Berawal
dari sebuah permohonan kredit senilai Rp 4 Milyar, kamu dan Radit semakin
dekat. Radit yang dengan intensif membantumu menyelesaikan paket kreditmu. Pemikirannya
sedikit kompleks tapi penuh dengan kehati-hatian. Di waktu senggang, kalian sering
juga pergi bersama. Sekedar nonton, makan malam di pinggir jalan, makan es
krim, dan masih banyak lagi. Kamu cukup nyaman berteman dengannya. Radit. Usianya
sudah 29 tahun. Menurutku dia sudah cukup matang untuk menikah. Tapi Radit
mengaku masih single dan berniat
menjadi double di usia 30.
Suatu malam, setelah memperkenalkan seafood
ayu yang katanya terkenal, dia berhenti sejenak. Menatapmu dalam. “Ada apa,
Mas?”
“Nggak apa. Kamu cantik.”
“Makasih. Padahal aku nggak make up loh.”
“Ya kamu emang cantik tanpa make up.”
“Jangan pandangi aku lama-lama.
Nanti naksir.” Kamu menggodanya.
“Kalo udah? Gimana?”
Ibarat petir datang menyambar. Tepat
menusuk-nusuk kepala dan hatimu. Kamu terdiam. Hanya bisa tersenyum. “Eh aku
serius, Bunga. Gimana?”
Kalian memang sudah sangat dekat.
Dia cerita banyak hal tentang keluarganya. Ya meskipun kamu tidak seterbuka itu
padanya. Belakangan dia sering memberikan perhatian padamu. Dasar Bunga! Bukan
Bunga namanya kalau tidak dingin bagai es. Bukan Bunga namanya kalau peka terhadap perasaan lelaki.
Kamu sama sekali tidak bisa merasakan apa-apa. “Apa kamu mati rasa, Bung?”
Malam itu menjadi malam yang mengejutkan. Kamu tidak tahu harus bagaimana.
“Ya sudah. Nggak usah jawab sekarang
ya. Masih ada besok.” Radit mengusap kepalamu seperti anak kecil. Jelas saja.
Usia kalian terpaut tujuh tahun.
Paling tidak untuk sementara waktu
kamu bisa bernapas lega.
Radit berubah drastis. Teman-teman
kantor terheran melihat perubahannya. “Tumben lo sholat, Dit?” Tanya Frendi
sembari tertawa.
Radit jarang sekali terlihat
menunaikan kewajiban lima waktunya di kantor. Orang sekantor pun sering
terheran-heran dimana dia menunaikan kewajibannya. Tapi ya sudahlah. Itu
urusannya dengan Allah SWT.
Dia juga pernah memintaku sholat
berjamaah. Dia menjadi imamku.
Lepas pernyataan cintanya malam lalu, dia semakin sering
menghubungiku. Memperhatikan semua yang melekat padaku, kesehatanku dan
semuanya. Dia menjadi lebih perhatian. Tanpa kamu sadari, kamu menarik diri.
Perlahan membentengi diri kamu sendiri. Bukan beniat menggantungnya. Kamu hanya
memintanya untuk meyakinkan perasaannya padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar