Selasa, 26 Oktober 2010

MID (2)

Tangisnya tumpah begitu saja. Laras terisak-isak. Ingin rasanya ada sebuah bahu untuk tempatnya meneteskan air mata yang terus turun. Ingin rasanya ada sepasang lengan terbuka dan berkata, “sini sayang… menangislah di pelukan ibu. Semua akan baik-baik saja.” sayang sekali ibu Laras sedang pergi mengunjungi neneknya di Palembang sana. Malam itu… Ibunya menelpon Laras.

Laras : Assalamualaikum, ibu sehat?

Ibu : Waalaikumsalam. Alhamdulillah sehat, sayang. Tadi gimana tesnya?

Laras : Ada 3 nomor yang nggak kejawab, Bu. Laras bener-bener lupa. Bu, bapak ada? Ibu dan bapak uda makan belum?

Ibu : Loh? Kok bisa? Emang berapa soal semuanya? Ibu uda makan, Sayang. Bapak juga uda.

Laras : tadi tuh ada 10 soal. Tapi analisis semua. Nah yang nggak bisa itu bagian pertanyaan hapalannya, Bu. Ibu makan apa?

Ibu : Tadi ibu makan mie goreng sama nasi. Kalau bapak, makan bihun.

Laras terdiam. Tetes air matanya turun perlahan. Laras tidak sampai hati mendengar ibunya makan mie goreng. “Ibu kan punya sakit maag. Uda lama juga nggak makan mie. Kalau ibu makan mie, nanti perut ibu nggak enak.” Miris Laras dalam hati. Ia tidak mampu menyampaikan pikirannya pada sang ibu. Karena dia tahu apa yang akan dijawab ibunya, “Itu untuk penghematan, sayang. Bapakmu sudah nggak punya uang banyak lagi.”

Ibu : Laras sudah makan, Nak?

Laras : Udah, bu. Tadi Laras makan banyak sekali. Oh ya bu… rumah jadi dikontrakin? Nanti barang-barang gimana? Kapan ibu ke bandung?

Ibu : Nanyanya satu-satu, sayang. Ia, rumah jadi dikontrakin. Barang-barang sebagian dibawa ke Bandung, sebagian lagi disimpen di pavilion nenekmu. Minggu ini, bapakmu terima DPnya. Nggak terlalu banyak. Tapi nggak apa. Syukuri aja, sayang. Uangnya nanti buat jajan mingguan Laras sama Dion ya.

Air mata Laras semakin deras.

Laras : Maafin Laras uda nyusahin ibu dan bapak ya.
Laras menahan tangisnya. Ia tidak ingin sang ibu tahu kalau ia tengah menangis.

Ibu : Itu sudah tanggung jawab kami, sayang. Laras nggak nyusahin ibu sama bapak kok. Yaudah ya… jangan lupa belajar, solat, makan juga teratur. Inget pesan dokter. Jangan kecapean ya, sayang. Urusan keuangan… nggak usah dipikirin. Laras fokus kuliah aja ya.

Laras : Yauda. Ibu juga jaga kesehatan. Salam untuk bapak. Assalamualaikum.

Laras menutup telepon setelah ibunya menjawab salam. Air matanya laksana hujan yang terus-menerus mengguyur Ibu Kota hingga menyebabkan banjir. Baju tidur bagian depannya sudah basah karena air mata yang terus menembakinya.

Pikirannya kalut. Ingin rasanya ia berbagi dengan orang lain. Tapi siapa? Kak Lena, kakak tertuanya sedang asyik dengan dunia maya setelah seharian bekerja. Diambillah handphone yang tergeletak begitu saja. ia ketik kalimat dan mengirim kepada seseorang yang ada di phonebooknya. Seseorang yang selalu bisa memberinya semangat. Seseorang yang menyuguhkan senyum hangat di pagi hari walau hanya lewat sms. Seseorang yang periang. David, namanya. Senior yang dikenalnya di SMP dulu. Dan sekarang satu kampus dengannya.

Laras : Kak, aku pengen nangis deh…

David : Nangis aja, De. Itu bisa bikin lega. Emang kenapa, De?

Laras : Aku nggak bisa cerita, Kak. Ceritanya panjang kayak rel kereta api

David : Tuh, kan… tapi kakak nggak punya pulsa buat nelpon Ade. Ade mau telpon kakak?

Laras : Laras juga nggak ada pulsa nelpon, Kak.

Setelah mengirim sms, segera Laras mengenakan mukena. Baginya… momen saat itu sangat indah untuk berkeluh kesah pada Sang Khalik. Karena hanya Dialah yang mampu mengatasi kesulitan yang dialami Laras dan keluarganya. Segera ia menunaikan sholat isya. Ada tangis kuat dalam doa yang dipanjatkan. Tangisan itu tak henti-hentinya. Hingga Laras merasa kepalanya berat.

“Kak Lena, aku tidur duluan ya.” Pamit Laras untuk pergi tidur.

“Ia, De. Jangan lupa nanti malam bangunkan kakak ya kalau kamu bangun buat sholat.” Pinta Kak Lena.

Dalam diam sambil memutar tasbih di tangan beriringan dengan dzikir yang berpeluk di hatinya, Laras tertidur meski matanya masih basah.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Mbak, huft, ternyata hal yang jauh lebih penting untuk dpikirkan, saya ngerti, maaf y, sabar mbak, tetep semangat y, orang hebat, Allah pasti akan bantu, yakin ;)