Ibrahim bilang, dia akan menjemput nanti. Tapi tiba-tiba… sms masuk. Dari Ibrahim. Dia bilang, dia akan pergi ke kampus duluan. Hatiku kecewa berat. “Aku tidak mungkin bawa motor dalam keadaan tangan yang seperti ini. huh! Dia bilang mau bareng, malah ninggalin?!” Aku menenangkan diri. Tidak mungkin kurusak lebaran dengan emosi dalam diri.
Sesaat setelah kepala bercengkrama dengan bantal, aku tertidur. Tidak memperdulikan beberapa telepon yang masuk, apalagi sms. Termasuk sms dari Ibrahim. Aku bangun pukul 10.00 WIB. Dan segera kubaca sms dari Ibrahim yang totalnya sudah lebih dari empat sms. Mungkin ia cemas karena aku tidak membalas sms darinya.
Tidak berapa lama… Ibrahim datang. benar. Ia khawatir aku marah. Aku bingung. Padahal kami sekeluarga hendak pergi ke PABS. Menuntaskan rencana yang kemaren tertunda. Tanpa pikir panjang, aku mengajak Ibrahim bersama kami. “Mam, Iqbal ikut ya?” tanyaku pada mama.
“Ya boleh, Ni. Ajak aja!” mama bersemangat.
Kebahagiaanku berlebaran semakin bertambah. Itu kali keduanya Ibrahim pergi dengan keluargaku. Aku melihatnya menatap bayi yang sedang berbaring. Melihatnya mengajak sang bayi bercanda. Melihatnya bergemes ria sama bayi. Oooh… aku melihatnya seperti itu untuk pertama kali. Dan… menyenangkan! Sumpah! It was my beautiful Idul Adha.
Sabtu, 29 Oktober 2011
my brother's wedding
menikah bukan untuk 1 hari. tapi untuk selamanya. bukan jangka pendek tapi jangka panjang. perencanaannya pun bukan jangka pendek tapi jangka panjang. perlu ada visi yang dibangun. di mata kuliah manajemen strategi sudah dibahas masalah visi. visi harus dibangun untuk 20 tahun atau mungkin lebih. begitu pun visi untuk menikah. bukan untuk 1 atau 2 tahun saja. setelah 20 tahun, kalau memungkinkan menggunakan visi yang sama, tak masalah. kalaupun mau mengganti visi. tidak masalah juga. satu yang tidak boleh berubah. ketika niat dilandasi hanya karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala. menikah untuk beribadah. sehingga membina rumah tangga pun ibadah.
yap! jadi kepengen nikah. sabar!! beberapa tahun lagi juga itu terwujud! *semangat
yang terpenting adalah bagaimana menganggunkan diri dengan melakukan yang terbaik. menyelesaikan sekolah. mendapat penghasilan. mewujudkan impian. baru menikah :D
Rabu, 26 Oktober 2011
Entahlah kenapa saya ingin menuliskan ini… bukan untuk membagi informasi tentang diri saya, tapi ini bisa saja menjadikan insiprasi bagi siapa saja yang membacanya. Bukan inspirasi yang "aneh", tapi insipirasi yang ketika pembaca mulai membacanya, mungkin akan ada satu atau dua kata yang bisa menambah kamus kata dalam otaknya.
Tidak seperti bulan lainnya, kemaren aku sangat tidak bisa mengontrol emosi akibat hormon yang sedang fluktuatif. Ketidak nyamanan dalam diri dilampiaskan pada seorang pemuda disana yang sama sekali tidak bersalah. Kata-kata doa tidak baik kulontarkan melalui sms. Rencana 3 tahun ke depan seolah kuhancurkan dengan kata tersebut. Dengan wajah sedih, menyesal, dan sangat terpukul aku pergi ke kampus menyelesaikan ujian.
Aku teringat tindakan kekanak-kanakan yang kulakukan beberapa jam yang lalu. Tiba-tiba aku mengirimkannya sms untuk membatalkan semua rencana di tiga tahun. Bukannya balik marah atau meninggalkanku, dia malah mengirimkanku sms, “Istighfar sih… L”
Aku menyesal setelahnya. Bukannya kalau salah minta maaf? Tapi aku terlalu gengsi untuk meminta maaf dan mengatakan bahwa aku menarik kata-kataku tadi siang. Aku terlalu gengsi. Setan membisiki seolah aku tidak perlu sms dan meminta maaf. Tapi Alhamdulillah… aku masih punya naluri manusia baik. Kuputuskan untuk mengirimkannya sms, tahu apa balasannya? Dia bilang… lupakan. Dia bahkan menganggap aku tidak pernah mengatakan apa-apa.
