Sabtu, 20 Maret 2010

menyiakan 1 kewajiban untuk 100 kesiaan

Waktu subuh

Alhamdulillah… adzan subuh masih bisa kudengar. Tapi yang kulakukan malah menarik selimut dan memeluknya erat seakan selimutlah cinta sejati dalam hidupku. Tempat menghangatkanku. Rasanya sangat berat untuk bangun dan mengambil air wudlu untuk menghadap illahi.

Astagfirullah… ternyata lebih mudah menarik dan menghadap selimut dari pada menghadap sang Khalik

Waktu dzuhur

Lagi-lagi adzan berkumandang. Mengajak untuk segera bertemu dengan Allah. Tapi lagi-lagi aku malah mendahulukan bertemu dengan sepiring nasi dan semangkok sop untuk disantap. Seakan-akan nasi dan sop itulah penentu usiaku. Jika aku tidak menyegerakan menyantap mereka aku akan kehilangan hidup duniaku.

Astagfirullah… lebih mudah menghadap makanan dari pada menghadap Illahi dengan alasan nantinya aku tidak bisa bertemu Allah dengan khusyuk jika perut tengah konser.

Waktu ashar

Yah… waktunya sholat ashar. Tapi setelah adzan itu berkumandang… bukannya aku menggegaskan langkah untuk menyucikan diri, aku malah asyik dalam dengan menggores pena dalam binder atau terbuai oleh kelucuan upin dan ipin dalam TV. Seakan-akan binder dan TV lah yang memberiku kenikmatan dunia.

Astagfirullah… mengapa begitu sulitnya menghadap Illahi dibandingkan menghadap TV atau Kertas.

Waktu magrib

Lagi dan lagi. Kesalahan yang sering kulakukan. Selesai adzan magrib, bukannya aku segera meluncur ke air pancoran untuk berthoharoh, tapi malah menunggu sinetron iklan atau “tanggung” lagi facebook-an. Seakan-akan mereka lah yang berkuasa. Pemilik alam dan waktu duniaku.

Astagfirullah… mengapa sinetron atau facebook lebih menggoda dan menarik dibanding bertemu dengan Zat yang Maha segalanya?

Waktu isya

Adzan, alunannya paling merdu di seluruh belahan jagat raya ini dikumandangkan lagi pada waktu isya. Tapi lagi lagi bukannya segera sholat, aku malah menunda dengan alasan “nanti saja, sebelum tidur. Biar khusyuk.” Tapi setelah itu. aku malah mengantuk. Dan lebih mudah bertemu bantal guling dari pada Allah. Seakan-akan bantal dan guling lah yang menjadi tempat keluh kesah.

Astagfirullah… bantal dan guling itu menggoda memang. Tapi menghadap dan bertemu dengan Allah adalah kewajiban. Tidak seharusnya aku seperti itu.

Astagfirullah…

Mengapa aku seperti ini? Waktu shubuh hanya sekali satu hari. Waktu dzuhur hanya sekali dalam sehari. Waktu ashar hanya sekali dalam sehari. Waktu magrib hanya sekali dalam sehari. Waktu isya hanya sekali jua dalam sehari. Namun mengapa aku masih mengutamakan hal lain yang bisa kulakukan berkali-kali dalam sehari ketimbang solat 5 waktu yang masing-masing hanya sekali dalam sehari? Naudzubillahimindzalik…

Semoga Allah mengampuni dosaku dan dosa umat muslimin dan muslimat… amiiin.

Tidak ada komentar: