Minggu, 09 Desember 2012

Behind The Pictures

Tiada pernah ada kata "BOSAN" dalam hidupku. Setidaknya sejak aku dinyatakan lulus menyelesaikan studi S1 September lalu. Di rumah, aku selalu berupaya untuk tetap produktif. Tadi siang, kubuka Nebu dengan mesra. Kubuka setiap folder yang memenuhinya. Satu folder yang menarik Foto > Friends > Rangkas. Momen bersama kalian adalah momen yang selalu indah. Mengamati satu per satu foto yang terpampang di layar Nebu. Mengingat kejadian lucu dibalik foto.
Salah satunya sangat sulit untuk mengambil foto ini:


untuk mencapai foto ini, sangatlah rumit. akulah biang keroknya. hahay. Perhatikan tangan setiap orang di dalam foto. Na, Uwi, Napi, dan Ijal. Semua tangannya biasa saja. Lihat tanganku! Tangan kanan mengangkat! Selesai foto, Na langsung berteriak "Haih! Tangan Ni nya tuh!" lalu kami tertawa senang. Mereka heran dengan kelakuanku..

Foto pertama kami sebelum menghasilkan foto di atas:


see? selalu aku yang mengacaukan hasil foto. 
tapi tahu tidak? itulah yang meramaikan. :))

Minggu, 25 November 2012

Terima kisah kasih


Hari ini euphoria kelulusan mencuat ke permukaan. Aku yakin. Setiap wanita pergi ke salon pagi-pagi sekali untuk didandani bak seorang selebritis. Setiap lelaki pun pasti sudah menyiapkan jas dan celana terbaiknya masing-masing.
                Mereka semua sepertinya tersenyum bahagia. Tapi aku menangis sengguk. Membayangkan mungkin hari ini adalah hari terakhir aku dapat berjumpa denganmu, melihat senyumanmu, berdiri di sampingmu, dan segala hal yang biasa kulakukan denganmu.
                Hari ini juga adalah akhir dari perjalanan fase kehidupan yang satu, menuju gerbang fase kehidupan yang lain. Setiap dari kami berkeinginan untuk mendapatkan penghidupan yang layak setelahnya. Untuk itu kami pergi merantau, mengejar ilmu setinggi mungkin di dunia formalitas. Mama, Bapak, Aa, Teh Nengni, Teteh, Aferdi, Na, Epang, dan Panjul, terima kasih untuk dukungan dan doa kalian. Untuk kalian, bukan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasih, tapi lebih.
                Selama tiga tahun… banyak sekali suka yang kulewati. Duka pun adalah sukaku. Mulai dari pertemuan dengan beberapa sahabat dengan cerita dan keunikannya masing-masing, bergabung dalam sebuah lingkaran keluarga lain, permasalahan yang penuh pelajaran dan hikmah, serta pertemuan indah dengan kamu.
                Berat hati sebenarnya harus meninggalkan dunia yang selama tiga tahun sudah kulewati. Bagaimana tidak… di dunia baru tersebut, aku bertemu dengan Oma si sensitif yang keibuan berhati rapuh, Ayu si labil yang bijak, Ade si ramai yang penuh perhatian, Mpok si tomboy yang feminine, belum lagi ada Martina atlet yang baik hati, Khalid sang sahabat berhati sensitif namun bijak, Hana sang penolong dengan bukunya, Madihah Salwa si ibu GM yang baik hatinya dan tidak pernah sungkan untuk direpotkan, NII sang pencerah, Triska si penjual Tupperware (hehe), Om yang pandai berbicara, Adit si pemilik buah tangan, Adrian yang selalu memanggil Vani bana-bana, Halim si pejuang yang pantang menyerah, Hafiz si pandai dengan candaan menarik, Anis si pintar yang baik budinya, Endah si feminine yang cantik, Adit sang pemberi buah tangan yang tulus, dan ada Rolan Pranando. Si abang yang cuek, dingin, tapi dewasa dan bijak. Ada juga Rahmat dan Azmi yang sudah menemani sidang.
                Bukan cuma mereka, masih ada beberapa orang yang kutemui, mewarnai indahnya hidup selama tiga tahun. Fitri Mulyani. Teman seperjuangan yang pantang menyerah. Di detik-detik akhir pengumpulan skripsi. Maju terus Mpit mengejar pembimbingnya. Bukan cuma itu. Aku belajar bersyukur darinya. Ketika apa yang terjadi tidak sesuai harapan, Fitri tetap berucap syukur dengan wajah bahagianya. Di tengah kerisauannya menyelesaikan revisi skripsi, Fitri berhasil dengan baik. Maynina Norshela. Semoga tidak salah menulis namanya. Ini wanita luar biasa yang kutemui. Sangat luar biasa. Kehidupan pribadinya yang rumit tidak menjadikannya sebagai sosok wanita penyedih. Nina terlihat sangat tegar dan ceria. Walaupun Nina polos, dia adalah pejuang yang pantang menyerah juga. Darinya aku belajar untuk tidak pernah menunjukkan kesedihan pada orang lain, darinya aku belajar bahwa hidup harus terus berjalan, darinya aku harus belajar untuk menjadi pribadi yang rendah hati. Ada lagi. Rafika Mardilasari. Ini dia! Sejak awal kami berjuang bersama. Mulai dari rebutan pembimbing (hehe) sampai akhirnya kami selesai bersama. Fikong ini penuh kasih sayang. Pancaran matanya sangat tulus. Darinya aku belajar bahwa segala hal ada konsekuensinya. Aku juga belajar untuk tidak pernah mempedulikan orang yang tidak mendukung kita, dari seorang Fikong. Fikong wanita yang luar biasa. Cinta kasih selalu menyelimutinya. Ada juga Nastiti. Nanas orang yang asik. Melihatnya tidak berhenti aku mengangkat satu kata: kagum. Ketenangannya luar biasa. Dialah wanita tenang yang selalu kukagumi. Ratih. Hei. Wanita ini si pemilik otak emas. Kepintaran akademisnya oke. Aku bersemangat setiap kali mendengarnya bercerita. Ada aura lain yang terpancar dari wajahnya. Paskarinda. Si cantik bersuara unik. Paska pantang menyerah. Walau sulit sekali mendapatkan objek untuk penelitian, paska tidak pernah mundur. Dia selalu maju. Darinya juga aku belajar kerendah hatian. Yang terakhir, ada Fenny. Fenny ini time manager yang mantap sekali. Ditengah kesibukannya berorganisasi (apa ya nama organisasinya? Tapi yang jelas… organisasi yang menghantar anggota nya keluar negeri gitu. Hahha) dia bisa menyelesaikan studi dengan cepat. Semula melihat Fenny, aku pikir, dia orang kaya yang senang membanggakan kekayaan orang tuanya. Tapi ternyata TIDAK. Fennya adalah potret wanita dewasa yang mandiri. Senang rasanya bertemu dengan kawan bukan kawan, tapi sahabat seperjuangan seperti mereka.
                Dalam tulisan ini, aku juga mau mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman di Embun. Kita adalah embun yang menyegarkan di pagi hari. Yang tidak jua pernah hilang di makan zaman. Kita adalah embun, bening, bersih, dan suci. Semoga hati kita seperti embun. Buat Doni, terima kasih bunga dari TM 2010-nya. Buat Uti, Mayang, Pucu, Bimo, Bari, Reza, Adit, Alwin, Nino, Surya, Acha, Tambunan, Boy Rahman, Nadia, Risti, Dea, Pipit, dan yang terakhir, terima kasih untuk Vinda yang kemaren sudah menyelimuti dan memelukku dengan hangat. Akhirnya bisa tidur dengan nyenyak sampai subuh :D
                Ada juga sahabat lain yang berhak menerima ucapan terima kasihku. Dukungan kalian selama ini luar biasa. Sangat luar biasa. Sahabat-sahabat GAMUS. Heni, Eka, Nita, Dita, April, Tomi, adik-adikku: Nikki, Tri, Devita, Fira, Titin, dan semua pihak yang tidak pernah bisa kusebutkan satu per satu. Bahkan ucapan terima kasih saja tidak akan pernah cukup untuk membalas dukungan kalian semuanya.
                Yang paling berkesan belakangan ini adalah… bergabung dengan sahabat di UKBM. Ini berkat abang. Terima kasih abang karena sudah mengenalkanku pada dunia lain yang indah. Mereka sangat baik. Semua “Welcome”. Ada Fifi, Je, Vepe (istri pertama abang. Hehe), Manda, Dina, Mega, Ocha, Riska, Jimmi, adikku tersayang: Eka, dan semuanya. Mereka keluarga baru bagiku. Rasanya berat juga harus berpisah dengan mereka. fiuh.
                Buat akang-akang yang selama ini juga memberi dukungan, ada Kang Ardhi, Mas Daus, Kang Adi, Kang Almi, Kang Ramdan, kang Akbar, dan Kang yang tidak mau disebutkan namanya. Hahaha. Bu Norita juga. Terima kasih ibu. Sudah menjadi ibuku yang membimbingku menyelesaikan tugas akhir dengan indah. Terima kasih juga sudah memberikan dukungan yang paling baik. Aku selalu ingat, ibu pun berjuang agar aku bisa lulus 3 tahun. Terima kasih ibu. Ada aku dan ibu, menjadi kita.
                Yang terakhir, teman-teman kelas J. ada Yeula, Yovita, Auva, Anisah, Febri, Alen, Ekki, Agung, syifa, Inki, Nisa, Dita, Nurul, Putri, Ayulia, Aris, Ulil, Icapalu, Rully, Deta, semuanya.

Kalau boleh memilih untuk menetap di sini atau pergi, barangkali aku akan memilih untuk menetap di sini, tapi sahabat, impianku lebih besar. Hingga akhirnya impianku sendiri yang mengharuskanku untuk pergi lalu berlari secepatnya.

