Kamis, 19 Mei 2011

today's experience

Pagi hari dimulai dengan memperkuat langkah kaki untuk menuntut ilmu di kampus tercinta.
Sakit dan kelelahan yang masih menggelayut kuusir dengan tenaga yang luar biasamsanpai-sampai keringat tak henti untuk terjun membasahi setiap lapisan baju yang kukenakan. Bekal yang sejak subuh mama siapkan sudah terbungkus rapi. Mama memang sering menyiapkan bekal untukku sejak beberapa minggu lalu. Biasanya aku membantu mama menyiapkannya, tapi karena tubuh yang masih lemah, mama melarang.
Setelah semua siap (bekal, jaket, dan motor) teteh mengantarku ke tempat pemberhentian angkot. Margahayu-Ledeng di bawah flyover Kiaracondong. Untuk sementara waktu, aku mengistirahatkan otot-otot tubuh dengan tidak mengendarai IO ke kampus.
Penantian mulai kulaksanakan setelah teteh menurunkanku di pinggir jalan. Bukan penantian cinta atau seorang pangeran berkuda putih. Tetapi menanti angkot berwarna biru-kuning yang mengarah ke Ledeng. Angkot Margahyu-Ledeng pertama:PENUH... Lima menit berikutnya...margahayu-Ledeng kedua: PENUH juga. Tapi aku memilih untuk tidak putus asa. Hingga akhirnya... 10 menit kemudian datang angkot yang sudah kunanti sejak 20 menit.

Di dalam angkot yang penuh sesak dengan orang-orang beraroma wangi dan berpakaian rapi. Kukeluarkan kertas bertuliskan ISO 9000. Yah... Hari ini aku presentasi tentang ISO. Kubaca baris demi baris. Kupahami kata demi kata. Akhirnya aku tenggelam dalam penjelasan yang membuat otakku bersinar.

Aku berjalan dengan cepat menuju kampus dari persimpangan setia budhi. Jarum jam panjang tepat di angka 12 dan yang pendek berdiam di angka 8. Artinya AKU TELAT. Lanhkah kaki semakin kupercepat.

Presentasi OQM dan DRM hari ini berjalan sangat lancar. Syukur tak hentinya kupanjatkan. Sepulang kuliah, kulihat seorang ibu hendak menyebrang dengan kebingungan yang berkalut. Kugandeng tangannya, kuhantar ia menyebrang dengan senyum.

Berbuat baik kepada sesama sangat membahagiakan. Hidup bukanlah berkata bagaimana membahagiakan dirimu sendiri dengan apa yang kau lakukan. Tetapi berkata bagaimana kebahagiaan yang didapat karena membahagiakan orang lain...

Rabu, 18 Mei 2011

sakitku hari itu

Senin, 9 Mei 2011

Kebahagiaan karena mampu melihat senyum mereka yang membutuhkan pengobatan gratis membuatku tubuh lemah sejak sebulan lalu kembali bugar. Di pagi hari yang gemilang itu, aku siap untuk pergi kursus dan melanjutkan model baju. Rasanya tidak sabar untuk segera menyelesaikan kursus ditahap “Beginner”

Selasa, 10 Mei 2011

Seperti biasa. Setelah melantunkan ayat suci Al-Quran di waktu subuh, aku turun ke lantai dasar. Siap bertemu dengan tumpukan piring kotor yang sudah minta dimandikan. Tapi tiba-tiba tubuhku gemetar. Kakiku seakan tidak mampu menopangku berdiri. “Aku tidak boleh tumbang!” segera kuputar keran. Mendengarkan aliran air terus jatuh tertampung di ember berwarna hitam. Batuk yang sejak sebulan setengah lalu tidak pernah hilang terus mengiringi kelincahan tangan menggosok gelas yang kotor.

Tak lama, tubuh kian melemah. “Aku harus tetap kuliah!” tekadku. Hari selasa itu ada mata kuliah Costing. Dan itu adalah mata kuliah yang kusukai dari sekian MK yang kusuka. Kepucatan wajah yang tidak bisa kusembunyikan menimbulkan kekhawatiran pada mama. Mama memintaku untuk pergi ke dokter. Seharusnya hari Minggu lalu –saat aku sedang asyik mengadakan pengobatan gratis- aku pergi kontrol ke Rumah Sakit. Tapi karena kenakalan dan tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengobatan gratis yang sudah kuemban, kulalaikan kewajibanku pergi ke Rumah Sakit.

