Tampilkan postingan dengan label family. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label family. Tampilkan semua postingan

Senin, 09 Januari 2012

it was in my birthday




it was in my birthday. my brother and sister in law brought it for us. i mean... for me and my twin - Vina.
it was so delicious. i love it. i love cake. especially for chocolate cake.
it was in 2011. one year a go.

thank you so much my AA and my Teh Nengni

I Love you all... and teh Nengni is my real sister in law. because she loves me like her own sister :)

Jumat, 23 Desember 2011

pesan mama

malam dingin mampu menghangatkan kedekatan kami, aku dan mama berbaring di atas tempat tidur yang sama. aku tidak bisa tidur jua. kutatap wajah mama yang sangat damai. dokter bilang, mama harus menurunkan tensinya segera. kalau tidak... bisa menyebabkan pendarahan otak. dokter bilang?! aku percaya?! itu hanya hipotesa semata. dokter pun manusia biasa. tak berapa lama mama bangun. menyapa dengan pertanyaan yang biasa, menanyakan mengapa mataku belum jua terpejam. tiba-tiba pertanyaan lainnya terlontar dari bibir pucat mama; "Ni punya pacar?"

"Nggak, mam. Kenapa gitu?" jawabku.

"Ni, Ni harus menjaga diri Ni baik-baik. Buat suami Ni nanti. sekarang mah fokus kuliah dulu. punya pendapatan, punya penghasilan... Jangan mau dipegang-pegang sama cowok. Cowok mah kalau udah megang keenakan. Ni jangan mau. sebagai perempuan, kita yang rugi, Ni. Ni harus jadi anak yang baik. yang mempermudah jalan mama bapak masuk syurga. Ni juga harus jadi mama yang baik. Pokoknya harus selalu baik sama setiap orang. Jangan pernah peduliin orang yang sinis sama Ni. Mungkin mereka sayang sama Ni, tapi caranya beda. Ni juga harus terus semangat. Waktu satu semester ke depan nanti dimaksimalin sama Ni nya..."

aku mangut-mangut hendak meneteskan air mata. "Mam, InsyaAllah Ni bakal jaga diri. Mama tenang aja. Mama harus sepenuhnya percaya sama Ni. Fokus Ni itu sekarang... kuliah sambil bermanfaat buat orang lain, kerja, punya penghasilan juga, pengen ngejar semua mimpi Ni, Ni pengen biayain epang kuliah sampe S2. dan yang penting, beliin mama bapak rumah lagi."
mata mama berkaca-kaca. "yaudah. kita tidur ya, Ni. besokkan harus bangun subuh!"

"Besok Ni aja yang sapuin sama pel rumah! Ni juga yang nyuci baju. Ni deh pokoknya kerjain semuanya. kan Ni udah libur."

Senin, 07 November 2011

it was my beautiful Idul Adha

ada yang beda dengan malam takbiran kali ini. ada yang beda dengan Idul Adha kali ini. Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan yang plus plus di lebaran kurban tahun 2011.

sore sebelum malam takbiran

aku dan Na memutuskan untuk pergi ke PABS dengan tuan Ibrahim yang mau beli jam tangan juga. tetapi karena cuaca yang kurang mendukung, terpaksa kami batalkan rencana kepergian itu. mama meminta Ibrahim berbuka puasa di rumah sambil menunggu hujan reda. tidak mungkin mama membiarkan ia pulang begitu saja diterpa hujan yang datang keroyokan.
setelah maghrib, kami berbuka bersama. hey! ada kejadian unik yang benar-benar membahagiakan. kami berbuka puasa dengan pisang keju buatan mama, yang menciptakan komentar Ibrahim setelah menyantap pisangnya sampai habis, "Ini aku yang laper atau enak ya?"

setelah berbuka, aku dan Ibrahim naik ke lantai 2. hendak menunaikan sholat wajib di waktu maghrib. Ibrahim menungguku selesai wudlu. kami berniat melaksanakan sholat dengan berjamaah. tiba-tiba bapak naik. lalu...

Bapak : "Sholat, bal?"

Ibrahim : "Iya, pak. barengan." (maksud Ibrahim adalah barengan denganku)

Bapak : "Uh. bapak mah sholat di sini, di kamar teteh." sambil menunjuk kamar teteh. "nggak cukup kali ya, bal? nanti... nanti... kalau gitu sholat di sini aja. cukup nggak ya?" bapak menunjuk space di ruang tengah lantai dua.

Kami merapikan sejadah. Bapak menjadi imam. Ibrahim di sebelah kanan bapak, sedang aku berdiri di belakang bapak.

Sholat selesai…

Mataku berkaca-kaca. Sudah lama sekali tidak berjamaah dengan bapak. Dan kehadiran Ibrahim membuat aku bisa sholat berjamaan dengan bapak. Aku senang dan bahagia. Senang dan bahagia sekaligus.

Kami menyantap nasi (atau lontong ya? Lupa!) dan menghabiskan waktu mengobrol di ruang tamu. Menikmati malam takbiran bersama. Sungguh membahagiakan. Hujan berhenti pada jam 21.00 WIB. Kami membeli susu murni di dekat rumah. Na menginginkannya.

Esok hari : Idul Adha tiba

Aku dan keluarga sholat ied di masjid Ar-Rumy. Masjid dekat rumah. Selesai sholat ied, kami siap menyantap gorengan yang sudah mama buat dengan penuh cinta kasih. Aku berencana untuk pergi ke kampus. Memenuhi undangan untuk berlebaran kurban bersama keluarga lain di sana. Segera kusambar sapu dan lap kaca setelah menyelasaikan appetizers –gorengan- tadi. “Beres-beres ah. Biar nanti bisa ke kampus.” Semangat dalam hati. Na membatalkan keinginannya untuk pergi ke kampusku. Ibrahim bilang, dia akan menjemput nanti. Tapi tiba-tiba… sms masuk. Dari Ibrahim. Dia bilang, dia akan pergi ke kampus duluan. Hatiku kecewa berat. “Aku tidak mungkin bawa motor dalam keadaan tangan yang seperti ini. huh! Dia bilang mau bareng, malah ninggalin?!” Aku menenangkan diri. Tidak mungkin kurusak lebaran dengan emosi dalam diri.

Sesaat setelah kepala bercengkrama dengan bantal, aku tertidur. Tidak memperdulikan beberapa telepon yang masuk, apalagi sms. Termasuk sms dari Ibrahim. Aku bangun pukul 10.00 WIB. Dan segera kubaca sms dari Ibrahim yang totalnya sudah lebih dari empat sms. Mungkin ia cemas karena aku tidak membalas sms darinya.

Tidak berapa lama… Ibrahim datang. benar. Ia khawatir aku marah. Aku bingung. Padahal kami sekeluarga hendak pergi ke PABS. Menuntaskan rencana yang kemaren tertunda. Tanpa pikir panjang, aku mengajak Ibrahim bersama kami. “Mam, Iqbal ikut ya?” tanyaku pada mama.

“Ya boleh, Ni. Ajak aja!” mama bersemangat.

Kebahagiaanku berlebaran semakin bertambah. Itu kali keduanya Ibrahim pergi dengan keluargaku. Aku melihatnya menatap bayi yang sedang berbaring. Melihatnya mengajak sang bayi bercanda. Melihatnya bergemes ria sama bayi. Oooh… aku melihatnya seperti itu untuk pertama kali. Dan… menyenangkan! Sumpah! It was my beautiful Idul Adha.



Sabtu, 29 Oktober 2011

my brother's wedding

sepupu-sepupu yang paling kusayangi. kalau waktu liburan sekolah tiba, mereka selalu datang ke Bandung. walau waktuku harus dihabiskan mengasuh mereka (memandika, menemani bermain, membacakan cerita, menyuapi makan) aku senang. karena sambil belajar jadi ibu kelak

foto dengan tante dan 2 nenek yang paling kusayang (pake baju putih dan gold di samping Vina)


she is the greatest woman in this world. yap! my mom. she's beautiful, isn't it?

ini dia. adik yang selalu dikira pacarku oleh teman-teman dari SMA sampai kuliah. :D
gantengnya adikku. suaranya juga oke loh. waktu nyanyi, seperti ungkapan hati.

ini aku dan kembaran -Vina. kami semua pake kebaya berwarna gold. sumpah! ini kebaya yang aku suka. modelnya nggak keliatan tua. kami memanfaatkan dekorasi pernikahan buat take picture

see! this is my family. aa menikah. dan menambah satu anggota dalam keluarga hangatku. senangnya... tidak sabar ingin segera punya keponakan