Pulang kuliah, aku menghampiri mama dengan manja. Tiba-tiba obrolan mama mengarah ke pembahasan tentang pernikahan. Mungkin karena aku sudah 20. Oh tidak. Aku baru 20.
“Jadi punya suami yang basic agamanya kuat itu harus banget ya, mam? Wajib malah.” Komentarku.
“Iya. Ni juga harus punya penilaian sendiri. Sama siapa nanti nikah. Tapi buat sekarang nggak perlu fokus milih dulu, Ni. Mama masih pengen Ni kuliah, kerja, punya pendapatan sendiri, bukan buat Ni kok. Nantinya itu bakal berguna buat anak Ni.” Nasehat mama
Aku terdiam. “Jangan dulu memilih?” tanyaku dalam hati.
Kutuliskan sebuah lolongan hati bagi dirinya yang terkasih
Bagi dirinya yang masih sangat misterius
Bagi dirinya yang disiapkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala untukku
Bagi dirinya yang kelak akan datang meminangku
Siapapun dirimu kelak. Apapun pekerjaanmu. Seperti apapun rupa fisikmu. Aku tidak peduli. Karena pastinya kau ciptaan Sang Khalik untukku
Sudah kusiapkan beberapa pertanyaan, persyaratan, dan perjanjian yang akan kusodorkan nantinya
Bukan untuk menyiksamu ketika kita halal berada di satu atap. Tapi untuk memudahkan kita dalam pembangunan rumah bersama
Aku harap kau datang dengan sebaik-baiknya keimanan dan ketaqwaan yang kau miliki. Aku harap kau datang dengan seanggun-anggunnya kualitasmu. Bukan untukku tapi kelak untuk keluarga kita bersama. Agar Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak pernah meninggalkan kita, agar Dia tetap mendengar dan dekat dengan kita.
Aku ingin menikah denganmu, denganmu yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaanku kepada-Nya
Denganmu yang meningkatkan kecintaanku kepada-Nya
Senin, 24 Oktober 2011
Berpetualang di Kota Tua
memang sejak beberapa waktu lalu kami merencanakan untuk berjalan-jalan di Jakarta. tapi Sabtu pagi, rencana itu hampir saja aku batalkan karena satu dan lain hal. karena bosan tidak pergi kemana-mana... akhirnya kami putuskan untuk jalan ke Kota Tua dengan menggunakan Trans Jakarta.
ternyata eh ternyata ... itu kali keduanya Nanda Iqbal Ibrahim naik Trans Jakarta setelah Jumat malam utemani mencicipi Trans Jakarta yang pertama kalinya. padahal asli Jakarta loh. hihi
ada kejadian unik sewaktu ambil foto di bagian tempat mesin-mesin tik ini :
"Na! dompet aku kemana ya?" tanyaku
"Coba tanya Iqbal!"
kulihat Iqbal sudah mulai sholat. ia tidak memegang apapun. termasuk dompetku. dompet kesayangan dari orang tersayang. kepanikan langsung naik sampai ubun-ubun. aku langsung berlari mencoba ke tempat mesin tik tadi, tapi karena jalan yang dilalui agak sulit, aku jadi takut dan memutuskan untuk kembali ke mushola. menunggu Iqbal dan Na sholat.
"Dompet aku ketinggalan." ucapku pada Iqbal dengan nada datar (kata Iqbal)
"Dimana?" tanyanya panik
"Kayaknya di tempat mesin tik tadi deh." Iqbal segera berlari. seketika kepanikan yang menggunung terus meredam. aku percaya pada Iqbal. semua akan baik2 saja.
tidak berapa lama, Iqbal mengabarkan bahwa aku harus segera ke tempat satpam. dompetnya ketemu!!! senangku setelah dompet levis cokelat itu sudah kugenggam. sekali kugenggam tidak akan kulepas lagi. kecerobohan yang mengagetkan namun tetap memberi warna.
Sabtu, 22 Oktober 2011
surat kasih untukmu
tapi aku tidak berani mengungkap kerinduan ini
aku ragu lalu memilih diam
padahal kita tidak terpisah jauh
masih di satu negara yang sama
masih di satu bangsa yang sama
dan masih bicara bahasa yang sama
aku sangat merindu
hey!
jangan pernah bilang kalau kamu takut kehilangan aku
aku tidak akan pergi kemana-mana
bukan karena aku memutuskan untuk tinggal tapi karena memang belum waktunya aku untuk pergi
ingat perkataanku baik-baik...
aku akan selalu berada di sekitarmu
berada di sampingmu untuk berjalan bersama denganmu
berada di depanmu untuk melindungimu, karena kamu lelaki yang membutuhkan wanita
berada di belakangmu untuk selalu mendukungmu
yah...
aku akan berada di sekitarmu
sampai Allah memutuskan keputusan lainnya bagi kita.
kalau kamu ingin takut, takutlah pada Allah
karena hanya kepada-Nya kamu dapat meminta hatiku
hanya kehendak-Nyalah yang membuat kita bisa bersatu
surat kasih ini kusampaikan untukmu yang terkasih
untukmu yang seakan jauh di sana, padahal kamu selalu dekat di sini, di hatiku
untukmu yang selalu singgah dalam doaku
untukmu yang mengajarkan kehidupan lain dalam dunia ini
untukmu yang akan menjadi segalanya bagiku
Jumat, 21 Oktober 2011
jangan tunjuk saya
"Van! Hafidzoh bukan?"
aku tersenyum, "Kenapa?"
"Iya bukan, Van?"
"Vani punya hak buat nggak jawab pertanyaannya, kan?"
"Kalau gitu artinya ngaji juga bisa. Aku minta ajarin dong, Van!"
"Loh? Jangan sama Vani. Vani nggak bisa."
"Aku pernah denger Vani ngaji. Bagus."
"Loh? kok bisa? denger dimana?"
"Mau ya ngajarin aku... Please..."
"Jangan sama Vani. Beneran. Nanti kalau diajarin sama Vani bisa-bisa hati nggak kejaga lagi. Terus niat belajar baca malah berubah lagi."
"Kok Vani suudzon sih?" wajahny memurung.
"bukan suudzon. tapi mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Nanti Vani kenalin sama orang yang ahli ya... :D"
"Makasih Vani. Aku pengen belajar baca aja. Tapi nanti belajarnya lebih mendalam. Nanti aku bakal jadi bapak. Jadi aku mau ngajarin anak aku sendiri ngaji."
aku tersenyum. "Subhanallah... mulianya niat saudaraku ini." dalam hati. tapi jangan tunjuk saya menjadi guru ngajimu. karena saya seorang wanita. saya seorang akhwat. saya belum pantas mengajarkan Al-Quran kepada siapapun.
Rabu, 19 Oktober 2011
Pengen Nyebur di Curug Cimahi
awalnya mau ke CIC, tapi karena bosan. aku putar haluan.
entah sejak kapan kami menjagi "curug hunter"
senangnya berwisata dari satu curug ke curug berikutnya.
curug yang kami datangi adalah curug Cimahi kali ini. sebelumnya, iseng mencari beberapa curug terdekat dengan kota Bandung. alhasil nama bermacam curug di daerah lain pun muncul. tadinya pengen ke curug Penganten. tapi... nanti ajalah.
perjalanan menuju Curug Cimahi tidak jauh dari pintu masuk Villa Istana Bunga. sekitar 2 km mungkin. tidak perlu belak-belok. cukup ikuti saja jalan utamanya. nanti gerbang curug akan tidak terlihat. :D
maksudnya setelah 2 km, akan ada sebuah pintu masuk (yang tidak nyangka pintu masuk ke kawasan wisata curug Cimahi). Kami sempat melewati gerbang curug. karena pintu masuknya cukup kecil dan tidak begitu mencolok.
setelah memarkirkan motor, kami langsung menyambar pintu masuk curug. tiket masuknya Rp10.000. sangat sesuai dengan kondisi jalan yang sudah bagus dan nuansa alam indah yang didapat.
kami masuk ke gerbang, melewati pintu. harus menempuh perjalan 500 m untuk bisa mencapai curug. jalannya bagus. sudah dipasang pavin block. karena jalannya turunan, kami tidak merasa lelah. sekitar 250 m ada saung kecil untuk beristirahat. meluruskan kaki yang mulai pegal. dari saung pertama ini, kami bisa melihat curug secara utuh. dari ujung tempat airnya jatuh hingga ketika air mengalir. orang-orang ramai sekali. ada yang berenang atau sekedar duduk merasakan angin yang merdeka.
kami melanjutkan perjalanan sisa. setelah sampai... subhanallah. pelangi akibat gabungan air dan cahaya matahari yang bertemu, sangat cantik. luar biasa. angin pun membuai kami.
ini dia hasil dokumentasinya...
melindungi hati
tapi hanya ingin melindungi hati
salahkah?
