Minggu, 25 November 2012

Terima kisah kasih


Hari ini euphoria kelulusan mencuat ke permukaan. Aku yakin. Setiap wanita pergi ke salon pagi-pagi sekali untuk didandani bak seorang selebritis. Setiap lelaki pun pasti sudah menyiapkan jas dan celana terbaiknya masing-masing.
                Mereka semua sepertinya tersenyum bahagia. Tapi aku menangis sengguk. Membayangkan mungkin hari ini adalah hari terakhir aku dapat berjumpa denganmu, melihat senyumanmu, berdiri di sampingmu, dan segala hal yang biasa kulakukan denganmu.
                Hari ini juga adalah akhir dari perjalanan fase kehidupan yang satu, menuju gerbang fase kehidupan yang lain. Setiap dari kami berkeinginan untuk mendapatkan penghidupan yang layak setelahnya. Untuk itu kami pergi merantau, mengejar ilmu setinggi mungkin di dunia formalitas. Mama, Bapak, Aa, Teh Nengni, Teteh, Aferdi, Na, Epang, dan Panjul, terima kasih untuk dukungan dan doa kalian. Untuk kalian, bukan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasih, tapi lebih.
                Selama tiga tahun… banyak sekali suka yang kulewati. Duka pun adalah sukaku. Mulai dari pertemuan dengan beberapa sahabat dengan cerita dan keunikannya masing-masing, bergabung dalam sebuah lingkaran keluarga lain, permasalahan yang penuh pelajaran dan hikmah, serta pertemuan indah dengan kamu.
                Berat hati sebenarnya harus meninggalkan dunia yang selama tiga tahun sudah kulewati. Bagaimana tidak… di dunia baru tersebut, aku bertemu dengan Oma si sensitif yang keibuan berhati rapuh, Ayu si labil yang bijak, Ade si ramai yang penuh perhatian, Mpok si tomboy yang feminine, belum lagi ada Martina atlet yang baik hati, Khalid sang sahabat berhati sensitif namun bijak, Hana sang penolong dengan bukunya, Madihah Salwa si ibu GM yang baik hatinya dan tidak pernah sungkan untuk direpotkan, NII sang pencerah, Triska si penjual Tupperware (hehe), Om yang pandai berbicara, Adit si pemilik buah tangan, Adrian yang selalu memanggil Vani bana-bana, Halim si pejuang yang pantang menyerah, Hafiz si pandai dengan candaan menarik, Anis si pintar yang baik budinya, Endah si feminine yang cantik, Adit sang pemberi buah tangan yang tulus, dan ada Rolan Pranando. Si abang yang cuek, dingin, tapi dewasa dan bijak. Ada juga Rahmat dan Azmi yang sudah menemani sidang.
                Bukan cuma mereka, masih ada beberapa orang yang kutemui, mewarnai indahnya hidup selama tiga tahun. Fitri Mulyani. Teman seperjuangan yang pantang menyerah. Di detik-detik akhir pengumpulan skripsi. Maju terus Mpit mengejar pembimbingnya. Bukan cuma itu. Aku belajar bersyukur darinya. Ketika apa yang terjadi tidak sesuai harapan, Fitri tetap berucap syukur dengan wajah bahagianya. Di tengah kerisauannya menyelesaikan revisi skripsi, Fitri berhasil dengan baik. Maynina Norshela. Semoga tidak salah menulis namanya. Ini wanita luar biasa yang kutemui. Sangat luar biasa. Kehidupan pribadinya yang rumit tidak menjadikannya sebagai sosok wanita penyedih. Nina terlihat sangat tegar dan ceria. Walaupun Nina polos, dia adalah pejuang yang pantang menyerah juga. Darinya aku belajar untuk tidak pernah menunjukkan kesedihan pada orang lain, darinya aku belajar bahwa hidup harus terus berjalan, darinya aku harus belajar untuk menjadi pribadi yang rendah hati. Ada lagi. Rafika Mardilasari. Ini dia! Sejak awal kami berjuang bersama. Mulai dari rebutan pembimbing (hehe) sampai akhirnya kami selesai bersama. Fikong ini penuh kasih sayang. Pancaran matanya sangat tulus. Darinya aku belajar bahwa segala hal ada konsekuensinya. Aku juga belajar untuk tidak pernah mempedulikan orang yang tidak mendukung kita, dari seorang Fikong. Fikong wanita yang luar biasa. Cinta kasih selalu menyelimutinya. Ada juga Nastiti. Nanas orang yang asik. Melihatnya tidak berhenti aku mengangkat satu kata: kagum. Ketenangannya luar biasa. Dialah wanita tenang yang selalu kukagumi. Ratih. Hei. Wanita ini si pemilik otak emas. Kepintaran akademisnya oke. Aku bersemangat setiap kali mendengarnya bercerita. Ada aura lain yang terpancar dari wajahnya. Paskarinda. Si cantik bersuara unik. Paska pantang menyerah. Walau sulit sekali mendapatkan objek untuk penelitian, paska tidak pernah mundur. Dia selalu maju. Darinya juga aku belajar kerendah hatian. Yang terakhir, ada Fenny. Fenny ini time manager yang mantap sekali. Ditengah kesibukannya berorganisasi (apa ya nama organisasinya? Tapi yang jelas… organisasi yang menghantar anggota nya keluar negeri gitu. Hahha) dia bisa menyelesaikan studi dengan cepat. Semula melihat Fenny, aku pikir, dia orang kaya yang senang membanggakan kekayaan orang tuanya. Tapi ternyata TIDAK. Fennya adalah potret wanita dewasa yang mandiri. Senang rasanya bertemu dengan kawan bukan kawan, tapi sahabat seperjuangan seperti mereka.
                Dalam tulisan ini, aku juga mau mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman di Embun. Kita adalah embun yang menyegarkan di pagi hari. Yang tidak jua pernah hilang di makan zaman. Kita adalah embun, bening, bersih, dan suci. Semoga hati kita seperti embun. Buat Doni, terima kasih bunga dari TM 2010-nya. Buat Uti, Mayang, Pucu, Bimo, Bari, Reza, Adit, Alwin, Nino, Surya, Acha, Tambunan, Boy Rahman, Nadia, Risti, Dea, Pipit, dan yang terakhir, terima kasih untuk Vinda yang kemaren sudah menyelimuti dan memelukku dengan hangat. Akhirnya bisa tidur dengan nyenyak sampai subuh :D
                Ada juga sahabat lain yang berhak menerima ucapan terima kasihku. Dukungan kalian selama ini luar biasa. Sangat luar biasa. Sahabat-sahabat GAMUS. Heni, Eka, Nita, Dita, April, Tomi, adik-adikku: Nikki, Tri, Devita, Fira, Titin, dan semua pihak yang tidak pernah bisa kusebutkan satu per satu. Bahkan ucapan terima kasih saja tidak akan pernah cukup untuk membalas dukungan kalian semuanya.
                Yang paling berkesan belakangan ini adalah… bergabung dengan sahabat di UKBM. Ini berkat abang. Terima kasih abang karena sudah mengenalkanku pada dunia lain yang indah. Mereka sangat baik. Semua “Welcome”. Ada Fifi, Je, Vepe (istri pertama abang. Hehe), Manda, Dina, Mega, Ocha, Riska, Jimmi, adikku tersayang: Eka, dan semuanya. Mereka keluarga baru bagiku. Rasanya berat juga harus berpisah dengan mereka. fiuh.
                Buat akang-akang yang selama ini juga memberi dukungan, ada Kang Ardhi, Mas Daus, Kang Adi, Kang Almi, Kang Ramdan, kang Akbar, dan Kang yang tidak mau disebutkan namanya. Hahaha. Bu Norita juga. Terima kasih ibu. Sudah menjadi ibuku yang membimbingku menyelesaikan tugas akhir dengan indah. Terima kasih juga sudah memberikan dukungan yang paling baik. Aku selalu ingat, ibu pun berjuang agar aku bisa lulus 3 tahun. Terima kasih ibu. Ada aku dan ibu, menjadi kita.
                Yang terakhir, teman-teman kelas J. ada Yeula, Yovita, Auva, Anisah, Febri, Alen, Ekki, Agung, syifa, Inki, Nisa, Dita, Nurul, Putri, Ayulia, Aris, Ulil, Icapalu, Rully, Deta, semuanya.