Jumat, 23 November 2012

Cukuplah hari ini air mata mengalir dalam hati. Semoga esok pun demikian. Hari yang menyegarkan. Wajah rasanya selalu berkilau. Aku senang berjalan kaki seharian. Tadi pagi, pergi ke Pasar Baru, janjian dengan Fikong untuk menemaninya mencari barang-barang kebutuhan lain. Karena STNK motor mau diperpanjang, akhirnya aku pergi dengan angkutan kota. Aku naik angkot Cadas-Elang ke King. Dari king, aku berjalan kaki menuju Pasar Baru. Kata Abang, jaraknya jauh. Tidak bagiku. Sangat dekat. Senang hati berjalan-jalan walau sendiri. Karena kelak, aku akan sangat jarang untuk bisa berjalan dipinggiran Jalan Otista. Kaki terus melangkah dengan semangat sembari memperhatikan lingkungan sekitar. Melihat pedagang-pedagang yang siap melakukan pertunjukkan, yaitu menunjukkan dan menjajakkan segala barang dagangannya masing-masing. Menyebrang sedikit ke kiri, aku langsung sampai di Pasar Baru. Cukup lama menunggu Fikong. Tapi cukup sebentar juga bagiku untuk memperhatikan lingkungan sekitar. yang lagi-lagi mungkin akan sangat jarang kulihat juga. 
Berapa lama, Fikong datang. Mulailah perjalanan kami dari satu toko ke toko lain. Mengacak-acak seluruh isi Pasar Baru. Lelah? Ya! Tapi sangat menyenangkan. Barangkali akan menjadi kali terakhir aku bisa mengacak-acak Pasar Baru :))
Singkat cerita, jam 13.00 WIB kami tiba di kelapa untuk akhirnya naik angkot menuju STT. Namanya sekarang ITT. satu demi satu penumpang masuk ke dalam angkot berwarna orange tersebut. Lagi lagi aku senang... Fikong bilang tiada kelelahan di wajahku. Memang. 
Kami tiba di kampus untuk mengikuti Gladi Bersih wisuda esok. Satu semester yang lalu, momen wisuda sangat kunanti. tapi kini? Sedih rasanya.... Apapun perasaan hati. Yang jelas aku harus bersyukur atas semua anugerah Allah...
Bla bla bla
Selesai sudah gladi bersihnya. Aku melanjutkan ke Mushola. Sholat disana, lalu pergi menuju kosan Eka. Menitipkan laptop Abang. Pulangnya? Naik angkot sendiri. Momen yang kurindu sejak lama. Aku naik angkot jurusan Kalapa - Dayeuh Kolot. Karena mobilnya tidak sampai perempatan terusan buah batu. Aku memutuskan turun di Pasar Kordon. lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Aku berjalan dari serbang Pasar hingga ke Ayam Lepas di Soekarno Hatta. Sengaja. Aku terlalu takut untuk berhenti menunggu angkot. Aku lebih memilih. Sekali lagi. Aku selalu takut harus naik angkot tengah malam. Hingga kaki terasa lelah. Aku menghentikan angkot berwarna merah dengan nomor 05 yang mengarah ke Kiara Condong. Aku terus memeluk tas yang kubawah. Duduk di dekat pintu mobil. Sebab, aku masih trauma kejadian dulu. Aku sangat takut. 
Intinya adalah... aku suka berjalan memperhatikan lingkungan sekitar, untuk nanti dapat berlari lebih cepat :)

Rabu, 14 November 2012

Learning

Ini pelajaran yang aku (sebenarnya masih mencari jati diri, manggil "aku" atau "gue". Karena sepertinya ini tulisan rada resmi, jadi pake "aku" saja) ambil beberapa hari lalu. 
Kita ini hidup dan dewasa dari pengalaman bukan? Yap! Sebenarnya dewasa bisa diraih bukan hanya proses pembelajaran dari pengalaman pribadi, tapi juga pengalaman orang lain.

Beberapa waktu lalu, aku dan kedua teman perempuan tengah bercengkrama di kantin kampus tetangga. Di sana sang wanita 1 sebut saja namanya A, bercerita tentang seseorang lain yang menghampiri kehidupannya di tengah jalinannya dengan akang. Sedang teman wanitaku yang 1-nya lagi, tengah asik menyimak sembari menunjukkan dirinya tidak paham. Padahal aku tahu betul, bahwa dia mengerti apa yang aku dan A bicarakan. 

Kita mulai ceritanya... A punya seorang akang. Mereka sudah lama merancang masa depan bersama. Dengan ketulusan, akang menunggu A sampai mendapat kerja nantinya. Di tengah berkobarnya kisah kasih mereka, muncullah seorang pria, sebut saja namanya Mas. Nah... Mas ini sudah mapan, begitu katanya. Bukan cuma mapan, mas rela pulang pergi Jakarta-Bandung untuk menemui A. Ketika perhatian Akang mengendur, Mas memberikan perhatian lebih intens. Mas bilang, selama janur kuning belum melengkung, Mas masih ada kesempatan untuk maju terus pantang mundur (yang maju terus pantang mundur itu tambahan dari aku ya. Hehe). Alhasil, hati A tergoyah sudah. Walau belum sepenuhnya. Ketika dia mulai memikirkan Mas, artinya A hampir saja tergoyah hatinya. A bilang, Mas lebih intens menghubungi A ketimbang Akang, Mas lebih perhatian ketimbang Akang, dan seterusnya. A sudah jalan dengan Akang selama 4 tahun, sedangkan sama Mas, dia sudah berteman selama 2 tahun. Eits! Ini bukan perselingkuhan. Ini sebuah pertemanan. 

Titik. 
Segitu cerita dari aku. 
Jadi beginilah hidup memang...
Banyak orang yang bilang persaingan ketat. Betul sekali. Bukan cuma antarperusahaan untuk memperoleh profit sebanyak-banyaknya tapi juga untuk mendapatkan pasangan hidup. 
Masalah A tadi adalah... Akang yang kurang perhatian. Kurangnya perhatian ditunjukkan dengan kurangnya intensitas sms, nelpon, dan upaya untuk pertemuan. Yang dibutuhkan seorang wanita bukan cuma kemapanan, tapi juga perhatian, dalam bentuk apapun. Mungkin aku juga tergoda jika bernasib seperti A tadi. 

Ingat lagi perkataan Pak Mario Teguh: "CINTA YANG JAUH DAN JARANG BERTEMU AKAN DIGANTIKAN OLEH CINTA YANG DEKAT DAN AKRAB." Jadi sesering apa berkomunikasi via sms, telpon, or something like that, kalau kita tidak mengupayakan pertemuan, ya Wassalam.
Di sini aku bicara tentang sepasang kekasih sebelum menikah loh ya. Jadi, ketika segala upaya dilakukan untuk menjalin komunikasi, tetapi sama sekali tidak mengupayakan pertemuan, yakin deh, kelak waktu berakhirnya hubungan akan tiba.
Belum lagi, aku lebih menghargai orang yang tetap berupaya menghubungiku di tengah kesibukannya yang bergejolak. Jadi tuh ya... Kalau pasangan bilang sibuk sehingga tidak bisa menghubungi kita... mmm... tariklah kesimpulan sendiri. Bukan tidak menghargai, tapi rasanya gemes aja. Bukan juga tidak pengertian, tapi cobalah dengan hal sederhana, ketika sibuk, utarakan kesibukan yang tengah dikerjakan... utarakan... beri perhatian yang sederhana saja. Tidak perlu waktu lama kok untuk sms dan menanyakan sudah makan atau belum, sehat atau tidak, dan tidak perlu waktu lama juga untuk mengatakan pada pasangan bahwa "aku sedang ngerjain ini dulu" atau "aku sedang rapat". See? Tidak perlu waktu lama bukan? karena untuk menimbulkan pengertian, harus ada keterbukaan satu sama lain. Sekalipun hal yang terperinci.
Seperti yang pernah dikatakan saudari kembarku, bahwa pasangan yang tidak menghubungi kita, dia sedang berusaha dan berupaya dalam kegiatannya hari ini untuk masa depan dengan kita. Iya kali buat kita. Tapi kembali lagi, jangankan yang tidak berkomunikasi dan tidak bertemu, yang berkomunikasi via teknologi namun tidak bertemu saja masih banyak yang gagal.

Intinya...
Harus ada upaya dari kedua belah pihak dalam menjalin hubungan. Bukan cuma dari prianya saja, atau dari wanitanya saja. 
Hanya saja... Kadang wanita selalu ingin dihampiri lebih dulu :)
Oh iya. Dan satu lagi. Seperti yang pernah dikatakan seorang Pak Ustadz (lupa nama) bahwa ketika wanita ditanya "ada apa?" dia menjawab "Tidak ada apa-apa" yakin deh. ada sesuatu sebenarnya :)

Oh iya. Tulisan ini murni pendapatku pribadi, jadi jangan di-generalisasi ya... :)

Minggu, 11 November 2012

My Pride


Belakangan gue selalu ngerasa ragu buat jawab pertanyaan: "Prestasi apa yang paling kamu banggakan?" Akhirnya gue tanya langsung sama Mas di sana. Beliau bilang, jawabannya bisa memang prestasi atau effort sebesar apa yang sudah gue perbuat dalam hidup gue.
Menurut gue, prestasi yang gue raih itu banyak. Gue bisa bangun pagi, nggak telat sholat subuh, makan tepat waktu, tepat waktu ke kampus, disiplin, itu semua prestasi buat gue. Lagi-lagi persepsi gue salah. Mas bilang, maksud dari prestasi itu ya... achievement kita. Akhirnya gue memutar otak dengan keras. Selama kuliah, prestasi gue... sangat sedikit. Bahkan lima jari pun mungkin masih terlalu banyak buat menghitung prestasi atau pencapaian yang pernah gue raih.
Gue nggak pernah dapat penghargaan di acara-acara yang kampus adain. IPK gue juga jauh dari Cum Laude. Oh atau mungkin standar Cum Laude kampus gue yang terlalu tinggi ya? Ah gue nggak mau nyalahin kampus. Yang ada sih gue yang nggak belajar sungguh-sungguh, gue yang memilih buat nggak mengukir prestasi.

Tapi kalau bicara prestasi... gue mau bilang, dengan senang gue bilang, prestasi gue itu waktu gue bisa berbagi pada sesama. Berbagi hal positif itu menjadi prestasi yang sangat murah. Nggak perlu juga gue ngeluarin duit. Gue bisa membagi banyak hal, tenaga gue, pikiran gue, ilmu gue, dan pulsa gue buat sms-in teman-teman gue...
Gue senang bisa membagi ilmu walau ilmu yang gue punya sangat sedikit, gue yakin, sedikitnya ilmu gue, bakal bertambah kalau gue mau membagi yang sedikit itu. That's why gue nggak pernah bisa nolak atau kalaupun nolak terpaksa, permintaan buat jadi tutor sebelum UTS di salah satu organisasi yang gue ikutin. tapi gue juga nggak suka kalau dipanggil tutor, gue lebih suka namain agenda organisasi tersebut dengan nama "Belajar Bareng". kalau buka bareng di bulan puasa namanya Bubar, gue namainnya Bebar aja.
Gue juga paling nggak bisa nolak tawaran buat ngisi keputrian di kampus.. kalaupun gue nggak bisa, gue cuma nunda waktunya saja. Hei! gue nulis ini bukan buat sombong. Gals, ilmu gue ini masih seumur jagung, ealaaaah kayaknya nggak seumur jagung juga deh, lo tau tanaman umbi-umbian yang menjalar di tanah? Nah itu die tingginya ilmu gue, alias masih tiarap, mepet sama tanah. means gue bener-bener masih awam dan harus banyak belajar banyak belajar banyak belajar lagi lagi lagi.
Jadi, gue yakin, siapapun yang baca tulisan gue, pasti dia ilmunya lebih tinggi dari gue. Nah ya... gue aja yang ilmunya tiarap mau berbagi, jadi buat kawan semua yang ilmunya setinggi pohon cemara, silahkan membaginya, dijamin nggak bakalan rugi.