tahu tidak. setelah melihat kakak tertuaku menikah tepatnya 1 Mei 2010 lalu, aku jadi kepengen nyusul. eits! hahah. memang seperti itu adanya. tapi hanya keinginan sesaat. sekarang, statusku masih mahasiswi. aku masih bertanggung jawab menyelesaikan study. mempertanggung jawabkan pendidikanku kepada mama dan bapak. itu kewajibanku.
menikah bukan untuk 1 hari. tapi untuk selamanya. bukan jangka pendek tapi jangka panjang. perencanaannya pun bukan jangka pendek tapi jangka panjang. perlu ada visi yang dibangun. di mata kuliah manajemen strategi sudah dibahas masalah visi. visi harus dibangun untuk 20 tahun atau mungkin lebih. begitu pun visi untuk menikah. bukan untuk 1 atau 2 tahun saja. setelah 20 tahun, kalau memungkinkan menggunakan visi yang sama, tak masalah. kalaupun mau mengganti visi. tidak masalah juga. satu yang tidak boleh berubah. ketika niat dilandasi hanya karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala. menikah untuk beribadah. sehingga membina rumah tangga pun ibadah.
yap! jadi kepengen nikah. sabar!! beberapa tahun lagi juga itu terwujud! *semangat
yang terpenting adalah bagaimana menganggunkan diri dengan melakukan yang terbaik. menyelesaikan sekolah. mendapat penghasilan. mewujudkan impian. baru menikah :D

Kamis, 07 Juli 2011

Perbincangan Malam Lalu

Malam sebelum mama pulang ke Rangkasbitung...

“Mama... Udah tenang aja. Ni bisa bikin sendiri kok. Ni kan bukan anak kecil lagi. Mama jangan terlalu khawatir.”

“Iya gitu? Bukan anak kecil lagi? emang umur Ni berapa?” Tanya mama menggoda.

“Agustus nanti kan 20, mam...”

“Tapi kok kalo makan masih mau disuapin sama mama?”

zzzzzzzzzzz

“Ni, kok makannya sedikit?” Tanya mama lagi sambil melihat nasi di atas piring biru kesukaanku.

“Nggak nafsu makan, ma.”

“Tuh. Mama nggak mau Ni sakit. Emang lagi ada pikiran apa? Udah. Kondisi bapak kayak gini nggak usah dipikirin. Yang penting Ni kuliah yang bener. Mandiri.”

“Nggak mikirin kok, mam. Sekarang Ni emang fokus kuliah, mam. Nggak mikirin pengen cepet nikah, mam. hehehe.”

“Pujing kamu mah kalo banyak pikiran suka sakit. Jangan sampe kaya kemaren. Masuk RS gara-gara beban pikiran. Ke jantung juga kan jadinya.”

Deg! jantungku langsung berdegup. “Dari mana mama tahu ‘beban pikiran’ itu?” Tanyaku dalam hati.

“Teranglah mama tahu. Mama yang ngandung. Mama yang ngelahirin. Mama yang besarin. Kenapa nggak mau cerita sama mama?”

“Takut mama anggep dia jelek.” Jawabku singkat.

“Dengerin mama ya, Ni. Jangan pernah kamu nangis gara-gara lelaki. Apalagi sakit. Kecuali kalo dia suami kamu. Itu baru boleh. Laki-laki yang baik itu, bakal ngejaga omongannya ke kamu. bakal juga ngejaga kesetiaannya ma kamu. semua itu bentuk penghargaan dia ke kamu.”

“Siap, ma!!” Sambil hormat. Mama geleng-geleng kepala.

“Ni, mama nggak pernah ngelarang Ni deket sama siapapun. Soalnya, mama mau Ni seneng. Nggak ngerasa dipaksa sama mama. Tapi Ni harus cari laki-laki yang cuma cinta sama Ni aja, tapi juga cinta sama keluarga Ni. Suami yang bisa ngebimbing Ni dunia-akhirat, suami yang bisa ngehargain Ni, suami yang bisa penuhin kebutuhan Ni.”

“Lah mama? kenapa ngomong kayak gini?”

“Nggak. Tiba-tiba aja mama keingetan Na nanya gini, “mam. kalo setelah lulus kuliah ni langsung nikah boleh ga?” Ya mama kaget dong.”

GUBRAK! tuh anak satu!

“Mama kan jadi ngerasa kayaknya harus ngomong kayak gini sama Ni.”

“Mama tenang aja ya. target ni nikah 23 kok. Jadi tahun depan ni lulus, ni langsung kerja, beliin mama bapak rumah patungan sama yang lain, baru entar ni nikah.”

“Iya. Mama tahu. Ni, tahu nggak? kalo udah tua itu pengennya deket anak aja loh. Mama mah pengen ni tetep di Bandung atau nggak masih di pulau Jawa deh setelah nikah. Kalo mama udah tua, mama cuma bisa bertumpu sama anak.” Pembicaraan mama mulai menjurus.

