Sabtu, 27 Februari 2010

PERANG DUNIA KE3

terulang lagi dan lagi. ini malam ke 15.
peperangan itu terjadi lagi. kali ini semakin marak. sorak sorai malaikat dan setan berterbangan diantara
logika dengan hati
mereka bertentangan
saling membunuh... menusuk... menggoyangkan seluruh bagian dalam kepalaku
otakku serasa ingin mencuat ke permukaan sebagai tanda ketidaksiapanku atas peperangan ini
logikaku menonggak! mengarahkan panahnya ke hati
bersiap menusuk
hatiku terjaga. bersiap melawan tonggakan itu dengan kuda2 terlatih yang pernah kurasa
cintaku di hati
namun logika menjajah seluruh bagian otak kecilku
entahlah apa yang kurasa
cintakah yang hanya dalam mimpi?
atau logikalah yang memang pada dsarnya sesuai dengan realita...
kalau begitu..
kumenangkan logikaku. meninggalkan hati. meninggalkan cita. demi kehidupan nyata

Jumat, 26 Februari 2010

sedikit tuntutan

aku tidak menuntut kau memberiku uang
karena aku yakin
kita akan mengumpulkan tumpukan itu bersama2

aku tidak menuntut kau memberiku mobil
karena aku yakin
kita akan membelinya bersama2

aku tidak menuntut kau memberiku rumah
karena aku yakin
tabungan kita cukup untuk membangunnya bersama2

aku tidak menuntut kau memberiku emas 24 karat
karena aku yakin
kita akan menciptakan emas sendiri bersama2

tapi...
aku hanya menuntut sedikit saja
sedikit bukti kau mencintaiku
sedikit bukti kau menyayangiku
sedikit bukti kau mengasihiku

kalau kata nindy "buktikanlah..kau cinta padaku... buat aku tergila2 padamu. jangan dulu kau lelah menunggu.kuingin lihat kesungguhannya mu sebelum ku bilang I LOVE YOU."

tuntutan itu bukan berarti aku tidak mencintaimu apa adanya
bukan berarti aku merasa aku berkorban banyak bagimu
karena apapun yg kuberikan ...
hanya sekedar bukti..cintaku padamu...

Selasa, 23 Februari 2010

mencari keyakinan semata

Jika detik ini aku dapat lahir kembali. Aku akan merenung. Mengintrospeksi DIRI SENDIRI. Yang tak bisa terlepas dari hal YANG TIDAK KUYAKINI KARENA KETERPAKSAAN.

Bukankah manusia harus meninggalkan apa yang tidak diyakininya menuju apa yang diyakininya?

Lalu mengapa aku harus bertahan di tempat yang sama sekali tidak kuyakini.

Aku menuntut kebebasan dikala usia muda yang kuemban saat ini. Bukan kebebasan tanpa beban kehidupan. Hanya ingin bebas dari keterpaksaan yang tidak kucintai. Keterpaksaan yang membelenggu langkahku. Keterpaksaan yang mencabik batinku. Keterpaksaan yang merusak pikiranku. Aku ingin bebas. Terbang melayang mencari angan baru. Menggapai mimpi yang sudah kurangkai. Jadi tolong. Bebaskan aku… dari borgol keterpaksaan ini. Keterpaksaan karena hal yang tidak kuyakini. SANGAT TIDAK KUYAKINI.

Namun bebas dari lilit keterpaksaan itu. yang senantiasa menghantuiku. Memikirkan perasaan mereka tanpa menoleh bahkan melirik perasaanku. Menyakiti hati merogoh bagian dalam otakku yang tengah busuk terkubur. Aku enggan bercerita apapun pada siapapun. Hanya pada sang Illahi.

Karena akan terasa percuma menuntut jutaan pengertian yang diharap. Hasilnya… SIA-SIA… karena aku ingin TERBEBAS dari KETIDAK YAKINANKU menuju KEYAKINANKU melewati JERUJI KETERPAKSAAN itu.

Aku akan terus berjalan bahkan berlari mencari dan mencari… hingga kutemukan keyakinan di hati…

Sabtu, 20 Februari 2010

APA ADANYA

Menerima sesuatu apa adanya bukan berarti tidak menuntut perubahan apapun. Ada pendapat yang mengatakan bahwa setiap manusia tidak perlu berusaha terlalu keras untuk menuntut perubahan. Karena perubahan akan tercipta dengan sendirinya. Perubahan adalah sesuatu yang abadi. Kekal. Sampai dunia berakhir nanti. Berubah menjadi alam baru yang diciptakan sang Illahi.

Meskipun perubahan itu abadi. Tetap saja sebagai manusia, kita harus menuntut perubahan. Apapun bentuknya. Dalam hidup misalnya. Jika kehidupan kita tetap sama dengan yang kemaren, tanpa pernah berbuat hal yang berbeda, mungkin tidak akan ada hal yang bisa kita pelajari. Lalu… bagaimana kita bisa menciptakan perubahan? Kita harus belajar dari pengalaman dan lingkungan. Sehingga penting menuntut diri untuk berubah. Barulah mempengaruhi orang untuk melakukan perubahan. Bagiku, perubahan memang ada. Tapi tercipta untuk orang-orang yang mau menciptakannya. Bukan hanya berpangku tangan dan menunggu perubahan itu datang padanya.

Sama halnya dengan kalimat Aku mencintaimu apa adanya.” Apa adanya berarti menerima baik-buruknya pasangan. Selama buruk itu masih bisa ditolerir tentunya. Istilah “apa adanya” memang sering terdengar manis. Hanya saja. Dalam hati sering tidak dapat dipungkiri adanya keinginan untuk mendapatkan seseorang yang “apa adanya” sesuai dengan kriteria pribadi masing-masing. Sehingga terkadang menerima “apa adanya” itu sangat menyulitkan diri sendiri.

Aku mencintainya apa adanya. Tapi bukan berarti aku tidak mengharapkan adanya perubahan terbaik yang diciptakannya ketika ia mencintaiku.

Aku menyayanginya apa adanya. Tapi bukan berarti aku tidak mengharapkan dirinya berubah menjadi sosok yang kuinginkan sesekali ketika ia menyayangiku.

Aku sangat mengasihinya apa adanya. Tapi bukan berarti aku menerima perbuatan menyakitkannya ketika ia mengasihiku.

Aku mencintainya apa adanya. Baik buruknya. Ia yang selalu menciptakan hiasan senyum di bibir ini. Ia yang senantiasa menghangatkan ketika dingin mendera. Ia mengayomi ketika tubuh terselimuti ketakutan mendalam. Ia membelai lembut ketika kemanjaan merenggut kedewasaanku.

Aku menyayanginya apa adanya. Sekalipun ia masih menyimpan tingkah yang terkadang membuatku harus menggelengkan kepala berulang kali. Atau ketika ia mewujudkan pola menjengkelkan luar biasa yang harus membuat wajahku merah padam karena menahan amarah.

Dan sampai detik ini. Aku masih mencintai dan menyayanginya. Temanku pernah berkata. “Semakin sering kita mengucapkan rasa sayang dan cinta, maka akan semakin besar pula rasa itu tumbuh. Dan selama masih punya kesempatan untuk mengutarakan itu, maka utarakanlah. Jangan buang waktu dengan bungkam seribu kata.” Lalu setelah ini… aku berdoa semoga aku akan tetap mencintai dan menyayanginya. Dengan begitu… ia pun akan tetap mencintai dan menyayangiku selamanya.

DAN AKU MENCINTAI DAN MENYAYANGINYA APA ADANYA. DENGAN SEGALA KONDISI YANG ADA PADANYA.

Senin, 15 Februari 2010

cinta adalah pemberian

dengan adanya pemberian itu tidak ada keraguan untuk memberi

seberapa banyak uang yang kita habiskan

seberapa banyak tenaga yang kita keluarkan

seberapa banyak peluh yang mengalir

seberapa banyak waktu yang tersita

seberapa banyak bagian otak yang kita sisihkan

seberapa banyak perhatian yang kita curahkan

seberapa banyak pengertian yang kita tumpahkan

dan masih banyak hal-hal lain yang kita berikan

seseorang bercerita padaku: "ada 2 orang yang sedang kehausan. yang satu selalu berteriak bahwa ia haus. yang satunya lagi tidak pernah berkata apa2, namun ia segera mengambil air dan minum."

aku memperhatikan dengan seksama.

lalu ia bertanya: "menurut vani, mana yang benar2 haus?"

aku menjawa: "yang kedua."

seperti halnya orang haus yang langsung meminum air. ia tidak berkata. ia langsung bertindak. Begitupun dengan cinta. Jika kita merasakan cinta. Tidak perduli orang yang kita cintai mencintai kita, kita harus tetap memperlakukannya selayak orang yang kita cintai. Sebagai bukti bahwa kita mencintainya.

Cinta bukanlah sekadar untaian kata bual yang melantun keluar. Melainkan sebuah pembuktian. Tidak hanya sebuah ungkapan “aku mencintaimu. Dan aku aka nada disampingmu saat kau membutuhkan.” Melainkan langsung dengan tindakan. Tidak banyak bicara. Banyak bertindak. Membuktikan cinta itu ada.

Jumat, 12 Februari 2010

HANYA TAKUT PADA 2 HAL

Aku tidak pernah takut miskin

Karena aku pernah mengalami dan melewatinya. Saat aku harus mengencangkan ikat pinggang, memutar otak mencari cara untuk mendapatkan uang lebih, menelan ludah karena tidak bisa makan makanan kesukaanku, menahan tangis karena harus berobat, tetap tegar dan pasrah ketika ayah bilang uang untuk biaya sekolah belum cukup. Tapi semua terlewati. Allah tunjukan jalan-Nya. Aku tidak takut miskin karena Allah masih ada di hatiku.

Aku tidak takut mati

Karena kematian adalah kepastian. Kepastian yang masih menjadi rahasia. Meskipun aku belum pernah melewatinya karena memang tidak akan bisa terlewati. Aku tidak takut mati. Aku tidak takut menghadapi sesuatu yang pasti. Justru karena akan berhadapan dengan yang pasti. Aku harus mempersiapkan segalanya.

Aku tidak takut single

Jodoh itu di tangan Allah. Aku tidak takut single. Karena aku yakin Allah menciptakan umat dengan berpasang-pasangan. Buktinya… Hawa diciptakan untuk Adam. Itu artinya… aku diciptakan untuk seesorang. Hanya saja, waktu yang masih menjadi misterinya.

Aku tidak takut sakit hati

Aku tidak pernah takut sakit hati. Karena aku yakin Allah menciptakan obat untuk segala penyakit. Hanya kadang, ilmu dan iman kita masih sulit menggapai itu. Jika aku sakit hati, aku yakin, Allah menyediakan obat hati bagiku. Hati hanya dapat diganti dengan hati.

Aku tidak takut kehilangan

Kehilangan adalah hukum alam. Kalau hari ini aku mendapatkan sesuatu. Pasti akan ada yang pergi dan menghilang. Ditukar. Seperti halnya kehidupan. Ada yang lahir dan ada yang meninggal setiap waktunya. Ada yang mulai bernapas dan ada yang berhenti bernapas. Ada sorak sorai kegembiraan dan ada sedu sedan tangis pilu. Itu sudah hukum alam.

Aku tidak takut jatuh

Dulu kecil, ketika belajar sepeda… beberapa kali aku terjatuh. Menciptakan ukiran batik sempurna pada tubuhku. Tapi setelah pandai bersepeda, aku merasa puas dan bahagia. Aku bisa melakukan apapun dengan usahaku sendiri. Ketika aku jatuh. Aku akan bangun. Tapi bagaimana jika aku bangun terus? Mungkin aku tidak tahu rasanya jatuh. Dan aku tidak akan pernah belajar pada apapun. Pada hal yang membuat aku jatuh. Jika aku tidak pernah jatuh, aku tidak akan pernah termotivasi. Jika aku tidak pernah jatuh, aku tidak akan pernah punya semangat untuk membuat hidupku menjadi lebih baik. Jatuh itu pelajaran. Jatuh itu ujian. Jatuh itu batu loncatan untuk menjadi manusia yang berusaha sempurna. Meski akan tetap jauh dari kata sempurna.