Hal yang membanggakan buat gue ya? Nggak ada! Bukan berarti gue anggap diri gue rendah or something ya. Gue mau bilang sesuatu, yang ikut keputrian di kampus kemaren pasti ingeett!!!!
Hal yang paling buat gue bangga itu... KALAU BUAT ORANG TUA GUE BANGGA DAN BAHAGIA KARENA GUE, KALAU BUAT SEMUA ORANG SENYUM LEGA ATAS APA YANG GUE PERBUAT.
see?!
Buat orang tua gue, gue bakal ngikutin semua mau mereka selagi dalam jalur yang lurus, gue juga bakal ngelakuin sebanyak-banyaknya hal positif cuma buat mereka bangga. Gue selalu ingin buat mereka menangis bahagia. Gue selalu menanamkan dalam diri gue, bahwa motivator terhebat buat gue ya diri gue sendiri, tapi motivator pun digerakkan oleh sesuatu. Dan penggerak diri gue sendiri adalah Mama-Bapak. Setiap gue mau main padahal seharusnya nyusun scriptsweet, gue ingat Mama-Bapak yang terus menua, yang harus bersesak dada untuk cari uang ngebiayain kuliah gue. Setiap nilai UTS atau UAS gue jelek, gue selalu merasa bersalah waktu Mama-Bapak bilang: "Ya nggak apa... Yang penting Ni udah berusaha..."
Yap! Buat gue, ridho orang tua kan ridho Allah juga. Nah gue juga mau menggapai ridho Allah, jadi setidaknya gue gapai dulu ridho Mama-Bapak...
oh iya. Gue tahu... untuk saat ini, gue juga bukan wanita solehah. Tapi nggak salah kan kalau gue punya cita-cita menggapai cinta Allah dan salah satu sarananya adalah menjadi wanita soleha. Wanita soleha memiliki ciri, menaati Allah dan Rasulullah, gue yakin, ketika gue membahagiakan orang tua gue, gue masuk dalam kategori salah satu cara menaati perintah Allah. So... sekali lagi gue mau bilang, bahwa kebanggaan gue adalah membuat orang tua gue bangga dan bahagia karena gue.

Kamis, 08 November 2012

LPJ Kunjungan

Liburan eits bukan liburan tapi kunjungan. Kunjungan kemaren ke tempat Ena di Mampang, Aa di Cileduk, Teteh di rucil Rangkas, Mamani di Rangkas, dan dua keponakan manis di Rangankas. Kunjungan yang berbuah manisnya pelajaran hidup.

Kunjungan di tempat Ena, selalu ngajarin gue hidup lebih sederhana dan prihatin, menghemat segala hal yang bisa dihemat termasuk biaya konsumsi selama di sana. Dan semua penghematan tersebut pada akhirnya selalu gue bawa ke Bandung. Gue selalu nyicil makan sate. Kalau beli sate 10 tusuk, gue pasti makan 5 tusuk  di malam hari, sisanya gue makan buat sarapan. Walaupun sebenarnya gaya makan sate kayak gitu udah gue jalanin sejak SMA kelas 1. Dimana gue harus pisah sama mama dan bapak. Dan tahu apa? Gue orangnya gila banget investasi.
Investasi itu singkatnya, gue ngirit sekarang buat nanti gue belanjain tuh duit di masa depan. Kalau gue ngirit alias hemat sekarang, otomatis bakal banyak yang gue tabung, kalau banyak tabungan gue, akhir bulan, gue mau beli baju atau sepatu semua bakal baik-baik aja. Toh gue pake tabungan gue sendiri.
Di tempat Ena juga, gue memetik pelajaran lain: kurangi jajan. Gue ini hobinya jajan. Dimanapun gue berada, di situ gue jajan. Haha. Jadi, sering banget gue jajan dimana-mana. Meskipun semester 4 sampai semester 5 gue nggak suka jajan di kampus lantaran gue bawa bekel, waktu magang kemaren pun gue bawa bekel dan cuma beli pisang di kantin, gue tetep hobi jajan. Utamanya ke lingkungan yang baru gue temuin. Nggak jarang nih duit receh gue ngelayap kemana aja gara-gara gue pake jajan.

Kunjungan berikutnya, ke rumah aa di Cileduk eh bukan. Entahlah. Gue nggak tahu pasti apa nama daerahnya. Yang penting di Tangerang dan deket banget sama Ibu Kota.
Nah ini! Di rumah aa lah paling banyak gue dapet pelajaran. Sebab, gue ngobrol sama Ena dan mama sebagai wanita dewasa. Ceileee... Nggak ada yang panggil gue "bocah" di rumah itu, lebih spesifiknya waktu ngobrol sama Mama dan Ena di kamar Aa.
Nasehat mama luar biasa, yang akhirnya gue berujung pada kesimpulan:
1. Mama bilang, harus bisa menjaga kehormatan sebagai wanita sampai akhirnya punya suami.
2. Mama tuh nggak mau banget anaknya kekeringan, baik kekeringan rohani karena suami yang nggak berbagi ilmu agama maupun kekeringan kantong, alias gue atau suami gue yang kere.
3. Mama ngizinin gue pacaran. Hahaha. Ini dia yang gue demen.
4. Mama nyebutin kriteria calon menantu yang mama mau. (rahasia)
Banyak lagi... Tapi dari kesimpulan di atas, terbuktikan kalau omongannya mama, gue, dan Ena seputar kehidupan wanita dewasa. Means, gue bukan bocah lagi.

Kunjungan berikutnya, Ke Rucil alias Rumah keCil punya teteh dan sang suami.
Gue belajar dari hal yang teteh bilang: bahwa gue harus nurut sama omongan orang tua, baik dalam menentukan karir maupun menentukan calon suami. Yap. HARUS NURUT SAMA ORANG TUA. Kadang ini yang berat buat gue. Mama sama bapak lebih sering nggak suka sama apa yang gue suka. Dan lebih sering juga gue ngalah. Buat gue, mama bapak itu udah ngelewatin manis pahit asin asem kehidupan, jadi saran mama bapak, the best buat gue. dan bakal gue laksanain. Yang berat itu, kalau cowok yang gue suka, nggak mama bapak suka. fiuh.

Kunjungan ke Mamani dan dua ponakan kecil berujung pada sebuah pelajaran manis.
Ponakan gue namanya Yaya (kelas 3 SD) dan Icha (kelas 1 SD). Hari pertama gue di Rangkas, gue ngejemput Yaya-Ica di sekolahnya pake motor sama teteh. Abis nganter Icha ke rumah mamani, gue, Yaya, ama teteh pergi nge-Mie Uun. Di Mie Uun, mulut gue menganga lantaran kaget liat HP yang dipegang Yaya. HP itu HP yang iklan-nya sama CB. Gue otak-atik tuh HP. ternyata wallpaper dan ringtone-nya CB punya. Belum lagi Yaya yang hapal semua personil CB, bukan cuma itu, kalau ada liputan di TV tentang CB, Yaya pasti nggak pernah absen. Ya kecuali kalau lagi masa ulangan.
Haih. Yaya segitu totalnya menyukai satu hal. CB itu tuh. Jadi, gue juga mau gitu deh sama segala hal yang gue suka. Kalaupun yang gue suka belum tentu yang terbaik, tapi apa salahnya gue suka dan tulus kan? Kelak kalau itu emang bukan hal yang baik buat gue, pasti Allah juga punya cara indah buat ngejauhin hal nggak baik itu dari sisi gue. hahay. Keren banget omongan gue.
Sama kayak gue kalau suka sama orang, gue nggak peduli apa pandangan orang sekarang, yang gue mau, gue tulus sayang dan mengekspresikan sayang/suka gue. Tapi kalau akhirnya gue dikhianatin, bakal gue jamin, orang itu nggak bakal dapet ketulusan seperti tulusnya gue. alah. keren lagi nih ngomong. Artinya, ketika gue sakit atau mendapat manfaat negatif dari menyukai seseorang atau sesuatu hal, maka sejak saat gue sadar itulah gue bakal berhenti menyukai mereka semua secara total.

Senin, 22 Oktober 2012

Nasehat Pak Mario Teguh yang selalu kuingat adalah "Menyegerakan kebaikan". Kata Beliau, kalau kita menunda berbuat baik, maka kita menunda datangnya kebaikan dengan segera. Kurang lebih seperti itu.

Tadi pagi main ke kampus, bukan main juga, tapi ada urusan ke sekretariat. Setelah menyapa teteh dengan senyum manisnya itu tuh. Lanjut mengambangi perpustakaan. Jadi sampah deh di perpus. Ketemu teman, sebut saja namanya Ujang.

Si Ujang menyapa, "Hai cantik. Apa kabar?"
"Kabar selalu baik alhamdulillah, jang. Lagi apa? Skripsi ya?"
"Bukan dong. Nyampah aja gue." Ujang berguyon.

Lanjut kutinggalkan Ujang, menghampari teman satu lagi yang asik mengerjakan skripsinya, sebut saja Budi. Ngobrol bentar sama Budi. Tiba-tiba Ujang datang menghampiri, mulailah ia dengan candaannya.

"Eh Van, kabarnya udah ta'arufan ya?"
Aku terkejut. "Ha? kata siapa?"
Ujang hanya tertawa dilanjutkan dengan ocehan yang kurang kudengar karena mama menelepon. Setelah kututup telepon dari mama, Ujang melanjutkan ocehannya, "Kok gendutan, Van? Lagi isi ya?"
Buset! Berita apalagi itu? Gendutan dari mana? Yang ada badan makin kurus. Berat badan terjun bebas lantaran mama nggak di Bandung. Aku mengacuhkan ocehan Ujang.

Selepas berbincang dengan Ujang, aku menuju teman lainnya, sebut saja namanya Anwar. Sebelum menghampiri Anwar, Ujang berteriak pada teman-temannya mengatakan perutku tengah isi. hello??? isi apa coba? isi bubur sih iya. tadi pagi aku kan makan bubur. belum dikeluarin lagi. "Eh eh si Vani lagi isi tuh." Wajah teman perempuan lain langsung terkejut.

"Iya Van?" Tanya teman perempuan satu.
"Iya. Isi. Isi pahala. Aaamiiin." Jawabku bercanda walau hati berdoa.

Ada-ada aja itu Ujang. Ngegosipin aku hamil lagi. Dari mana coba. Gendut juga nggak.

Mulailah perbincangan yang agak serius dengan Anwar: Perihal pacaran dan menikah.
Anwar bilang, segera menikahlah. Jangan kelamaan pacaran. Nanti dosa. Betul juga. Haiiiih.. Menikah jadi salah satu tujuan utama aku. pengen banget. gimana nggak? setelah menikah, apa yang dilakukan bareng suami jadi pahala. ketawa bareng, dapat pahala. bersentuhan, dapat pahala. pokoknya pahala pahala pahala.
Belum lagi menikah itu kan menyempurnakan sebagian ibadah kita. mau banget deh menyempurnakan sebagian ibadahkuuuuu...
Semoga Allah segera kasih aku jodoh ya, Anwar... Biar aku bisa cepet nikah. Mohon doa. hehe

Kamis, 18 Oktober 2012

Love

wikipedia bilang Love is an emotion of a strong affection and personal attachment. cinta memiliki emosi yang sangat kuat. Melibatkan perasaan pribadi siapapun yang menyelaminya.
Kalau tadi menurut wikipedia, ini menurut gue pribadi, murni.
Love is not like a business, you don't need to get more income to cover the costs. Love doesn't talk about Break Even Point. When you talk or even think about Break Even in your love story, I guess that is not love. But a business.
Love can't be bought by money. Presents can't buy love of other people, but presents reflect your love to them. Presents are not always expensive things, It can be cheap but more interesting.
Love is not always for man or woman but also for your family, friends, career, or everything. But I wanna write about love someone. Someone who will be my friend in my entire life.
Love is a feeling when you wanna live with a whole life.
But the most important about love is... Love is sharing. I mean. When you love, you will share. Share is different with give. Give means: you will give her/him things. But share... it's deeper mean than give. You tell her/him everything which happened in your life. You don't scared that he/she is gonna leave you because you trust; he/she wont leave you alone. Love is about sharing your emotion. When you're angry, you show the anger. When you're sad, you show the sadness, you tell him/her what going on is. When you're happy, you show it too, and any else.
Love speaks both of people, not only you.

Dengan cinta, aku mau berbagi kebahagiaan, kesedihan, amarah, kecemburuan, senyum, dan segalanya :)

Senin, 15 Oktober 2012

Bolehkan kalau malam ini gue nulis blog dengan tulisan yang beda, ekspresi sebenar-benarnya dari hati gue yang ngerasa salah besar. Kok kayaknya jadi orang gue ceroboh banget ya? Agak konyol kalau gue bisa ngilangin benda yang seharusnya gue jaga baik-baik. Aiih. Gue mah ya.
Gue harus berubah nih! kalau nggak, udah deh. Ke laut aja. Tapi gue serius. Gue harusnya lebih bisa teliti, lebih bisa menjaga sesuatu dengan baik....

Selasa, 09 Oktober 2012

Terlalu sekejap waktu yang tersisa,
untuk meluapkan segala rasa yang datang secara gerilya :)
tapi biarlah waktu yang sekejap itu,
mengukir kita dengan pena berwarna terindah,
yang bergantungan di langit terang dan gelap :)

Senin, 08 Oktober 2012

Terima kasih hati

Sebenarnya hati ingin segera pergi menjauh,
meninggalkan segala sejarah yang menghunus hati,
membuatnya tidak dapat berfungsi dengan baik.

Tapi apa daya,
ternyata ianya terseret begitu jauh,
ialah yang membuat dirinya tidak berfungsi dengan baik,
membuatnya tertaut pada hati manusia lain,

Di akhir Mei kelabu,
hatinya menangis teriris.
tidak ada hal pasti yang dilakukannya,
kecuali meratapi kehilangan,

Topengnya menunjukkan bentuk dan suasana lain,
hatinya masih saja seolah tegar menapak,
sayang, isinya telah hilang,
dibawa ombak menuju pulau lain,

Kekosongannya merebah, bergumul, menjadi sunyi,
sakitnya lahir batin,

Terbaring akhir di tempat tidur dingin tanpa nyawa,
raganya masih kuat,
tapi hatinya mati,
sekali lagi,
terbawa dan dibawa ombak menuju pulai lain,

Bisakah ianya bangkit dengan tenaga yang tersisa?
Bisakah ianya bangkit dengan kekosongan hati?

Bisa,
teriaknya cahaya di penghujung kegelapan
ianya yakin,
hati lain menunggu di gerbang senyuman,
kelak menuaikan kebahagiaan,

Terima kasih hati....

Minggu, 07 Oktober 2012

Melihat wajahmu pucat pasi seperti itu rasanya perih sekali. Tepat di hati. Hendaklah kubangkit seketika, berpamitan. Karena takut perihnya terpancar lewat bola mataku. Karena seseorang pernah berkata, bahwa mataku tidak pernah bisa berbohong apalagi sekadar berpura-pura. Jadi memang sepertinya pilihan meninggalkanmu, lebih tepat. Aku juga tidak bisa merawatmu lebih lama. Untuk segera mengikuti perkembangan kondisimu.
Tolong, jangan sakit. Aku memohon. I'm begging you. 
Setelahnya aku menyusuri jalan di pinggiran kota Bandung tersebut. Rasa kantuk mulai terasa berat. Dan... Yang kutahu, motor terguling seketika. Lumayan. Kaki kiriku tertimpahnya. Tak masalah. Dibanding lihatmu yang tengah menyegarkan diri akibat sakit, Tertimpah motor, tak masalah bagiku, tidak ada apa-apanya. Hal positifnya, aku jadi tidak mengantuk lagi. 
Perjalanan terasa sangat panjang. 
Aku minta maaf.

Jumat, 05 Oktober 2012

Perempuan memang begitu, jangan pernah meninggalkannya jika dia menutup pintu, karena dia pasti menunggu agar pintunya itu diketuk lagi
-Keydo

Dan terima kasih telah mencoba mengetuknya :)

Kamis, 04 Oktober 2012

places

okay. Ini dia list tempat yang mau aku datengin sebelum hijrah ke Kota Metropolitan, yang perbincangannya tengah hangat di antara keluarga besar

1. Cieter
Udah lama banget mau ke sini. Mengunjungi Emak dan Bapak angkat yang walau cuma 3 hari aku bersama mereka dalam rumah kayu yang agak tinggi, aku sudah sangat menyayangi mereka.

2. Kebon Binatang
Cuma pengen menyapa makhluk lain yang diciptakan Allah. Dan pengen jalan di sana sambil mengomentari betapa begini begitunya bonbin di sini.

3. Bandung Carnival Land
Udah pernah ke sana 1 kali. Tapi kurang puas. Jadi pengen lagi.

4. Curug Cimahi
Pernah membuat kesalahan di sana ngebuat aku pengen balik lagi ke sana, dan mencoba merenungi segalanya yang berlalu.

5. Bosya
Belum pernah ke sini.

6. Museum Sri Baduga

7. Kawah Putih

Selasa, 02 Oktober 2012

Percakapan malam Minggu dengan saudari kembar menghasilkan satu kesimpulan yang mengena...
Cinta adalah serela-relanya melepaskan, jika:
1. Allah menghendaki itu terjadi. Seperti si dia telah menikah dengan orang lain. Salah satunya.
2. Kematian yang datang diantara kita.

Jadi, sedalam itu makna cinta. Selama janur kuning belum berkibar! maju! jalan! *loh*

Senin, 01 Oktober 2012

mama

mama,
Rasanya dua jempol saja tidak cukup untuk menggambarkan betapa hebatnya dirimu, bahkan kata "luar biasa" saja masih sangat kurang...
mama,
Engkau tidak perlu gelar diploma, sarjana, master, atau bahkan doktor untuk bisa mendidik dan mengajari anak-anakmu banyak hal...
Engkau tahu, mam...
Engkau sudah sangat lebih dari berhasil mendidik dan mengajari anak-anakmu
Kami tumbuh menjadi kelima anak yang benar-benar Panca Mutiara
mama,
Kalau ada yang menganggapmu rendah karena Ibu Rumah Tangga yang melekat dalam dirimu, bukan wanita karir, maka orang itu tidak pernah merasakan belaian ibu rumah tangga sesungguhnya. atau jangan-jangan dia bukan ibu rumah tangga yang baik. astaghfirullah... tidak seharusnya aku ber-suudzon padanya. aku hanya sakit melihatmu menangis sore ini lantaran ada seseorang yang merendahkan dirimu, karena dirimu tidak bekerja, mam.
Tenang, mam....
mama berhasil menjadi Ibu Rumah Tangga yang baik...
Baik itu artinya luas sekali, mam
Saking luas dan banyaknya hal positif yang kau miliki lalu kau berikan, kata baik saja cukup menggambarkan kepribadianmu yang lebih dari luar biasa.

okay mam
gini saja
jangan pedulikan mereka yang tidak menghargaimu sebagai ibu rumah tangga
karena kami, anak-anakmu sangat menghargai, menghormati, dan menyayangimu
bahkan jika kelak diberi kesempatan mengganti nyawamu dengan nyawaku, aku rela, mam....
love you, mam

Minggu, 30 September 2012

Ibu Rumah Tangga?