Minggu, 16 Oktober 2011
tidur dalam damai
pintunya terbuka. kuintip sedikit. dari jauh kulihat sebuah kepala sedang terbaring. aku terus mendekat.
ternyata dia.
aku diam. tidak berani membuat keributan sedikitpun. aku takut membangunkannya. dia tertidur dalam damai. damai sekali. tidak ada beban sedikitpun yang tersirat di wajah damainya.
yah...
dia memang tidur dalam damai
Apa kabar hati?
tengah berbunga-bunga sekarang
semoga bunga ini merekah beriringan dengan berkah dari-Nya
semoga bunga ini merekah beriringan dengan kaldu kasih-Nya
semoga rekahan ini selalu dilindungi oleh-Nya, Sang Maha Pelindung
Dia yang Maha membolak-balik hati manusia
Ya Allah... kuatkan kami dalam jarak kehalalan yang belum kami petik
ketika rekahan ini adalah cinta
maka jadikan ia cinta yang mendekatkanku pada-Mu, Rabb...
Sabtu, 15 Oktober 2011
renungan pagi hari
Pagi ini, aku turun menghampiri mama dan bapak di meja makan. Bapak sedang asik menonton acara yang dibawakan oleh Ust. Arifin Ilham. Sedang mama membungkus pisang dan gula merah dengan kulit lumpia. Kuberanikan diri meminta izin untuk pergi ke Banjaran, mengikuti kegiatan kampus. Mama langsung melempar pada bapak. Mulailah bapak merangkaikan kalimat dari bibirnya dengan sangat tegas. Dan memohon. Ya… sebuah permohonan yang tegas.
“Ni, Banjaran itu jauh. Kemaren Ni kambuh lagi. Semaleman mama sama bapak nggak bisa tidur. Takut tambah parah jadi harus masuk RS. Kalau Ni nggak sakit kemaren, mama bapak bakal kasih izin. Bapak mohon sama Ni. Hari ini aja jangan kemana-mana dulu. Udah mah seminggu ini pulang malem terus. Sekarang jangan dulu kemana-mana Ni. Kalau Ni sehat, bapak nggak pernah larang Ni ikut kegiatan apa-apa juga kan? Batuknya Ni juga nggak sembuh-sembuh. Diajak ke Advent, nggak mau. Bapak kan jadi bingung.” Aku menunduk mendengarkan bapak.
Setelah bapak selesai, aku pergi dengan air mata yang sudah siap terjun bebas. Keegoisan mulai meraja. Aku masuk dan menutup pintu kamar. Mempersilakan air mata yang sudah tidak sabar untuk mengalir.
Lelah menangis, aku terlelap sekejap. Aku terbangun, memikirkan kerugian yang kudapat kalau dipenuhi dengan kesal dan amarah. Karena aku akan kehilangan detik-detik kebahagiaan. Aku segera mandi. Menyegarkan diri. Lalu turun. Menghampiri nasi dan tempe yang sudah mama siapkan. Sambil sarapan, mama memulai percakapan.
“Ni nggak ngambek?” tanya mama
“Tadi iya, sekarang nggak, mam.”
“Mama sama bapak trauma aja. Takut Ni masuk RS lagi. Mama sempet ngerasa bersalah kalau Ni sakit gara-gara nitipin Ni ke Mamani asrama dulu kecil. Nggak lama sama mamani asrama, Ni malah step. Mama bawa ke RS Misi. Disana sampe suster-susternya apet sama Ni.”
Aku ingat, mama memang pernah menunjukkan ruangan tempat dulu bayi aku dirawat di RS Misi ketika kami menengok sepupu yang sedang sakit. “I love you, mamooy. Tempenya enak.” Aku mencoba menenangkan mama.
Seakan air mata akan mengalir layaknya air yang menjebol dinding situ gintung tempo lalu.