Kalau boleh memilih untuk menetap di sini atau pergi, barangkali aku akan memilih untuk menetap di sini, tapi sahabat, impianku lebih besar. Hingga akhirnya impianku sendiri yang mengharuskanku untuk pergi lalu berlari secepatnya.

Jumat, 23 November 2012

Cukuplah hari ini air mata mengalir dalam hati. Semoga esok pun demikian. Hari yang menyegarkan. Wajah rasanya selalu berkilau. Aku senang berjalan kaki seharian. Tadi pagi, pergi ke Pasar Baru, janjian dengan Fikong untuk menemaninya mencari barang-barang kebutuhan lain. Karena STNK motor mau diperpanjang, akhirnya aku pergi dengan angkutan kota. Aku naik angkot Cadas-Elang ke King. Dari king, aku berjalan kaki menuju Pasar Baru. Kata Abang, jaraknya jauh. Tidak bagiku. Sangat dekat. Senang hati berjalan-jalan walau sendiri. Karena kelak, aku akan sangat jarang untuk bisa berjalan dipinggiran Jalan Otista. Kaki terus melangkah dengan semangat sembari memperhatikan lingkungan sekitar. Melihat pedagang-pedagang yang siap melakukan pertunjukkan, yaitu menunjukkan dan menjajakkan segala barang dagangannya masing-masing. Menyebrang sedikit ke kiri, aku langsung sampai di Pasar Baru. Cukup lama menunggu Fikong. Tapi cukup sebentar juga bagiku untuk memperhatikan lingkungan sekitar. yang lagi-lagi mungkin akan sangat jarang kulihat juga. 
Berapa lama, Fikong datang. Mulailah perjalanan kami dari satu toko ke toko lain. Mengacak-acak seluruh isi Pasar Baru. Lelah? Ya! Tapi sangat menyenangkan. Barangkali akan menjadi kali terakhir aku bisa mengacak-acak Pasar Baru :))
Singkat cerita, jam 13.00 WIB kami tiba di kelapa untuk akhirnya naik angkot menuju STT. Namanya sekarang ITT. satu demi satu penumpang masuk ke dalam angkot berwarna orange tersebut. Lagi lagi aku senang... Fikong bilang tiada kelelahan di wajahku. Memang. 
Kami tiba di kampus untuk mengikuti Gladi Bersih wisuda esok. Satu semester yang lalu, momen wisuda sangat kunanti. tapi kini? Sedih rasanya.... Apapun perasaan hati. Yang jelas aku harus bersyukur atas semua anugerah Allah...
Bla bla bla
Selesai sudah gladi bersihnya. Aku melanjutkan ke Mushola. Sholat disana, lalu pergi menuju kosan Eka. Menitipkan laptop Abang. Pulangnya? Naik angkot sendiri. Momen yang kurindu sejak lama. Aku naik angkot jurusan Kalapa - Dayeuh Kolot. Karena mobilnya tidak sampai perempatan terusan buah batu. Aku memutuskan turun di Pasar Kordon. lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Aku berjalan dari serbang Pasar hingga ke Ayam Lepas di Soekarno Hatta. Sengaja. Aku terlalu takut untuk berhenti menunggu angkot. Aku lebih memilih. Sekali lagi. Aku selalu takut harus naik angkot tengah malam. Hingga kaki terasa lelah. Aku menghentikan angkot berwarna merah dengan nomor 05 yang mengarah ke Kiara Condong. Aku terus memeluk tas yang kubawah. Duduk di dekat pintu mobil. Sebab, aku masih trauma kejadian dulu. Aku sangat takut. 
Intinya adalah... aku suka berjalan memperhatikan lingkungan sekitar, untuk nanti dapat berlari lebih cepat :)

Rabu, 14 November 2012

Learning

Ini pelajaran yang aku (sebenarnya masih mencari jati diri, manggil "aku" atau "gue". Karena sepertinya ini tulisan rada resmi, jadi pake "aku" saja) ambil beberapa hari lalu. 
Kita ini hidup dan dewasa dari pengalaman bukan? Yap! Sebenarnya dewasa bisa diraih bukan hanya proses pembelajaran dari pengalaman pribadi, tapi juga pengalaman orang lain.