Dilatarbelakangi oleh sebuah diskusi sederhana dalam sebuah forum grup media sosial, aku mulai ingin beropini tentang apa dan siapa sebenarnya Ibu Rumah Tangga. Yang namanya opini, tentu ini murni pendapatku meskipun mendapat referensi dari berbagai sumber. Jadi kalau memang pendapat Sahabat berbeda dengan pendapatku. Tak masalah. Perbedaan akan terus ada sampai akhir zaman bukan? Jadi jangan sampai karenanya kita malah berpecah belah.
Prolog sebuah diskusi adalah ucapan selamat karena salah satu resolusiku yang telah tercapai di tahun 2012. Mereka memberi ucapan selamat yang kurespon dengan kata “terima kasih”. Dan dimulailah diskusi tentang ibu rumah tangga. Beberapa senior mengira aku akan menikah tahun ini karena memaksakan untuk lulus. Aku hanya meng-amin-kan ucapan mereka. Kuanggap doa.
“Sebagai seorang wanita yang baru saja lulus, menurut vani gimana pendapat tentang ibu rumah tangga?” (inti dari pertanyaan yang mereka ajukan)
Baiklah. Jawabanku;
Sebelumnya aku ingin menyatakan sesuatu. Memang benar. Alasanku untuk lulus cepat adalah untuk bisa segera menggapai mahligai pernikahan. Mengapa? Mama dan bapak memintaku untuk menikah setelah aku bisa mandiri. Baik dari sisi finansial maupun segala hal. Lahir dan batin. Dengan cepat lulus, aku bisa cepat berupaya memandirikan diri dari aspek finansial. Sedang ilmu untuk menikah, sudah kupelajari sejak semester dua. Ketika jiwa pernikahan menikam pikiran. Meskipun ilmuku masih sangat cetek. Setelah mandiri secara finansial, aku bisa maju ke tangga pernikahan, membina sebuah keluarga dengan lelaki yang Allah swt siapkan sedari dulu.
Cita-cita terbesarku adalah menjadi ibu rumah tangga. Yang setiap saat bisa melihat anakku tumbuh, memastikan pertumbuhannya baik, dengan pembelajaran yang baik, dengan gizi yang baik, dan ditangani orang yang terbaik, ibunya sendiri. Cita-cita terbesarku menjadi ibu rumah tangga. Yang ketika suami berangkat mencari segudang berlian untuk memenuhi kewajibannya, ia percayakan anak padaku, ia pergi dengan tenang karena percaya padaku, ia mencium keningku, kucium tangannya, menunggunya pulang kantor, ia memperlakukanku dengan baik, tidak menganggapku pembantu (yang mencuci baju, membereskan rumah setiap hari, atau sejenisnya), pokoknya semua hal yang membuatku bahagia lahir batin. Sebelumnya, aku tegaskan disini. Bahwa ibu rumah tangga yang aku maksud di sini adalah seorang wanita yang sudah menikah, tidak bekerja, memilih di rumah untuk mengurus anak-anak dan suaminya. Baginya, orientasi karir adalah keluarga.
Okay. Kenapa ibu rumah tangga? Bagiku ibu rumah tangga lebih dari sekadar profesi. Makna dan artinya jauh lebih dalam. Dari  hasil tetesan air mata kasih sayang, seorang ibu rumah tangga dapat menciptakan khalifah terbaik di dunia. Jadi sebenarnya, aku kurang setuju jika ibu rumah tangga disebut profesi. Ibu rumah tangga juga bukan sekedar gelar kepada wanita yang sudah menikah. Lebih dari itu. Ibu rumah tangga memiliki kecerdasan yang luar biasa, bisa mengurus suami dan anak bersamaan. Bukankah luar biasa? Pekerjaan yang dikerjakan seorang ibu rumah tangga. Bahkan kata “luar biasa” saja tidak bisa menggambarkan betapa hebatnya seorang wanita yang memilih jadi ibu rumah tangga.
Tapi ada wanita lain di sana yang hebat. Wanita jenis kedua ini, bisa menjadi ibu rumah tangga sekaligus wanita karir. Walaupun bagi sebagian besar orang, tidak mungkin bisa berhasil keduanya, antara rumah tangga dan karir. Aku bertemu wanita-wanita jenis kedua di sebuah perkantoran, bercerita seputar kehidupan mereka. Betapa mereka bisa memprioritaskan segala hal. Kurang lebih seperti itu.
Aku tidak pernah mau menilai mana yang lebih baik; ibu rumah tangga atau wanita karir. Allah swt yang lebih tahu yang lebih baik. Jadi untuk apa berdebat? Ini hanya seputar pendapat. Yang selalu kuyakini; wanita adalah makhluk terbaik yang diciptakan Allah swt. Kehadiran hawa yang mampu melengkapi tulang rusuk adam, kehadirannya yang mampu menentukan keberhasilan sang suami, dan kehadirannya yang membuat generasi muda lebih baik.
Tapi, ada jenis wanita lain. Yang memilih sendiri untuk menggapi karir di puncak himalaya. Aku tidak ingin mengomentari. Bukan wewenangku. :D

Intinya adalah, menjadi apapun itu, wanita harus kembali pada kodratnya. Menjadikan pria sebagai imamnya. Sebesar apapun gajinya, setinggi apapun jabatannya, ia harus tunduk pada suami selagi pada hal yang tidak bertentangan dengan syariat.
Ketika seseorang bertanya padaku, “kamu milih mana, jadi wanita karir atau ibu rumah tangga?”
Aku menjawab: “Apapun aku jadi, aku ingin mengikuti ke-ridho-an suamiku. Jika suamiku meridhoi aku menjadi ibu rumah tangga, tak masalah. Jika kelak ia memintaku untuk menjadi ibu rumah tangga sambil bekerja, aku pun mengikutinya. Karena ridhonya yang menggiringku ke syurga Illahi.”

Sabtu, 22 September 2012

Bad memory

22 September 2012
11.00 PM

Aku percaya sekali ada hikmah di setiap kejadian. salah satunya ini. oh iya. tunggu dulu. sebelumnya aku mau bilang makasih udah nemenin di perjalanan pulang. 
Hari ini aku ke kampus. Karena motor mau dipake, aku mengalah. Epang mengantarku ke kosan Hesti dulu. Mau kasih data. Barulah dari Hesti selesai menunaikan kewajiban, aku pergi ke kampus, berdebar menyongsong pengumuman jadwal sidang yang sudah bertengger di kaca ruang sekretariat. Gelap ruangan tidak memburamkan mata untuk melihat kertas yang bergantungan. Sayang sekali sang tentara penjaga depan ruang sekretariat (pintu kaca) terkunci rapi. 
"Dikunci neng. Kuncinya di satpam."
"Makasih, A."
Dibalut teriknya matahari menyipitkan mata, aku berjalan dengan penuh semangat ke pos satpam. Sedikit berbincang lalu menyatakan tujuan aku datang menghampiri bapak berseragam biru tua. Sepertinya bapak satpam enggan membuka pintu kaca untukku. Aku terus berdoa dalam hati. Akhirnya, Beliau bersedia. "Terima kasih, Pak." Singkat cerita, aku sudah tahu kapan waktu pasti sidang akan kugapai. 

Selesai semua urusan, aku langsung menuju depan ATM kampus. Ada janji sama sahabat semua. Katanya pukul 12.30 WIB, tapi tidak ada satu orang pun di sana. Eh iya. Ada. Saat aku berjalanan ke depan ATM, dikejauhan ada dia. Pake jaket ijo lumut. Sedikit mengobrol. Eh tidak. Obrolan yang tumbuh banyak. Jam 13.00 WIB sudah. Tidak ada satupun. Hanya aku dan dia. Aku kirim sms sama sahabat. Tahunya dia di ruang ATM, aku dan dia segera ke ruang ATM. Ramai ternyata. Aih. Kenapa gue nggak dikasih tauuu!! Bete. 
Singkat cerita, kami semua berangkat ke TSM. Makan siang bareng, Sholat bareng, dan foto-foto. 

Selesai juga,
Aku pulang dengan angkot. Dia pun pulang tanpa ada motor yang mau ditebengi. Sebenarnya bukan tidak mau. Tapi karena motornya kurang. Akhirnya, Dia menemaniku di angkot. Nah... di saat inilah bad memory came. 
aku menegang. Rasa khawatir dan takut menyerbu. Jantung berdegap kencang saat aku naik angkot lalu Dia mengikuti di belakang. 
Terakhir kali aku naik angkot, sepulang dari Masjid Cipaganti. mengikuti pengajian di sabtu sore. karena macet yang pasti mendera, aku malas bawa motor. Alhasil, pulang pergi naik angkot. Waktu pulang, aku naik angkot biasa. Angkot dalam keadaan penuh. Tenang hati. tapi di jalan Riau, beberapa orang turun. Hingga akhirnya tersisa aku dan sopir. 
di sekitar jalan apa aku lupa, seorang cowok masuk. Aku mulai takut. Lama sekali dia menatapku dalam. Aku merasa diperhatikan. salah tingkah.
Akhirnya sampai juga di tujuan. Si cowok yang tadi menemani perjalananku ikut turun. mengikutiku menuju tempat ojeg. aku terus berdzikir dalam hati. mengingat Allah sepenuh hati. memohon pertolongan-Nya. tiba-tiba. cowok itu menepuk pundakku. dengan tatapan yang sama saat di dalam angkot, yang sudah cukup lama mengikuti langkah kakiku, dia bertanya, "Mba tau tempat ojeg ga ya?" 
Aku kaget bukan main. padahal di samping kiri. yap. tepat di samping kiri, banyak orang duduk di atas motornya, mengenakan helm berwarna seragam, dan tertulis di dinding OJEG. "Tapi kenapa tanya saya?" Takutku dalam hati. 
Aku menjawab, "ini." Sambil menunjuk ojeg tujuanku. 
Aku takut bukan main. 
Diikuti orang yang tidak dikenal
yang memperhatikanku lama
dengan tatapan.... yang tidak bisa tergambarkan.

but anyway, makasih banget udah nemenin di angkot malam ini. jadi aku nggak perlu takut...

Jumat, 21 September 2012

Donor Darah

Menjadi pemberi yang tulus

Begitulah salah satu tips menjadi muslimah yang menyenangkan. Kubaca dalam sebuah buku motivasi di perpustakaan Bank Indonesia sembari menunggu hal print out IDI selesai. 
Benar juga rasanya. Seorang muslimah harus memberi dengan tulus. Apapun yang diberi. Untuk memberi tidak perlu menunggu sampai kita punya uang, atau menunggu suatu momen terjadi. Contohnya. Aku sering denger cerita dari temen, kalau kebanyakan pacar mereka menjanjikan akan memberi banyak hal JIKA mereka benar-benar akan menikah. Hey! Apa memberi harus menunggu sampai kamu menikah? Kalau begitu, akan banyak istri yang kamu miliki. Karena kamu hanya akan memberi pada wanita yang menjadi istri kamu. Tentunya masih banyak contoh lain. 

Baiklah. I will start my story.
Senin. 17 September 2012. Ada donor danar di Bank Indonesia. Dan atas kehendak Allah, aku sedang berpraktek kerja lapangan atau PKL di sana. Semua pegawai dalam ruangan sudah menulis golongan darah masing-masing satu hari sebelum akhir pekan. Sedang aku, terdiam. Entahlah. Rasanya sangat takut untuk mendonorkan darah yang sedang mengalir dalam tubuh.
Sebenarnya sudah sangat sering tanganku ditusuk-tusuk jarum. Mulai dari dipasang infus sampai diambil darah untuk cek lab setiap hari di RS. Tapi untuk mendonorkan darah? Tak bisa kubayangkan. Karena pastinya darah yang diambil sangat banyak.
Yap. Pagi itu, semua orang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Termasuk aku. Salah satu pegawai di sana, mendelegasikan (gaya bener) tugasnya padaku. Sang ibu baik hati langsung pamit ke pada atasannya untuk donor darah. Tidak berapa lama, teman kerjaku juga pergi untuk donor darah.
Pak Osi mengajakku donor darah. Berat hati rasanya. Jarum suntik terbayang jelas di seluruh bagian otakku. "Neng ayo neng. Kita donor."
"Ah nggak ah pak. Vani belum pernah soalnya."
"Makanya, Neng. biar pernah. Donor itu sehat loh."
Aku senyum tanda menolak. Beberapa detik setelah Pak Osi mengajak, Bu Yanti masuk ruangan membawa kantong besar. Isinya ada makan siang, susu 1 Liter, pisang (kesukaanku), biskuit gandum, obat penambah darah, dan minuman rasa buah. Kantong dan seluruh isinya diperoleh Bu Yanti setelah donor darah.
Aku terpikat. Ingin mendapatkan kantong yang sama. Segera kusambar pintu. Menyusul Pak Osi.