Mama geram. Dan memaksaku pergi ke Rumah Sakit. Alhasil, aku pergi diantar wanita tercantik kedua setelah mama, tetehku. Selesai sudah. Tes darah, rontgen, dan spunctum. Terakhir, dokter memberiku sepucuk surat bertuliskan SURAT KETERANGAN BERISTIRAHAT. Hal yang paling menakutkan. Aku tidak suka diam di rumah untuk beristirahat. Karena pasti membosankan. Tapi aku mencoba melapangkan dada. Mengikhlaskan semuanya. Inilah hak yang sudah lama harus kuberikan pada tubuh yang membutuhkan istirihat ini, pikirku.

Kamis, 12 Mei 2011

Setelah solat subuh, aku langsung berlari ke kamar mandi. Mual rasanya. Dampaknya, aku memuntahkan semua makanan yang kumakan tadi malam. Dalam diam, aku turun ke bawah menemui mama yang ternyata sudah mencuci piring. Aku membisu. Tak kusampaikan pada mama kalau aku muntah-muntah. Takut mama khawatir.

Setelah bersiap dengan rapi, mengenakan pashmina cokelat yang terurai panjang, aku naik mobil untuk pergi ke Rumah Sakit. Menemui dokter yang sama yang kutemui di hari Selasa dengan mama dan bapak. Hasil rontgen, tes darah, dan spunctum, sudah keluar. Hasilnya BAGUS. Tidak ada yang bermasalah. Syukur tak hentinya kupanjatkan. Kelegaan terpancar di wajah mama dan bapak yang mengantarku menemui dokter hari itu. Syukurku bertambah luar biasa ketika mengingat hari Jumat nanti aku bisa pergi ke kampus dan siap memakan santapan ilmu yang Allah berikan melalui dosen.

Tetapi setelah menyantap makan siang, lagi dan lagi aku berlari ke kamar mandi. Dan memuntahkan makanan yang baru kumakan. Tubuhku semakin lemah. Aku tertidur dalam kelemahan yang membalut tubuh kurusku. Malamnya pun demikian. Mual yang tak hentinya membuatku harus mengeluarkan makanan yang sudah kutelan sebelumnya.

Jumat, 13 Mei 2011

Tubuh yang menurut hasil laboratorium BAIK-BAIK SAJA terasa semakin melemah. Nyeri di sepanjangan ruas. Kemaren dokter hanya menyatakan aku terkena bronkhitis alergi dingin. Batuk yang kuderita hanya akan kambuh kalau-kalau aku kedinginan. Tapi hari Jumat itu, aku sama sekali tidak kedinginan. Tidak ada angin yang menghembus dada. tapi mengapa rasanya tubuh ingin jatuh. Dengan berat kukatakan pada mama, “Mam. Ni nggak enak badan banget deh. Di rumah dulu ya.” Mama pun mengizinkan. Mama seharian di rumah. Menjaga dan merawatku dengan lembut. Penuh kesabaran. Sedang bapak kemaren siang setelah mengantarku ke Rumah Sakit, pergi ke Jakarta untuk menyelesaikan beberapa urusan.

Seharian aku hanya bisa berbaring di atas kasur. Tepat di depan televisi. Mama memaksa untuk membawaku ke Rumah Sakit. Tapi aku menolak. Aku benci Rumah Sakit. Karena mereka akan mengambil darahku setiap malam sebelum aku tidur dan subuh setelah aku bangun, dengan alasan untuk tes di laboratorium. Mungkin memang benar. Tapi buatku, hal itu sangat menakutkan. Membayangkan setiap hari darahku akan diambil. NOOOOO!!!!

Sabtu, 14 Mei 2011

Sesak napas yang lama kuderita, dan lama juga kusepelekan akhirnya membawaku masuk Instalasi Gawat Darurat RSAI Bandung.

“Ni, makan buburnya, terus minum obatnya!” perintah mama. Kulaksanakan dengan cepat.

Kuambil satu centong, dua centong bubur. Kumakan perlahan karena tidak ada tenaga lagi yang kumiliki. Setelah menegak beberapa obat, aku langsung berjalan loyo menuju kamar di lantai atas. Kujatuhkan tubuh seketika. Rasa lemas merajah begitu saja. Seakan malaikat maut hendak menarik ruhku keluar dari raga.

Sesak yang kian mencekik leher dan mengikat dada, membuatku kian lemah. Kuambil handphone, dan kuketik sms ke mama ‘mam... semakin sesak...’ kudengar bapak berteriak di bawah sambil berlari ke kamarku. Lalu bapak menggendongku. “Ma! Ni kita bawa ke RS aja!” teriak bapak. Mama segera berganti pakaian. Aku pun demikian.