“Mama. Jangan pikirin aneh-aneh deh. Mama tenang ya... Kalo ni punya uang banyak, ni bakal beli rumah pas di samping rumah mama. Jadi kalaupun Ni nggak di Bandung, Ni bakal sering main ke tempat mama. kan rumah Ni deket rumah mama.”

Mama diam. Kulihat mata mama berkaca-kaca. Aku tahu betul. Berbagai hal yang dialami belakangan ini, membuat mama terlihat jauh lebih tua dan rentan. Aku melanjutkan makan malam yang tertunda.

“Mama kenapa?”

“Nggak apa-apa Ni. Mama cuma mau semua anak mama dapet yang terbaik aja. Mama nggak mau anak mama susah. mau beli ini, susah. mau jajan aja, susah. mama nggak mau. mama sama bapak nggak bisa kasih apa-apa. Cuma bisa kasih ilmu. itu pun nggak seberapa.”

dengan sadar, aku meneteskan air mata.

“Mama tenang ya. apa yang mama bapak kasih itu lebih dari cukup. Ni mohon doa dari mama ya. Biar kuliah ni lancar, ni bisa lulus cepet, dapet kerja, biayain kuliah epang juga, dapet suami yang sayang sama mama bapak dan semua keluarga ni. Ni mohon doa aja ya, ma.”

mama segera menyeka air matanya.

malam haru yang penuh air mata di atas meja makan.

Minggu, 08 Mei 2011

my satnight


Sabtu, 07 mei 2011

Ketika bangun tidur, prediksi akan kelelahan di waktu mendatang telah tergambar dengan jelas. kejelasan lelah yang akan menerpa seharian ini tidak menyurutkan punggung bergerak naik untuk menjawab seruan adzan subuh. Setelah mengambil wudlu, kutunaikan ibadah spiritual yang sudah menjadi kewajiban seluruh umat muslim, sholat subuh. Tepat pukul 06.00 WIB, selesai mendengarkan Manajemen Qolbu Pagi di MQ FM, aku menyalakan komputer untuk menciptakan beberapa print out berkas yang diperlukan untuk persiapan pengobatan gratis. Singkat cerita, aku pergi ke kampus untuk membantu teman-teman mempersiapkan baksos pengobatan gratis SPECTRUM.

Seharian aku di Kampus yang berlokasi di Dayeuh Kolot. Pagi jam 08.00 WIB, aku menghadiri acara Jurnalis Bengkel Seni Embun ; Presenttitude. Acara baru dimulai pukul 09.00 WIB. Pembicaranya Gustav Aulia. Sayangnya di pukul 10.00 WIB aku harus turun ke lantai ground untuk menyambut beberapa panitia baksos Gegerkalong yang sudah tiba. Sekalipun harus bolak-balik aula, UKM, dan lobi kampus, aku tidak merasa lelah. Karena ketika aku merasa lelah, aku terus melanjutkan langkah. Berjalan dan berjalan. Menelusuri setiap ubin yang untuk menunaikan kewajiban.

Seharian beraktivitas membuat kepenatan dan kelelahan menerpa. Ingin rasanya kulewati malam Minggu ceria dengan bersantai di atas tempat tidur sambil membaca buku yang belum juga selesai sejak seminggu lalu. Tapi niat itu kubatalkan. Aku ingat bahwa aku ada janji pergi dengan keluarga Alfath untuk menghadiri sebuah konser angklung. Neng –adik Alfath- menjadi pemain angklung.

Kesan pertama ketika kudaratkan kaki di depan gerbang Dago Tea House adalah PUSING. Aku bingung dimana seharusnya kusandarkan kelelahan dengan duduk menikmati alunan angklung yang saat itu tengah beristirahat. Banyak sekali orang yang menonton konser angklung KPA SMA 3. Konser yang benar-benar membuatku tersenyum sepanjang pertunjukan. Alfath yang sibuk mengambil gambar, membuatku bergerak mengambil tempat duduk di samping mamanya.

Malam Minggu yang sangat menyenangkan. Menyambung silaturahim dengan saudara yang sudah lama tak kutemui. Keluarga Alfath begitu hangat. Mereka sangat welcome. Membuatku tidak canggung berada di tengahnya. Malam Minggu yang indah dalam suasana hati yang masih terluka karena kenyataan beberapa waktu lalu. Terima kasih kepada Tante dan Om –mama dan papa Alfath- yang sudah menambah hiasan senyum di wajahku. Terima kasih kepada Om dan Tante yang sudah menimbun luka di hati. Dan yang terpenting, terima kasih serta syukurku kepada Allah, Dzat Yang Maha Segala, Dzat Maha Penyembuh luka hati umat-Nya, yang telah mengenalkan aku dengan mereka. Mereka yang membuatku merasa seolah ada keluarga lain yang kumiliki. Mereka yang selalu memperlakukanku dengan lembut dan penuh kasih. Yah… keluarga Alfath sudah seperti keluargaku sendiri. And finally, I have three families. My own family, GAMUS, dan… Alfath’s family who always be nice to me :D

pict : http://27.media.tumblr.com/tumblr_lkmhk64Dnp1qat674o1_500.jpg



Rabu, 19 Januari 2011

the greatest father








Setiap manusia akan mendapatkan pasangan yang menjadi cerminannya. Mama yang luar biasa tentu memiliki suami yang luar biasa juga.

Bapak. Adalah ayah yang paling luar biasa di dunia.

Bapak mengajarkanku agama. Mengajarkan islam padaku. Mengenalkan Al-Quran padaku. Bapaklah yang menjadi ustadzku dalam membaca Al-Quran. Bapak juga menjadi imam ketika solat maghrib. Ketika semua anak berkumpul. Dan siap mulai belajar membaca Al-Quran.

Bapak selalu mengambil raporku waktu SD. Tidak perduli ada kerjaan lain di kantor, buat bapak, ngambil rapor aku itu wajib. Karena senang hati bapak melihat nilaiku yang tidak pernah mengecewakan. Tanpa bermaksud sombong. Tapi memang begitulah bapak. Selalu ingin tahu perkembangan anak-anaknya. Setelah mengambil rapor. Bapak mulai menyiapkan uang untuk membelikan hadiah prestasi. Setiap kali aku mendapat prestasi gemilang, bapak selalu bertanya, “mau hadiah apa?” dengan begitu bapak mengajarkan bahwa segala sesuatu harus diperoleh dengan kerja keras. Tanpa kerja keras aku tidak akan mendapatkan apa-apa.

Menginjak SMP, bapaklah yang mendaftarkan sekolahku. Bukan aku yang mau. Tapi sekali lagi. itu keinginan bapak untuk terlibat dalam dunia pendidikan anaknya. Bapak selalu bilang, akan bapak lakukan apa saja demi membiayai pendidikan kami, anak-anaknya. Bapak begitu gigih bekerja. Begitu gigih berusaha memasuki dunia pendidikan kami.

Bapak mengajarkan keseriusan, takdir, dan kemauan. Tanpa ada keseriusan dan kemauan, takdir tidak akan berubah. bapak senang sekali menceritakan masa petualangan kecil bapak. Dengan penuh keyakinan bapak menceritakan segalanya disertai kepercayaan bahwa kami anak-anaknya tidak akan pernah mengikuti kenakalan kecil bapak.

Bapak mengajarkan kebebasan dan pertanggung jawaban. Bapak mengajarkan kebijaksanaan. Menginjak SMA, ketika semua teman mencaci karena laptopku yang hilang karena kecerobohan temanku, bapak datang dengan bijak. Memecahkan semua masalah itu. semua teman mencaci dan mencemooh aku dan vina. Bapaklah yang menjadi pelindung. Bapak yang maju menangani. Karena kuakui, aku tak sanggup saat itu.

Ketika bapak sedang tidak punya banyak uang, aku masuk RS, bapak tetap mendaftarkanku ke kamar VIP. Tidak perduli berapa nanti yang akan dibayar untuk kamar saja. itu karena bapak ingin aku segera sehat dan bisa beristirahat di RS dengan nyaman. Sampai guruku berkomentar, “ini mah bukan RS ni! Tapi ini mah pindah rumah aja!” komentar yang lucu.

Sekarang sejak kuliah, bapak selalu bertanya tentang perkembangan kuliah, nilai, dan organisasiku. Bapak selalu bilang “I am proud of you, dear.” Mendengar kalimat itu, aku selalu berkaca-kaca. Terharu.

Banyak hal luar biasa yang tidak bisa kujabarkan dalam tulisan. Hal luar biasa yang datang dari kedua orang tua yang luar biasa juga. Hal luar biasa dari orang yang kucinta. Dan hal luar biasa dari orang tua yang Allah titipkan padaku J

Terima kasih bapak

Terima kasih Allah karena telah mengirimkan kedua orang tua yang luar biasa.