Selesai sarapan, aku langsung masuk kamar, melanjutkan laporan magang yang tertunda seminggu ini. Tiba-tiba aku tengat sesuatu…
Aku ingat, lima tahun yang lalu, kelas 1 SMA, mama nangis ketika tubuh lemahku dibawa dengan tempat tidur dorong menuju kamar VIP A RSAI Bandung. Kala itu, dokter memvonis aku terserang demam berdarah tingkat akut. Kata dokter, kalau ibarat kanker, ini stadium 3. Trombositku benar-benar longsor. Mama menangis di samping tempat tidurku. Mama dan bapak mengusahakan banyak cara. Termasuk memberikanku obat-obatan tradisional secara diam-diam selama di RS. Alhamdulillah dalam waktu dua minggu, dokter mengizinkanku pulang, setelah agresi pemaksaan kulancarkan.
Tahun berikutnya… lagi-lagi harus pindah kamar ke VIP B RSAI. Tifus. Virusnya menyerang tulang. Seluruh tubuh lumpuh. Kepanikan mama dan bapak lebih parah lagi. Ada dua dokter yang menanganiku. Dokter internis dan syaraf. Lalu di tahun ketiga duduk di bangku SMA, aku harus menahan diri untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat karena tumor yang duduk manis dalam rahim kananku. Kala itu, setiap malam, suasana rumah selalu haru. Dokter bilang aku harus dioprasi. Tapi aku tidak mau. Bukan hanya masalah biaya, tapi karena aku takut. Membayangkan perutku disobek-sobek dengan pisau tipis yang tajam. NOOO!! Jadi merinding disko deh. Setelah melewati pengobatan herbal dan diet selama 6 bulan, Alhamdulillah aku sembuh total. Dokter pun keheranan.
Masa meminum herbal godogan adalah masa tersulit. Aku harus minum herbal yang pahitnya subhanallah sehari dua kali. pagi dan sore. Setiap kali selesai meminum herbal, perutku melilit. Kepalaku sakitnya minta ampun. Kalau tidak ingat Allah, mungkin lebih baik aku bunuh diri. Karena memang sakit luar biasa. Sampai harus tidak pergi sekolah. Masa diet adalah masa tersulit kedua, aku hanya boleh makan buah apel & jeruk, tahu, tempe, telor seminggu 1 kali. itu saja. ikan pun hanya boleh gurame bakar. Keju, susu, cokelat, es krim, dan kacang. Lima pantangan pasti. Intinya, aku tidak boleh makan-makanan berlemak dan siap saji. Karena akan merangsang pertumbuhan tumor. Kalau sedikit saja aku makan, maka kepala yang damai akan berperang. Sakitnya tidak akan tertahankan.
Alhamdulillah aku sembuh total sekarang.
Selanjutnya, penurunan kadar enzim yang kerja pada jantung. Adakah? Yah… beberapa waktu lalu aku harus lagi dan lagi pindah kamar ke VIP C. ruangannya lebih kecil dibanding VIP A dan VIP B. kalau VIP A itu, lengkap. Satu set sofa, TV 29 Inci, pokonya udah kaya kamar hotel paling mahal. Kali itu, aku menggunakan oksigen karena setiap kali kepala yang tenang terguncang, sesak napas mulai terasa. Sampai aku merasa inilah akhir hidupku.
Wajah lelah dan sedih dari mama bapak adalah wajah yang selalu kulihat setiap kali aku sakit. Aku sangat merasa bersalah. Aku benar-benar merasa bersalah karena sudah membiarkan seluruh keegoisanku memenangkan pikiranku. Mengeraskan hatiku. Membuatku ngambek sebentar tadi pagi. Membuatku marah pada mama dan bapak. Aku benar-benar menyesal.
Tidak akan kuulangi. Aku akan berusaha selalu menjadi anak mama bapak yang terbaik. Aku tidak akan lagi membuat mama bapak sedih karena sakit. aku tidak akan lagi ngambek sama mama bapak karena keinginan yang tidak terpenuhi. aku akan menjaga diriku seluruhnya. Mau makan tepat waktu, mau minum suplemen, menghindari makanan siap saji, dan masih banyak lagi. Mama… bapak… percaya deh. Anakmu yang satu ini perempuan yang tangguh sekarang, sekeras apapun guncangan, akan selalu bertahan dan sehat. J
Sekarang, setiap bangun pagi, aku selalu membaca doa dan meneriakkan dalam hati, “HARI INI BAIK! TERSENYUM! DAN SEHAT!”