Lemahnya tubuh membuatku dibawa dengan kursi roda untuk sampai ranjang di IGD RSAI. Kulihat mama dan bapak menangis. Membisikan kalimat, “Bertahan, Sayang...”

Dzikir selalu terurai dari bibir. Dengan penuh keyakinan kupanjatkan permohonan pada-Nya. Lalu kukatakan pada mama dan bapak, “Ma... Pak... maaf ya ni bikin panik melulu. Ni nyusahin mama bapak aja. Ni nggak bisa kasih apa-apa. Tapi mudah-mudahan ni bisa bales dengan kesalehan yang sedang ni upayain.”

Mama menyeka air matanya dan bilang, “Udah... ni tenang aja ya. Ni bakal sembuh kok."

Senin, 09 Mei 2011

tidurku juga ibadahku

setiap kali hendak tidur, bukan kuniatkan untuk bermalas-malasan
tetapi kuniatkan untuk beribadah
memberi hak kepada mataku untuk beristirahat dari melihat keindahan dunia. tapi bukan berarti aku berhenti bersyukur. karena saat tertidur, aku tetap bersyukur karena masih bisa tertidur.
memberi hak kepada otakku untuk sejenak beristirahat dari pemikiran yang memacu langkahku. tapi bukan berarti aku berhenti melangkah. karena saat aku tertidur, aku siap melangkah ketika aku terbangun.
memberi hak kepada otak untuk beristirahat dalam membelah sel-selnya dari rasa keingin tahuan yang terus melejit. tapi bukan berhenti rasa keingin tahuanku hilang. karena saat aku tertidur, artinya aku menyiapkan otakku untuk melejitkan rasa keingin tahuanku ketika aku terbangun.
memberi hak kepada tangan untuk berhenti menulis. tapi bukan berarti aku tidak akan lagi berkarya. karena saat aku tertidur, aku tengah mengumpulkan tenaga bagi tanganku untuk terus menulis dan menulis. menciptakan banyak karya.
memberi hak kepada kaki untuk berhenti bergerak sejenak. tapi bukan berarti aku diam. karena saat aku tertidur, aku tengah menimbun tenaga dan semangat agar keesokan harinya kakiku siap bersama menemaniku kemana pun aku pergi

tidurku ibadahku.
karena ketika aku tidur, aku siap menyambut esok dengan lebih baik.
tidurku ibadahku
karena ketika aku tidur, aku memberikan hak kepada seluruh anggota tubuhku untuk beristirahat sejenak
tapi sekali lagi. istirahat ini bukanlah start untuk diam, namun justru start to begin everything dengan semangat meraih ridho Allah SWT

Minggu, 08 Mei 2011

my satnight


Sabtu, 07 mei 2011

Ketika bangun tidur, prediksi akan kelelahan di waktu mendatang telah tergambar dengan jelas. kejelasan lelah yang akan menerpa seharian ini tidak menyurutkan punggung bergerak naik untuk menjawab seruan adzan subuh. Setelah mengambil wudlu, kutunaikan ibadah spiritual yang sudah menjadi kewajiban seluruh umat muslim, sholat subuh. Tepat pukul 06.00 WIB, selesai mendengarkan Manajemen Qolbu Pagi di MQ FM, aku menyalakan komputer untuk menciptakan beberapa print out berkas yang diperlukan untuk persiapan pengobatan gratis. Singkat cerita, aku pergi ke kampus untuk membantu teman-teman mempersiapkan baksos pengobatan gratis SPECTRUM.

Seharian aku di Kampus yang berlokasi di Dayeuh Kolot. Pagi jam 08.00 WIB, aku menghadiri acara Jurnalis Bengkel Seni Embun ; Presenttitude. Acara baru dimulai pukul 09.00 WIB. Pembicaranya Gustav Aulia. Sayangnya di pukul 10.00 WIB aku harus turun ke lantai ground untuk menyambut beberapa panitia baksos Gegerkalong yang sudah tiba. Sekalipun harus bolak-balik aula, UKM, dan lobi kampus, aku tidak merasa lelah. Karena ketika aku merasa lelah, aku terus melanjutkan langkah. Berjalan dan berjalan. Menelusuri setiap ubin yang untuk menunaikan kewajiban.