Di depan pintu masuk ruangan donor, aku tertampar. Bodohnya jika donor darah ini kuniatkan untuk mendapatkan makanan dalam kantong plastik besar berwarna putih. Aku terdiam. Kuucapkan basmalah. Lalu melangkah mantap ke dalam ruangan. Mengganti niat yang sudah belok dengan niat yang lebih lurus. Menyenangkan.
"Ya Allah, aku niatkan donor darah ini untuk membantu sesama. Sehingga aku bisa mendapatkan Ridho-Mu yang luar biasa. Maka berilah aku kekuatan, Ya Rabb." Aku benar-benar cemas dan ketakutan.
Aku melangkah menuju dokter, untuk memeriksa kondisi tubuhku.  "Oke. Bagus semua. Periksa Hb dulu, nanti sarapan ya, Dik!" Perintah dokter. Aku mengikuti. Ardhi (temen magang) menemaniku sarapan di ruang  rapat papandayan. Setelahnya, aku kembali ke ruang donor. Kudapatkan dua kantong darah untuk diisi kemudian mengantri sambil duduk.
Berapa menit kemudian, aku berdiri. Berjalan menuju tempat tidur setengah duduk. Mengangkat lengan kemeja putih yang kukenakan. Bertakbir dalam hati. "Semua akan baik-baik saja". Suster siap menusuk tangan kananku. Aku berpaling ke arah kiri. Menolak penglihatan pada jarum yang mulai bermesraan dengan pembuluh darah. "Alhamdulillah... masuk juga jarumnya."

Semua selesai. Aku baik-baik saja. Allah senantiasa melindungi umat-Nya.

Yap. Aku belajar sesungguhnya untuk meluruskan niat sehingga aku dapat menjadi pemberi yang tulus.

Sabtu, 08 September 2012

Apa kabar?


apa kabar kamu di sana? aku merindumu di sini. tapi sayang. gengsi mengepul di seluruh tubuh. rasanya enggan mengungkap rindu terdalam padamu.
apa kabar kamu di sana? di sini ada seseorang yang dengan mulia dan bijak. aku selalu mengingatmu. tapi sayang. gengsi mengepul di seluruh tubuh. rasanya enggan mengungkap kebenaran terdalam padamu.
semoga kamu baik-baik saja.
kata mama, aku terlalu bodoh melalaikan cinta mulian dan bijak yang datang.

Minggu, 26 Agustus 2012

Berjuang Mengulurkan Jilbab


“Astaghfirullah!” Teriakku lalu bangun seketika. Denia yang tidur disampingku terkaget mendengarku berteriak. “Aku mimpi buruk, Denia.” Jelasku singkat.

“Mimpi apa, Dia?” Tanya Denia dengan wajah ketakutan.

“A… a… aku… aku mimpi kiamat.” Wajahku tertunduk dan gemetar ketakutan. “Aku baru pulang dari sekolah lalu aku melihat banyak orang berkerumun di rumah. Tak henti-hentinya mereka melantunkan ayat suci Al-Quran. Ketika kutanya ada apa, ibu bilang, “Sebentar lagi kiamat.” Segera kucari Arga, Elfa, Indri, dan bapak. Tapi bapak nggak ada, Den. Waktu aku cari keluar, aku lihat bapak datang. ayah bilang,

"Hati-hati Adia! Banyak meteor jatuh.” Kulihat meteor berjatuhan. Dan ayah berlarian menuju rumah. Lalu menggandeng tanganku masuk. Aku takut dan terus menangis. Seolah semua nyata. Bukan mimpi, Den.” Jelasku. Arga adalah kakak tertua di keluargaku, Elfa si bungsu, dan Indri kakak kedua yang kumiliki. Sedang Denia adalah saudari kembarku.

“Udah Adia. Semua bakal baik-baik aja ko.” Tenang Denia.
Aku langsung bangun mengambil air wudlu. Setelah sholat subuh, kucari ayah. Karena dalam mimpiku, aku tidak dapat menemukan ayah. “Bu! Ayah mana?” Tanyaku pada ibu di dapur.

“Olah raga, Adia.” Legaku tak terbendung. Segera kuberlari ke kamar. Kututup pintu dan siap melantunkan ayat suci Al-Quran. “Apa aku harus mengenakan jilbab? Apa mimpi itu peringatan dari Allah SWT?” Pikirku dalam hati. Menutup aurat yang memang seharusnya ditutup menurut aturan islam. “Tapi ibu aja nggak pake kerudung? Masa aku pake?” Tanyaku dalam hati seolah menolak keinginan untuk memenuhi salah satu kewajiban seorang muslimah itu.


Sudah tiga malam berturut-turut aku memimpikan hal yang sama. Namun responku kali ini sangat serius. Tidak seperti dua hari sebelumnya yang begitu dingin. “Ini nggak bisa dibiarkan. Aku harus bertindak! Aku… aku harus mengenakan jilbab!” Tekadku dalam hati. Beberapa hari belakangan ini, aku memang ingin sekali mengenakan jilbab. Tapi belum juga kurealisasikan keinginan itu. Seolah terbentur banyak kendala; karena ibu tidak mengenakan jilbab atau bahkan karena aku tidak punya kerudung. “Itu bukan kendala. Aku harus segera menutup auratku. Bagaimana kalau kiamat datang cepat lalu aku belum menjalankan salah satu kewajiban muslimah dengan menutup aurat? Naudzubillah…” Dengan tekad yang kuat diiringi sedikit ketakutan kuhampiri ayah dan ibu yang sedang menyantap sarapan. “Yah, Bu, semalam Adia mimpi buruk.” Kuceritakan dengan jelas mimpi yang telah menghantuiku selama tiga malam berturut-turut.

“Sayang, itu cuma mimpi.” Ibu berusaha menenangkan.

“Terus… ayah tanya, mau Adia apa? Biar Adia tenang?” Tanya ayah.  

“Aku mau pake jilbab, yah.” Ucapku tertahan ketakutan kalau-kalau ayah dan ibu tidak setuju.

“Bagus itu!” Jawab ayah mengagetkan “Ayah setuju.”

Aku senang karena ayah dan ibu memberikan respon positif. Tidak lama aku segera ke kamar ibu. Mencari-cari kerudung yang bisa kukenakan sementara. Tentunya setelah meminta izin pada ibu. Akhirnya kutemukan satu buah kerudung siap pakai berwarna putih. Ukurannya pas di kepalaku. “Ma, minta yang ini ya!” Teriakku pada mama menuju dapur sambil membawa kerudung yang kutemukan.


Dunia perkuliahan adalah salah satu dunia yang selalu kutunggu-tunggu. Aku melanjutkan studi di salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung. Tapi aku harus berpisah dengan Denia yang akan melanjutkan studi di Jakarta. Setelah satu bulan masuk kuliah dan mengikuti kurikulum di kampus swasta berbau Information Technology, aku memutuskan bergabung ke dalam Lembaga Kerohanian Islam. “Aku agak takut masuk situ, Dina. Kan disitu kerudung cewek-ceweknya pada besar. Kayak pake mukena. Hehehe.” Aku terkikih sambil sedikit mengejek. Karena caraku berkerudung masih sangat minim.

“Udah. Nggak apa-apa. Kita ikut dulu aja yu, Dia. Aku juga mau.” Ajak my classmate, Dina.

Aku segera bergabung dengan LKI. Ternyata dugaanku selama ini salah. Tidak semua perempuan mengenakan jilbab besar. Banyak juga perempuan mengenakan ’jilbab modern’. Lambat laun aku merasa nyaman bergabung dengan LKI. “It feels like I have a little second family in my campus.” Hingga akhirnya masa jabatan kepengurusan saat itu berakhir. Aku terpilih menjadi kordinator mentoring akhwat[1].

Rasa keingin tahuanku tentang dunia islam semakin menguat. Aku mulai membeli berbagai buku yang berisi aturan-aturan islam. Termasuk buku yang membahas aturan hijab muslimah. Salah satu buku yang kusukai adalah bukunya Subhan Nur LC tentang Mayoritas Wanita Masuk Neraka. Isi buku itu sangat menarik. Bukan hanya bicara tentang banyak hal yang menyebabkan muslimah masuk neraka, tetapi juga membahas tentang betapa mulianya seorang muslimah. Hingga harus menutup auratnya guna menjaga kemuliaan yang Allah berikan. Semakin banyak aku mencari tahu tentang hijab muslimah, semakin banyak juga yang aku tidak tahu, yang artinya semakin banyak pula aturan yang tidak kutaati. “Lalu? Selama ini jilbab apa yang kukenakan?” Timbullah pertanyaan hasil dari perenungan malam setelah membaca sebagian buku itu.

Aku tahu satu hal. Allah memberikan manusia waktu untuk memperbaiki dirinya agar menjadi lebih baik. Tetapi Allah tidak memberikan manusia waktu jika ingin meninggalkan suatu keburukan. Artinya setiap keburukan yang jelas, harus segera ditinggalkan. Tetapi dibutuhkan waktu yang lebih banyak dan bertahap ketika manusia ingin menjadi lebih baik. Aku tersadar bahwa selama ini caraku menutup aurat masih jauh dari syari’at islam. Bagaimana tidak? Aku masih sering memperlihatkan lekuk tubuh. Dulu sewaktu SMA, seragam sekolah berukuran besar dan gombrang, kukecilkan membentuk lekuk tubuh. Aku juga tidak memanjangkan kerudung. Air mata mengalir begitu saja setelah aku mengetahui bahwa banyak aturan yang tidak kutaati. “Astaghfirullah… astaghfirullah…” Lalu kutertidur dengan istighfar yang kulantunkan.
Keesokan harinya aku mendapat kabar kalau Denia melepas kerudungnya. Hatiku meronta sakit. Segala upaya kulakukan untuk menggagalkan niat Denia tetapi belum membuahkan hasil.

“Adia, Denia punya pilihannya sendiri. Masa kamu mau ribut sama kakakmu sendiri?” Tegas ibu.

“Tapi, bu! Baik. Adia mengalah. Kalau ibu dan ayah nggak bisa larang Denia lepas kerudung, ibu  dan ayah nggak bisa larang aku terus berusaha supaya Denia pake kerudung lagi.” Ucapku tegas. Ibu hanya diam mematung melihat gurat ketegasan dan tekad yang bulat pada wajahku.

“Aku pergi kuliah dulu ya, bu. Assalamu’alaikum.” Langsung kutarik gas motor matic merah berusia empat tahun. “Mau beli celana bahan ah.” Tiba-tiba saja tekad dalam hati membuncah setelah aku pulang kuliah. “Tapi nggak punya uang. Gimana ya? Tapi niat baik jangan pernah ditunda. Nggak apa-apa deh. Pake uang yang ada dulu. Allah pasti kasih jalan buat umat yang mau bertaubat.” Kutarik lebih kencang gas motor menuju department store yang dekat rumah.

Setelah tiba, kucari celana bahan yang bergantungan. Kulihat harganya satu persatu, “Jangan yang terlalu mahal. Cari yang murah aja. Yang penting longgar.” Bisikku kecil takut terdengar oleh orang lain. Akhirnya kudapatkan dua buah celana bahan. Warna cokelat dan abu-abu. Kedua celana yang longgar.

Selesai membayar dua celana yang berbahan licin, aku langsung pulang. Kulihat ibu melamun di meja makan. “Pasti mikirin Denia lagi.” Dugaku sementara. Setelah sapun dan berganti pakaian, aku kembali menghampiri ibu, “Ibu kenapa?”

“Nggak apa-apa. Ibu cuma kepikiran Denia aja, Di.”

“Sudah. Jangan ibu pikirin ya. Kan ibu sendiri yang bilang kalau Denia punya jalannya sendiri. Nanti kalau ibu mikirin terus, ibu bisa sakit. oh iya, bu. Ada yang ingin Adia sampaikan. Adia berniat ingin memperbaiki cara berkerudung Adia, bu. Baru aja tadi Adia beli celana bahan. InsyaAllah Adia mantap, bu. Adia minta restu dan dukungan dari ibu.” Ibu tidak mengatakan apapun. Hanya tersenyum tulus. Senyum yang menghangatkan. Melihat senyum ibu, aku semakin yakin untuk memulai hidup baru, dengan jilbab baru. Berusaha menjaga kemuliaan yang Allah berikan.


Kubentangkan kerudung segi empat. Kulipat menjadi segitiga sama panjang pada setiap sisinya. Membentuk segitiga sempurna. Tiba-tiba tanganku bergerak mengulangi lipatan itu. Segitiga yang tadinya sempurna berubah menjadi tidak sempurna karena satu sisinya lebih panjang dari satu sisi lainnya. “Bismilahirrahmaanirrahiim!” Mantap kuucapkan basmalah. Kukenakan kerudung itu. Kerudung yang biasanya kulilitkan pada leher, kini kujulurkan setengah badan. Kini aku sadar, sudah seharusnya kukenakan kerudung sesuai syari’at islam.

Setelah kukenakan kerudung yang panjang, hatiku mulai khawatir. “Gimana kalau orang lain bilang aku aneh? Gimana kalau orang lain nggak suka dengan penampilan baruku? Gimana kalau cowok-cowok pada protes? Gimana kalau aku jadi nggak fashionable lagi?” Banyak ketakutan akan hilangnya kesenangan duniawi bergerayangan dalam rongga kepalaku .

Perjuangan tersulit bagiku dengan keimanan yang masih rapuh ini adalah perjuangan melawan hawa nafsu, perjuangan melawan segala ketakutanku terhadap semua hal yang fana’. Tetapi harus kuhapus segala ketakutan akan hilangnya kesenangan dunia. Karena ada janji yang Allah berikan kepada siapa saja yang mau bertaqwa di jalan-Nya, kepada siapa saja yang mau berjuang di jalan-Nya. Sekali lagi kulafalkan basmalah dengan lebih keras, tegas, dan mantap “Bismillahirrahmaanirrahim. Kuniatkan jilbab ini untuk berjuang di jalan-Mu, Ya Allah. Untuk menjaga kemuliaan yang Engkau berikan.”  


[1] Artinya perempuan

Sabtu, 25 Agustus 2012

my birthday

it was my birthday card in 2010
somebody gave it to me at 23rd August
one day earlier
because at 24th he went to one place

*It has taken in Happy Day at 23rd August 2012*

my brother (right) told me that it was for celebrate my birthday 

my mother and me
my father and twin

my beloved father was waiting for his meal

 
my brother and my mother

 
yes. she is my twin 
my beloved twin
my only one twin
I thought she is stronger than me
She is my reminder when i did some mistakes
She's everything for me
she can be best friend, mother, sister, and everything else

those are my foods and beverages

*Celebrated my birthday in Chick Chicken Barata Rangkasbitung at 24th August 2012*

Nafisa and Yurika (My best friends since junior high school) brought cake for me and Vina
they made surprises
I love it
Really
I miss them so much


Vina and Yurika

Nafisa and me

my burger

Senin, 20 Agustus 2012

Tried new cafe







Minggu, 19 Agustus 2012

Here we are


Idul Fitri Pertamaku

Allahu Akbar... Allahu Akbar... Allahu Akbar...
Allah Maha Besar... Allah Maha Besar.... Allah Maha Besar...

Indahnya takbir berkumandang.
Mengudara mengisi seluruh lapisan bumi ini. 
Seolah mengganti oksigen yang beredar.

Hari ini sangat indah
Hari ini sangat damai

Allah memberikan kesempatan kepada kami untuk memulai segalanya dari nol, membenahi kehidupan kami yang sempat berantakan. 

Pagi tadi tepat pukul 06.00 WIB, bergamis pink aku, mama, Vina, teteh, dan teh Nengni (kakak ipar) pergi ke masjid Ar-Rumi. Vina menggelar karpet ungu yang kami gunakan untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Singkat cerita, aku bersyukur dapat menjalankan sholat dengan sangat khidmat. Tidak ada "heai-an" seperti tahun-tahun biasanya karena kurang tidur. Selesai sholat, ada khutbah yang disampaikan khatib. Aku pribadi tidak terlalu suka dengan khutbah tersebut; intinya menyalahkan pemerintahan, tanpa mengajak kami untuk mendukung pemerintah dengan berpartisipasi dalam kegiatan positif.
Selesai khutbah, setiap jamaah menyampaikan permohonannya pada Sang Pemilik Alam Jagat Raya ini. Aku menangis, mengingat kebodohan dan dosa yang kulakukan beberapa waktu lalu. Dosa besar yang selalu kutangisi dalam setiap do'aku. Baiklah... Memang Allah Maha Pengampun. Aku taubat dari dosa dahulu yang kulakukan. Tapi bukan berarti aku mudah melupakannya. Kata Vina, aku ini orangnya melankolis. Selalu mengingat masa lalu...

Kesimpulannya, Idul Fitri selalu menyenangkan. Semua anggota keluarga berkumpul. Tawa selalu menyelimuti kebersamaan kami. Rasanya enggan beranjak dari rumah :)

Tapi ada yg berbeda. 
Idul Fitri kali ini, kami sekeluarga tetap di Bandung. Biasanya setiap tahun kami melewati Idul Fitri di Cilaki. Sebuah daerah tidak begitu kecil di Kabupaten Lebak. Di Cilaki, nenekku yang sudah renta hidup seorang diri. Yah.. Idul Fitri kali ini aku lewati di Bandung. Karena aa ingin pulang ke Bandung. Jadi ini menjadi Idul Fitri pertamaku di Kota Kembang

Kamis, 16 Agustus 2012

Surat ucapan



dua tahun lalu, sebuah surat ucapan terima kasih menepi di depan pintu rumah, di kampung halamanku.
ternyata itu dari kamu. bukan hanya surat. di dalamnya ada cokelat kesukaanku dan sebuah kado berisi tasbih berwarna cokelat jua. 

Senin, 13 Agustus 2012

cinta sejati itu... bukan perkara siapa dan bagaimana cinta itu datang... tetapi bicara sebuah konsistensi.
konsistensi bermakna cinta tetap sama (konsisten) jika tahun ini dia mencintaiku, tahun depan ia mencintaiku, sampai 4 tahun ke depan ia tetap mencintaiku, maka itulah cinta sejatiku :)

Rabu, 08 Agustus 2012

Masalah Vs. Keluhan

membaca sebuah buku. tiba-tiba terperana. menyadari satu hal; bahwa yang sering kulakukan adalah mengeluh. aih. manusia. Alhamdulillah dikasih kesempatan sadar belakangan. dari pada nggak sadar-sadar. 
terkadang kita suka mengatakan, "masalah lagi masalah..." atau "ada aja lagi masalah..." atau "ko ada masalah terus ya?" 
harus kita resapi sama-sama, bahwa masalah adalah suatu keadaan yang timbul JIKA KENYATAAN YANG TERJADI TIDAK SESUAI DENGAN EKSPEKTASI KITA. sebelum kita menyatakan bahwa yang kita hadapi adalah sebuah masalah, kita harus dapat membandingkan kenyataan yang terjadi dengan ekspektasi kita terhadap suatu hal. Nanti muncul gap. gap itulah yang menjadi masalah dalam hidup kita. ketika kita bisa mengidentifikasi masalahnya dengan baik, maka kita akan memperoleh rangkaian kata yang dapat menggambarkan masalah tersebut. ketika orang lain bertanyapun, kakan dengan mudah kita menyampaikan masalah tersebut. sekali lagi karena kita sudah berhasil mengidentifikasinya lalu menggambarkannya. 
JIKA KITA TIDAK BISA MENGGAMBARKAN MASALAH KITA, HATI-HATI! JANGAN-JANGAN KITA HANYA MENGELUH. yah... begitulah... sebenarnya masalah itu tetap ada, tapi datangnya dari diri kita sendiri; MENGELUH. mengeluhlah masalahnya. tetapi masalah disini berbeda dengan gap yang tadi aku katakan. 

rasanya aku sudah terlalu sering mengeluh. mengungkapkan suatu masalah yang sumbernya adalah diriku sendiri. bukan masalah karena adanya gap antara kenyataan dan ekspektasi. hhhmmmm....

setelah sadar kalau itu mengeluh, aku tengah berupaya mengurangi pengeluaran keluhan dari hati yang lalu terungkapkan melalui mulut. mulut ini kan ciptaan Allah, sayang sekali nampaknya kalau hanya digunakan untuk mengeluh. dengan mengeluh juga, aku akan cepat lelah... tidak akan ada buah manis yang tumbuh dari pohon keluhan. hal lain yang ingin kusampaikan, ketika waktu lalu aku harus mengorbankan banyak "sesuatu" dalam hidupku untuk dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. jika aku terus mengeluh, niscaya skripsi tersebut tidak akan bisa selesai tepat pada waktunya. karena jiwa dan raga telah mengalami kelelahan luar biasa akibat kegiatan sia-sia ; MENGELUH. 

mulai sekarang, aku tidak akan mengeluh lagi. mulai bijak memilah mana masalah mana keluhan. sehingga kelak aku berharap keluhan itu tidak akan muncul lagi ke permukaan.

Selasa, 07 Agustus 2012

cerita lalu

Akhirnya menulis lagi. Setelah 3 hari berpetualang di Kota Metropolitan, aku kembali ke kota kembang tepat pukul 15.30. Dijemput oleh dia yang dulu ada di ruang khusus hati ini. Terimasih. kini silaturahim kita tetap terjaga. karena kamu sudah kuanggap sebagai kelaurga. :)
Teringat perbincangan dengan Na beberapa waktu lalu sebelum ke Jakarta;

Na : "Ni, udah saatnya loh kamu pilih seseorang yang mapan lahir batin terus mulai deh membina masa depan barengan kaya Na sama ***."

Ni : "Ah elah na... aku kan belum nemu."

Na : "Siapa kek gitu. si *****. Kayanya baik. Nggak kurang ajar. Biar kita bisa nikah sama-sama."

...
..
.

Aku terdiam. Kabita (kepengen) kaya Na sebenarnya, yang sudah punya seseorang untuk diajak serius membina mahligai perkawinan di masa depan. Tiba-tiba aku mulai memikirkan perkataan saudari kembarku semalaman hingga mata terpejam. 
Tenggelamnya aku dalam dunia pemikiran membuat tangan mengetik serangkaian nomor as. Menceritakan apa yang baru saja dikatakan oleh saudari kembarku itu. Dia yang di sana mulai merespon. Entahlah. Dari text-nya kusimpulkan bahwa ia tengah mengkhawatirkan kemapannya saat ini. hmmmm.... rasanya....
Pikiran akan seseorang yang mapan lahir batin untuk meniti masa depan bersama, rasanya... sudah menghanyutkan alam lamunku begitu jauh. Mulai penasaran siapa sesungguhnya sosok yang telah disiapkan Allah untukku di kemudian hari. "Ah! apaan sih! bukan waktunya galau gara-gara masa depan yang belum pasti kaleee... sekarang mah yang penting fokus melakukan segala yang terbaik. memapankan batin dan lahirnya pribadi dulu, baru bakal dapet yang mapan juga." Tekadku dalam hati. 
Seketika pikiran yang tadi membuaiku melesat pergi, menghilang entah kemana. 
Aku selalu percaya janji Allah di QS. An-Nur, yang menyatakan bahwa perempuan baik-baik hanya untuk laki-laki yang baik pula. Mungkin begitupun dengan kemapanan. Jika lahirku sudah mapan, insyaAllah Dia akan menyiapkan seseorang yang telah mapan untukku. Terlebih jika batinku mapan, aku yakin, Dia pun akan kirimkan seseorang yang batinnya telah mapan jua. 

Mengapa aku harus mapan? mapan yang menjadi target dalam hidupku bukanlah sampai punya rumah atau mobil. maksudnya, aku tidak perlu harus punya rumah dan mobil baru menikah. tapi setidaknya, aku harus bisa mandiri dari segi keuangan. aku harus bisa mandiri dalam kehidupan, segala hal. mengurus diri sendiri dengan mandiri dari berbagai aspek. dengan begitu, aku akan menikah. 

Mapan batin. hey! menikah bukan cuma uang. haruslah ada ilmunya. haruslah niatnya yang baik, yang semata-mata karena Allah. jika tidak. nafsu deh yang akan menuntun pernikahan kelak. nah... aku ingin memapankan batinku dulu. mencari ilmunya yang sesuai dengan syari'at. aku ingin sekali menjadi istri yang kelak menunggu suamiku di surga dengan gelar bidadari surga. aku ingin. untuknya aku harus mempersiapkan, meniti, dan mengokohkan niatku menikah untuk menyempurnakan sebagian ibadahku.

Aaahh.. rasanya kalau bicara tentang pernikahan, selalu saja ingin segera menggapainya. Tapi aku harus bersabar. Menunggu seseorang di sana. Kalau memang dia jodohku, Allah akan segera kirimkan dia untukku dalam keadaan sebaik-baiknya.

Rabu, 01 Agustus 2012

bisa menjahit itu...

kalau inget tahun lalu... rasanya... seneng juga.
setahun eh setahun lebih yang lalu, beraniin diri dateng ke sebuah tempat. tempat les jahit. satu minggu setelah pendaftaran, aku masuk. menjadi siswa jahit yang baru. belajar tata busana.
menyenangkan. sangat sangat menyenangkan.

dengan belajar menjahit itu...
aku bisa mengetahui kehidupan siswa lain yang jauh berbeda dengan kehidupanku
dengan belajar menjahit itu...
aku bisa membuat baju yang kuinginkan,
menjahitkan mama baju,
menambal segala baju yang bolong-bolong
dan yang lebih penting
dengan belajar menjahit itu...
aku bisa lebih menghargai baju-baju yang ada di mall dan pasar, pokonya dimana aja
kalau bahan dan jahitannya oke, harganya mahal, nggak mau lagi deh nawar sampai terjun bebas, lawong bikinnya aja susah kok. mesti ngumpulin mood. 
tapi bukan cuma gitu. dengan belajar menjahit itu...
aku juga bisa menilai jahitan yang menyatukan setiap bahan menjadi baju
bisa menilai harga mana yang pantas untuk satu baju
hmmm...
menyenangkan bukan
bukan menilai orang yang membuatnya
tapi menilai hasil jahitannya
jadi bisa menimbang-nimbang sebelum beli atau nawar baju....

aku rindu suasana les jahit :(

Selasa, 31 Juli 2012

Tak sanggup lagi


Minggu, 29 Juli 2012

SEPOTONG GAMIS

Setahun yang lalu, hendak Iedul Fitri, aku membuat sepotong Gamis untuk kukenakan sendiri di hari nan fitri tersebut. Kujahit setiap kain. Membentuk baju yang masih jauh dari kata sempurna. 
Sepotong gamis. 
Sudah lama sekali aku ingin memiliki sepotong gamis. Tapi gamis yang kuinginkan harganya di luar jangkauan mahasiswi. Akhirnya aku memutuskan untuk membuatnya sendiri. Alhamdulillah... Meskipun bahannya berbeda. Semula aku ingin sekali membeli bahan yang sama persis dengan gamis yang kuinginkan di toko pakaian muslimah tersebut. Tapi lagi-lagi harganya malah lebih mahal dibandingkan harga gamis jadi. Kuganti bahan dengan kain berharga setinggi lembah. Tidak terlalu mencekik. Jadilah. Idul Fitri lalu, aku berjalan ke mesjid hendak menunaikan sholat ied. Bangga hati mengangkat rasa bahagia dalam diri telah berhasil membuat gamis dan mengenakannya dengan baik. Gamis itu berwarna ungu. Dikombinasikan dengan bahan sifon tipis yang manis. Bahan dasar gamis cukup tebal. sehingga tidak terlihat bentuk tubuh. 
Sepotong gamis.
Meskipun sudah (katakan) berhasil membuat gamis, aku tetap ingin gamis yang ada di toko tersebut. Kelak, ketika gamis itu sudah terjual, aku akan mencari gamis lain. Target akhir tahun 2012 : punya gamis yang harganya sedikit meloncat. Aku ingin punya. Satu-satunya pun tak masalah. Semoga. Aaamiin

Kamis, 26 Juli 2012

corat-coret


Akhirnya selesai juga. all files have been printed. lagu "The one that got away" berkibar penuh di seluruh ruang kamar Vina. Tiba-tiba aku teringat Kinang, tokoh utama pria dalam buku Keydo

Kinang. Dia mampu berjuang mendapatkan sosok gadis yang diyakininya akan menjadi istrinya kelak. Dia terus memperjuangkan keyakinannya sekalipun Keydo (gadis impiannya) selalu dingin padanya. perjuangannya di medan cinta bukan hanya satu hari atau dua hari tapi sampai dua tahun. Selama dua tahun, dia mencari tahu tempat Keydo tinggal. Berusaha dekat dengan lingkungan yang Keydo cintai. Mencari tahu kemana Keydo berkelana selama ini. 
Kinang. Penggambarannya sangat luar biasa. Pria berambut kribo dari Papua yang berangan-angan menikah muda. Tapi pada akhirnya dia menikah di usia yang tidak lagi muda. Si kribo yang terus memperjuangkan Keydo sekalipun dia tidak tahu bagaimana perasaan Keydo padanya. Yang dia tahu, bahwa dia yakin Keydo akan menjadi istri dan ibu dari anak-anaknya. Tidak ada kompromi. Sekalipun sulit mengutarakan isi hatinya, Kinang terus maju tak gentar. 

Semua akan indah pada waktunya
Ungkapan itu benar juga. Suatu hari menjelang hari suci, Kinang tahu bahwa Keydo memiliki perasaan yang sama dengannya. Bukan Keydo yang berucap. Tapi buku hariannya. Kinang mengejar Keydo sampai ke Kota Metropolitan lalu berakhir di Kota tempat rumah gadang bertengger. Dan di kota terakhir itulah... dengan mengejutkan Keydo, Kinang langsung membawa serta merta orang tuanya untuk melamar Keydo. Haru biru membahana. Kebahagiaan meluap ke permukaan. Keluarga Keydo pun sudah sangat jatuh hati pada Kinang. 
Pernikahan mereka diadakan mendadak bagi manusia, tapi tidak bagi Allah. Allah sudah menulis kisah mereka dengan garis yang jelas. Pada akhirnya, mereka bisa bersama dalam pernikahan, tali suci halal antar dua insan. Keydo yang semula terkenal dengan gadis dingin, jutek, dan galak, berubah sikapnya bukan lagi 360 derajat bahkan sampai 720 derajat pada Kinang. Ia begitu lembut. Manis. Penuh kasih sayang. 

Kinang...
Dia memperlakukan Keydo bak putri raja. Tidak memperlakukannya sebagai pelayan seperti kebanyakan suami yang beredar di orbit jagat raya. 

Kinang...
sekalipun tak lama Keydo diundang untuk pulang ke sisi Allah, ia tetap tidak menikah lagi. karena cintanya begitu besar pada Keydo. baginya... perjuangannya mendapatkan hati seorang Keydo sangat luar biasa. dan tidak mungkin diingkari dengan menikah lagi. Cintanya untuk Keydo bukan di dunia saja, tapi jua di akhirat. Ia hanya menginginkan Keydo kelak menjadi istrinya jua di akhirat nanti

Subhanallah

Buku yang menyenangkan, mengharukan... semuanya tercampur aduk. Bunda Tatty Elmir berhasil menggambarkan semuanya dengan detil melalui tulisan. 
Rasanya ingin bersuamikan pria seperti kinang. Pun aku ingin menjadi Keydo yang menjaga diri sampai waktu ketetapan-Nya tiba.