Beberapa waktu lalu, aku dan kedua teman perempuan tengah bercengkrama di kantin kampus tetangga. Di sana sang wanita 1 sebut saja namanya A, bercerita tentang seseorang lain yang menghampiri kehidupannya di tengah jalinannya dengan akang. Sedang teman wanitaku yang 1-nya lagi, tengah asik menyimak sembari menunjukkan dirinya tidak paham. Padahal aku tahu betul, bahwa dia mengerti apa yang aku dan A bicarakan. 

Kita mulai ceritanya... A punya seorang akang. Mereka sudah lama merancang masa depan bersama. Dengan ketulusan, akang menunggu A sampai mendapat kerja nantinya. Di tengah berkobarnya kisah kasih mereka, muncullah seorang pria, sebut saja namanya Mas. Nah... Mas ini sudah mapan, begitu katanya. Bukan cuma mapan, mas rela pulang pergi Jakarta-Bandung untuk menemui A. Ketika perhatian Akang mengendur, Mas memberikan perhatian lebih intens. Mas bilang, selama janur kuning belum melengkung, Mas masih ada kesempatan untuk maju terus pantang mundur (yang maju terus pantang mundur itu tambahan dari aku ya. Hehe). Alhasil, hati A tergoyah sudah. Walau belum sepenuhnya. Ketika dia mulai memikirkan Mas, artinya A hampir saja tergoyah hatinya. A bilang, Mas lebih intens menghubungi A ketimbang Akang, Mas lebih perhatian ketimbang Akang, dan seterusnya. A sudah jalan dengan Akang selama 4 tahun, sedangkan sama Mas, dia sudah berteman selama 2 tahun. Eits! Ini bukan perselingkuhan. Ini sebuah pertemanan. 

Titik. 
Segitu cerita dari aku. 
Jadi beginilah hidup memang...
Banyak orang yang bilang persaingan ketat. Betul sekali. Bukan cuma antarperusahaan untuk memperoleh profit sebanyak-banyaknya tapi juga untuk mendapatkan pasangan hidup. 
Masalah A tadi adalah... Akang yang kurang perhatian. Kurangnya perhatian ditunjukkan dengan kurangnya intensitas sms, nelpon, dan upaya untuk pertemuan. Yang dibutuhkan seorang wanita bukan cuma kemapanan, tapi juga perhatian, dalam bentuk apapun. Mungkin aku juga tergoda jika bernasib seperti A tadi. 

Ingat lagi perkataan Pak Mario Teguh: "CINTA YANG JAUH DAN JARANG BERTEMU AKAN DIGANTIKAN OLEH CINTA YANG DEKAT DAN AKRAB." Jadi sesering apa berkomunikasi via sms, telpon, or something like that, kalau kita tidak mengupayakan pertemuan, ya Wassalam.
Di sini aku bicara tentang sepasang kekasih sebelum menikah loh ya. Jadi, ketika segala upaya dilakukan untuk menjalin komunikasi, tetapi sama sekali tidak mengupayakan pertemuan, yakin deh, kelak waktu berakhirnya hubungan akan tiba.
Belum lagi, aku lebih menghargai orang yang tetap berupaya menghubungiku di tengah kesibukannya yang bergejolak. Jadi tuh ya... Kalau pasangan bilang sibuk sehingga tidak bisa menghubungi kita... mmm... tariklah kesimpulan sendiri. Bukan tidak menghargai, tapi rasanya gemes aja. Bukan juga tidak pengertian, tapi cobalah dengan hal sederhana, ketika sibuk, utarakan kesibukan yang tengah dikerjakan... utarakan... beri perhatian yang sederhana saja. Tidak perlu waktu lama kok untuk sms dan menanyakan sudah makan atau belum, sehat atau tidak, dan tidak perlu waktu lama juga untuk mengatakan pada pasangan bahwa "aku sedang ngerjain ini dulu" atau "aku sedang rapat". See? Tidak perlu waktu lama bukan? karena untuk menimbulkan pengertian, harus ada keterbukaan satu sama lain. Sekalipun hal yang terperinci.
Seperti yang pernah dikatakan saudari kembarku, bahwa pasangan yang tidak menghubungi kita, dia sedang berusaha dan berupaya dalam kegiatannya hari ini untuk masa depan dengan kita. Iya kali buat kita. Tapi kembali lagi, jangankan yang tidak berkomunikasi dan tidak bertemu, yang berkomunikasi via teknologi namun tidak bertemu saja masih banyak yang gagal.

Intinya...
Harus ada upaya dari kedua belah pihak dalam menjalin hubungan. Bukan cuma dari prianya saja, atau dari wanitanya saja. 
Hanya saja... Kadang wanita selalu ingin dihampiri lebih dulu :)
Oh iya. Dan satu lagi. Seperti yang pernah dikatakan seorang Pak Ustadz (lupa nama) bahwa ketika wanita ditanya "ada apa?" dia menjawab "Tidak ada apa-apa" yakin deh. ada sesuatu sebenarnya :)

Oh iya. Tulisan ini murni pendapatku pribadi, jadi jangan di-generalisasi ya... :)

Minggu, 11 November 2012

My Pride


Belakangan gue selalu ngerasa ragu buat jawab pertanyaan: "Prestasi apa yang paling kamu banggakan?" Akhirnya gue tanya langsung sama Mas di sana. Beliau bilang, jawabannya bisa memang prestasi atau effort sebesar apa yang sudah gue perbuat dalam hidup gue.
Menurut gue, prestasi yang gue raih itu banyak. Gue bisa bangun pagi, nggak telat sholat subuh, makan tepat waktu, tepat waktu ke kampus, disiplin, itu semua prestasi buat gue. Lagi-lagi persepsi gue salah. Mas bilang, maksud dari prestasi itu ya... achievement kita. Akhirnya gue memutar otak dengan keras. Selama kuliah, prestasi gue... sangat sedikit. Bahkan lima jari pun mungkin masih terlalu banyak buat menghitung prestasi atau pencapaian yang pernah gue raih.
Gue nggak pernah dapat penghargaan di acara-acara yang kampus adain. IPK gue juga jauh dari Cum Laude. Oh atau mungkin standar Cum Laude kampus gue yang terlalu tinggi ya? Ah gue nggak mau nyalahin kampus. Yang ada sih gue yang nggak belajar sungguh-sungguh, gue yang memilih buat nggak mengukir prestasi.

Tapi kalau bicara prestasi... gue mau bilang, dengan senang gue bilang, prestasi gue itu waktu gue bisa berbagi pada sesama. Berbagi hal positif itu menjadi prestasi yang sangat murah. Nggak perlu juga gue ngeluarin duit. Gue bisa membagi banyak hal, tenaga gue, pikiran gue, ilmu gue, dan pulsa gue buat sms-in teman-teman gue...
Gue senang bisa membagi ilmu walau ilmu yang gue punya sangat sedikit, gue yakin, sedikitnya ilmu gue, bakal bertambah kalau gue mau membagi yang sedikit itu. That's why gue nggak pernah bisa nolak atau kalaupun nolak terpaksa, permintaan buat jadi tutor sebelum UTS di salah satu organisasi yang gue ikutin. tapi gue juga nggak suka kalau dipanggil tutor, gue lebih suka namain agenda organisasi tersebut dengan nama "Belajar Bareng". kalau buka bareng di bulan puasa namanya Bubar, gue namainnya Bebar aja.
Gue juga paling nggak bisa nolak tawaran buat ngisi keputrian di kampus.. kalaupun gue nggak bisa, gue cuma nunda waktunya saja. Hei! gue nulis ini bukan buat sombong. Gals, ilmu gue ini masih seumur jagung, ealaaaah kayaknya nggak seumur jagung juga deh, lo tau tanaman umbi-umbian yang menjalar di tanah? Nah itu die tingginya ilmu gue, alias masih tiarap, mepet sama tanah. means gue bener-bener masih awam dan harus banyak belajar banyak belajar banyak belajar lagi lagi lagi.
Jadi, gue yakin, siapapun yang baca tulisan gue, pasti dia ilmunya lebih tinggi dari gue. Nah ya... gue aja yang ilmunya tiarap mau berbagi, jadi buat kawan semua yang ilmunya setinggi pohon cemara, silahkan membaginya, dijamin nggak bakalan rugi.

Hal yang membanggakan buat gue ya? Nggak ada! Bukan berarti gue anggap diri gue rendah or something ya. Gue mau bilang sesuatu, yang ikut keputrian di kampus kemaren pasti ingeett!!!!
Hal yang paling buat gue bangga itu... KALAU BUAT ORANG TUA GUE BANGGA DAN BAHAGIA KARENA GUE, KALAU BUAT SEMUA ORANG SENYUM LEGA ATAS APA YANG GUE PERBUAT.
see?!
Buat orang tua gue, gue bakal ngikutin semua mau mereka selagi dalam jalur yang lurus, gue juga bakal ngelakuin sebanyak-banyaknya hal positif cuma buat mereka bangga. Gue selalu ingin buat mereka menangis bahagia. Gue selalu menanamkan dalam diri gue, bahwa motivator terhebat buat gue ya diri gue sendiri, tapi motivator pun digerakkan oleh sesuatu. Dan penggerak diri gue sendiri adalah Mama-Bapak. Setiap gue mau main padahal seharusnya nyusun scriptsweet, gue ingat Mama-Bapak yang terus menua, yang harus bersesak dada untuk cari uang ngebiayain kuliah gue. Setiap nilai UTS atau UAS gue jelek, gue selalu merasa bersalah waktu Mama-Bapak bilang: "Ya nggak apa... Yang penting Ni udah berusaha..."
Yap! Buat gue, ridho orang tua kan ridho Allah juga. Nah gue juga mau menggapai ridho Allah, jadi setidaknya gue gapai dulu ridho Mama-Bapak...
oh iya. Gue tahu... untuk saat ini, gue juga bukan wanita solehah. Tapi nggak salah kan kalau gue punya cita-cita menggapai cinta Allah dan salah satu sarananya adalah menjadi wanita soleha. Wanita soleha memiliki ciri, menaati Allah dan Rasulullah, gue yakin, ketika gue membahagiakan orang tua gue, gue masuk dalam kategori salah satu cara menaati perintah Allah. So... sekali lagi gue mau bilang, bahwa kebanggaan gue adalah membuat orang tua gue bangga dan bahagia karena gue.

Kamis, 08 November 2012

LPJ Kunjungan

Liburan eits bukan liburan tapi kunjungan. Kunjungan kemaren ke tempat Ena di Mampang, Aa di Cileduk, Teteh di rucil Rangkas, Mamani di Rangkas, dan dua keponakan manis di Rangankas. Kunjungan yang berbuah manisnya pelajaran hidup.

Kunjungan di tempat Ena, selalu ngajarin gue hidup lebih sederhana dan prihatin, menghemat segala hal yang bisa dihemat termasuk biaya konsumsi selama di sana. Dan semua penghematan tersebut pada akhirnya selalu gue bawa ke Bandung. Gue selalu nyicil makan sate. Kalau beli sate 10 tusuk, gue pasti makan 5 tusuk  di malam hari, sisanya gue makan buat sarapan. Walaupun sebenarnya gaya makan sate kayak gitu udah gue jalanin sejak SMA kelas 1. Dimana gue harus pisah sama mama dan bapak. Dan tahu apa? Gue orangnya gila banget investasi.
Investasi itu singkatnya, gue ngirit sekarang buat nanti gue belanjain tuh duit di masa depan. Kalau gue ngirit alias hemat sekarang, otomatis bakal banyak yang gue tabung, kalau banyak tabungan gue, akhir bulan, gue mau beli baju atau sepatu semua bakal baik-baik aja. Toh gue pake tabungan gue sendiri.
Di tempat Ena juga, gue memetik pelajaran lain: kurangi jajan. Gue ini hobinya jajan. Dimanapun gue berada, di situ gue jajan. Haha. Jadi, sering banget gue jajan dimana-mana. Meskipun semester 4 sampai semester 5 gue nggak suka jajan di kampus lantaran gue bawa bekel, waktu magang kemaren pun gue bawa bekel dan cuma beli pisang di kantin, gue tetep hobi jajan. Utamanya ke lingkungan yang baru gue temuin. Nggak jarang nih duit receh gue ngelayap kemana aja gara-gara gue pake jajan.

Kunjungan berikutnya, ke rumah aa di Cileduk eh bukan. Entahlah. Gue nggak tahu pasti apa nama daerahnya. Yang penting di Tangerang dan deket banget sama Ibu Kota.
Nah ini! Di rumah aa lah paling banyak gue dapet pelajaran. Sebab, gue ngobrol sama Ena dan mama sebagai wanita dewasa. Ceileee... Nggak ada yang panggil gue "bocah" di rumah itu, lebih spesifiknya waktu ngobrol sama Mama dan Ena di kamar Aa.
Nasehat mama luar biasa, yang akhirnya gue berujung pada kesimpulan:
1. Mama bilang, harus bisa menjaga kehormatan sebagai wanita sampai akhirnya punya suami.
2. Mama tuh nggak mau banget anaknya kekeringan, baik kekeringan rohani karena suami yang nggak berbagi ilmu agama maupun kekeringan kantong, alias gue atau suami gue yang kere.
3. Mama ngizinin gue pacaran. Hahaha. Ini dia yang gue demen.
4. Mama nyebutin kriteria calon menantu yang mama mau. (rahasia)
Banyak lagi... Tapi dari kesimpulan di atas, terbuktikan kalau omongannya mama, gue, dan Ena seputar kehidupan wanita dewasa. Means, gue bukan bocah lagi.

Kunjungan berikutnya, Ke Rucil alias Rumah keCil punya teteh dan sang suami.
Gue belajar dari hal yang teteh bilang: bahwa gue harus nurut sama omongan orang tua, baik dalam menentukan karir maupun menentukan calon suami. Yap. HARUS NURUT SAMA ORANG TUA. Kadang ini yang berat buat gue. Mama sama bapak lebih sering nggak suka sama apa yang gue suka. Dan lebih sering juga gue ngalah. Buat gue, mama bapak itu udah ngelewatin manis pahit asin asem kehidupan, jadi saran mama bapak, the best buat gue. dan bakal gue laksanain. Yang berat itu, kalau cowok yang gue suka, nggak mama bapak suka. fiuh.

Kunjungan ke Mamani dan dua ponakan kecil berujung pada sebuah pelajaran manis.
Ponakan gue namanya Yaya (kelas 3 SD) dan Icha (kelas 1 SD). Hari pertama gue di Rangkas, gue ngejemput Yaya-Ica di sekolahnya pake motor sama teteh. Abis nganter Icha ke rumah mamani, gue, Yaya, ama teteh pergi nge-Mie Uun. Di Mie Uun, mulut gue menganga lantaran kaget liat HP yang dipegang Yaya. HP itu HP yang iklan-nya sama CB. Gue otak-atik tuh HP. ternyata wallpaper dan ringtone-nya CB punya. Belum lagi Yaya yang hapal semua personil CB, bukan cuma itu, kalau ada liputan di TV tentang CB, Yaya pasti nggak pernah absen. Ya kecuali kalau lagi masa ulangan.
Haih. Yaya segitu totalnya menyukai satu hal. CB itu tuh. Jadi, gue juga mau gitu deh sama segala hal yang gue suka. Kalaupun yang gue suka belum tentu yang terbaik, tapi apa salahnya gue suka dan tulus kan? Kelak kalau itu emang bukan hal yang baik buat gue, pasti Allah juga punya cara indah buat ngejauhin hal nggak baik itu dari sisi gue. hahay. Keren banget omongan gue.
Sama kayak gue kalau suka sama orang, gue nggak peduli apa pandangan orang sekarang, yang gue mau, gue tulus sayang dan mengekspresikan sayang/suka gue. Tapi kalau akhirnya gue dikhianatin, bakal gue jamin, orang itu nggak bakal dapet ketulusan seperti tulusnya gue. alah. keren lagi nih ngomong. Artinya, ketika gue sakit atau mendapat manfaat negatif dari menyukai seseorang atau sesuatu hal, maka sejak saat gue sadar itulah gue bakal berhenti menyukai mereka semua secara total.