Seharian beraktivitas membuat kepenatan dan kelelahan menerpa. Ingin rasanya kulewati malam Minggu ceria dengan bersantai di atas tempat tidur sambil membaca buku yang belum juga selesai sejak seminggu lalu. Tapi niat itu kubatalkan. Aku ingat bahwa aku ada janji pergi dengan keluarga Alfath untuk menghadiri sebuah konser angklung. Neng –adik Alfath- menjadi pemain angklung.

Kesan pertama ketika kudaratkan kaki di depan gerbang Dago Tea House adalah PUSING. Aku bingung dimana seharusnya kusandarkan kelelahan dengan duduk menikmati alunan angklung yang saat itu tengah beristirahat. Banyak sekali orang yang menonton konser angklung KPA SMA 3. Konser yang benar-benar membuatku tersenyum sepanjang pertunjukan. Alfath yang sibuk mengambil gambar, membuatku bergerak mengambil tempat duduk di samping mamanya.

Malam Minggu yang sangat menyenangkan. Menyambung silaturahim dengan saudara yang sudah lama tak kutemui. Keluarga Alfath begitu hangat. Mereka sangat welcome. Membuatku tidak canggung berada di tengahnya. Malam Minggu yang indah dalam suasana hati yang masih terluka karena kenyataan beberapa waktu lalu. Terima kasih kepada Tante dan Om –mama dan papa Alfath- yang sudah menambah hiasan senyum di wajahku. Terima kasih kepada Om dan Tante yang sudah menimbun luka di hati. Dan yang terpenting, terima kasih serta syukurku kepada Allah, Dzat Yang Maha Segala, Dzat Maha Penyembuh luka hati umat-Nya, yang telah mengenalkan aku dengan mereka. Mereka yang membuatku merasa seolah ada keluarga lain yang kumiliki. Mereka yang selalu memperlakukanku dengan lembut dan penuh kasih. Yah… keluarga Alfath sudah seperti keluargaku sendiri. And finally, I have three families. My own family, GAMUS, dan… Alfath’s family who always be nice to me :D

pict : http://27.media.tumblr.com/tumblr_lkmhk64Dnp1qat674o1_500.jpg



Selasa, 03 Mei 2011

kebenaran hari ini

Bismillah…

Alhamdulillah wa syukurillah…

Tidak hentinya saya memanjatkan syukur kepada Allah Ta’ala. Karena atas kuasa-Nya segala hal yang semula saya tidak tahu, kini saya ketahui. Segala hal yang semula saya benarkan, kini saya ketahui keberadaannya yang salah…

Saat ini, detik ini juga, saya telah berhasil memaafkan diri saya sendiri. Memaafkan atas kesalahan yang saya lakukan. Memaafkan diri saya sendiri karena telah membiarkan celah sehingga kamu berhasil masuk dalam kehidupan saya.

Dan saat ini juga, saya telah berhasil memaafkanmu. Sama halnya seperti saya memaafkan mereka. Demi Allah! Tidak ada dendam, amarah, ataupun kebencian dalam hati saya. karena ketika itu saya lekatkan dalam hati, saya takut hanya akan mendatangkan mala petaka bagi diri saya sendiri. Bagi kedekatan saya dengan Rabb saya. saya akui, saya sangat terluka dengan kebenaran yang datangnya begitu mendadak dan cepat. Tapi saya tersadar, tidak seharusnya saya merasa terluka. Bukankah ketika kebenaran datang seseorang harus merasa bahagia? Bukankah setelah datang kebenaran yang melukai dengan cepat akan datang segera kebahagiaan karena kebenaran itu? betul! Tidak seharusnya saya terluka. Kini saya tengah meniti serpihan hati yang hancur. Dan ketika kehancuran ini terjadi, saya yakin, maka hati yang baru… yang lebih baik… akan segera muncul. Karena setelah kehancuran akan ada kesejahteraan dan ketentraman.

Saya akan berhenti menyalahkan diri atas kebodohan yang saya lakukan. Tenang saja. saya tidak menyalahkan kehadiranmu. Karena kesahalan ini bukan ada padamu, tetapi ada pada saya. ada pada saya yang membuka tangan menyambut hadirmu dengan janji yang kau hiaskan dalam bentuk aksesoris indah beriring ilmu yang kau miliki.

Camkanlah satu hal sahabat, apa yang kau sampaikan, tidak akan pernah dipersepsikan sama oleh orang yang menerimanya. Untuk itu, hati-hatilah dengan tindakan dan ucapan kepada lawan jenismu. Karena kelak itu akan menjadi boomerang bagi dirimu sendiri.