Yang aku takuti dalam hidup ini bukanlah laba-laba, cicak, ataupun kodok. Ada hal lain yang sangat aku takuti. Tidak nyata dengan mata. Tapi nyata dalam hatiku. Nyata dengan kekuasaan-Nya. Yang aku takuti adalah… ketika aku menjauh dari Allah. Dengan begitu Allah akan meninggalkanku juga dan ketika aku tidak pernah mendapatkan ujian dari Allah. Aku takut.

Rabu, 10 Februari 2010

SEMPURNA

manusia tercipta dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing
dengan selera yang berbeda satu sama lain
ada yang menyukai sepak bola, ada yang tidak
ada yang menyukai fotografi, ada yang tidak
ada yang menyukai makanan pedas, ada yang tidak
banyak sekali perbedaan yang ada diantara manusia
namun justru... setiap manusia dapat bersatu dengan perbedaan yang mereka miliki
dengan begitu mereka dapat saling melengkapi
dengan begitu mereka dapat mencari hal yang tidak mereka ketahui
dengan begitu mereka akan tahu betapa besarnya rasa kasih terhadap sesama
dengan begitu mereka akan sadar bahwa mereka saling membutuhkan
dengan begitu mereka akan tahu... bahwa mereka diciptakan berpasangan
dengan begitu mereka akan tahu kekurangan mereka masing-masing
dengan begitu mereka akan tahu kelebihan masing-masing

cinta adalah...
persatuan dua jiwa yang TIDAK SEMPURNA
menjadi SEMPURNA

PENASARAN TELAH PERGI

Hari ini... salah satu stasiun televisi menyiarkan tentang betapa nikmatnya masakan-masakan Makassar. COTO. Satu nama makanan yang sedang disantap sang reporter. Oke! Waktunya makan siang. Dan perutku sudah memainkan musik rock. Mungkin sudah minta perhatian. Ingin rasanya aku terbang ke Makassar hanya untuk mencicipi sesendok coto itu. Belum lagi ada Mr. ONLINE yang cerita betapa nikmatnya coto Makassar.

Oh my God! Mungkin kalau aku tidak jaim didepannya, aku sudah meneteskan literan air liur. karena besarnya keinginanku untuk mencicipi coto itu. Akhirnya... Mr. ONLINE itu mengajakku untuk pergi ke tempat coto berada.

"Dimana?" tanyaku

"Di martadinata." jawabnya.

Namun di jalan. Gerimis tak diundang datang berkelompok menghampiri tubuh mungil kami berdua yang tengah tenggelam dalam obrolan di atas kendaraan roda dua. Dalam sekejap, gerimis itu berubah menjadi hujan yang cukup deras. Hingga kami berhenti dan mengeluarkan jaket untukku. Makasih buat jaketnya, ganteng... terselamatkanlah aku dari kemungkinan baju yang basah.

akhirnya kami sampai di tempat coto. Ia pesankan satu coto ati daging paru dan satu lagi coto daging untukku. Ia mengajarkan cara makan coto.

“Makannya pake ketupat.” Katanya.

“Terus gimana makannya?” tanyaku.

“Nanti!” perintahnya karena ia sedang mengirim sms pada temannya.

Tidak lama. Ia menunjukkan cara makan ketupat dengan coto. Tahu tidak? Ternyata itu tidak mudah. Makan ketupat langsung di cangkang ketupatnya. sumpah! Aku mengalami kesulitan yang luar biasa. “Nih ketupat keras banget!” gerutuku dalam hati. Aku takut. Takut sekali kalau ketupat itu akan loncat ke meja lain. Huft. Untung… ia meminta piring pada pelayan untuk meringankan bebanku. Ternyata ia pandai juga membaca bahasa tubuh seseorang. Senangnya. Makanpun selesai. Kepuasanku mencuat ke permukaan. Aku puas bisa mencicipi coto yang sudah sekian lama membuatku penasaran. Ini berkatnya… dan Dia. Terimakasih… :D