Senin, 07 November 2011

it was my beautiful Idul Adha

ada yang beda dengan malam takbiran kali ini. ada yang beda dengan Idul Adha kali ini. Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan yang plus plus di lebaran kurban tahun 2011.

sore sebelum malam takbiran

aku dan Na memutuskan untuk pergi ke PABS dengan tuan Ibrahim yang mau beli jam tangan juga. tetapi karena cuaca yang kurang mendukung, terpaksa kami batalkan rencana kepergian itu. mama meminta Ibrahim berbuka puasa di rumah sambil menunggu hujan reda. tidak mungkin mama membiarkan ia pulang begitu saja diterpa hujan yang datang keroyokan.
setelah maghrib, kami berbuka bersama. hey! ada kejadian unik yang benar-benar membahagiakan. kami berbuka puasa dengan pisang keju buatan mama, yang menciptakan komentar Ibrahim setelah menyantap pisangnya sampai habis, "Ini aku yang laper atau enak ya?"

setelah berbuka, aku dan Ibrahim naik ke lantai 2. hendak menunaikan sholat wajib di waktu maghrib. Ibrahim menungguku selesai wudlu. kami berniat melaksanakan sholat dengan berjamaah. tiba-tiba bapak naik. lalu...

Bapak : "Sholat, bal?"

Ibrahim : "Iya, pak. barengan." (maksud Ibrahim adalah barengan denganku)

Bapak : "Uh. bapak mah sholat di sini, di kamar teteh." sambil menunjuk kamar teteh. "nggak cukup kali ya, bal? nanti... nanti... kalau gitu sholat di sini aja. cukup nggak ya?" bapak menunjuk space di ruang tengah lantai dua.

Kami merapikan sejadah. Bapak menjadi imam. Ibrahim di sebelah kanan bapak, sedang aku berdiri di belakang bapak.

Sholat selesai…

Mataku berkaca-kaca. Sudah lama sekali tidak berjamaah dengan bapak. Dan kehadiran Ibrahim membuat aku bisa sholat berjamaan dengan bapak. Aku senang dan bahagia. Senang dan bahagia sekaligus.

Kami menyantap nasi (atau lontong ya? Lupa!) dan menghabiskan waktu mengobrol di ruang tamu. Menikmati malam takbiran bersama. Sungguh membahagiakan. Hujan berhenti pada jam 21.00 WIB. Kami membeli susu murni di dekat rumah. Na menginginkannya.

Esok hari : Idul Adha tiba

Aku dan keluarga sholat ied di masjid Ar-Rumy. Masjid dekat rumah. Selesai sholat ied, kami siap menyantap gorengan yang sudah mama buat dengan penuh cinta kasih. Aku berencana untuk pergi ke kampus. Memenuhi undangan untuk berlebaran kurban bersama keluarga lain di sana. Segera kusambar sapu dan lap kaca setelah menyelasaikan appetizers –gorengan- tadi. “Beres-beres ah. Biar nanti bisa ke kampus.” Semangat dalam hati. Na membatalkan keinginannya untuk pergi ke kampusku. Ibrahim bilang, dia akan menjemput nanti. Tapi tiba-tiba… sms masuk. Dari Ibrahim. Dia bilang, dia akan pergi ke kampus duluan. Hatiku kecewa berat. “Aku tidak mungkin bawa motor dalam keadaan tangan yang seperti ini. huh! Dia bilang mau bareng, malah ninggalin?!” Aku menenangkan diri. Tidak mungkin kurusak lebaran dengan emosi dalam diri.

Sesaat setelah kepala bercengkrama dengan bantal, aku tertidur. Tidak memperdulikan beberapa telepon yang masuk, apalagi sms. Termasuk sms dari Ibrahim. Aku bangun pukul 10.00 WIB. Dan segera kubaca sms dari Ibrahim yang totalnya sudah lebih dari empat sms. Mungkin ia cemas karena aku tidak membalas sms darinya.

Tidak berapa lama… Ibrahim datang. benar. Ia khawatir aku marah. Aku bingung. Padahal kami sekeluarga hendak pergi ke PABS. Menuntaskan rencana yang kemaren tertunda. Tanpa pikir panjang, aku mengajak Ibrahim bersama kami. “Mam, Iqbal ikut ya?” tanyaku pada mama.

“Ya boleh, Ni. Ajak aja!” mama bersemangat.

Kebahagiaanku berlebaran semakin bertambah. Itu kali keduanya Ibrahim pergi dengan keluargaku. Aku melihatnya menatap bayi yang sedang berbaring. Melihatnya mengajak sang bayi bercanda. Melihatnya bergemes ria sama bayi. Oooh… aku melihatnya seperti itu untuk pertama kali. Dan… menyenangkan! Sumpah! It was my beautiful Idul Adha.