Rabu, 14 November 2012

Learning

Ini pelajaran yang aku (sebenarnya masih mencari jati diri, manggil "aku" atau "gue". Karena sepertinya ini tulisan rada resmi, jadi pake "aku" saja) ambil beberapa hari lalu. 
Kita ini hidup dan dewasa dari pengalaman bukan? Yap! Sebenarnya dewasa bisa diraih bukan hanya proses pembelajaran dari pengalaman pribadi, tapi juga pengalaman orang lain.

Beberapa waktu lalu, aku dan kedua teman perempuan tengah bercengkrama di kantin kampus tetangga. Di sana sang wanita 1 sebut saja namanya A, bercerita tentang seseorang lain yang menghampiri kehidupannya di tengah jalinannya dengan akang. Sedang teman wanitaku yang 1-nya lagi, tengah asik menyimak sembari menunjukkan dirinya tidak paham. Padahal aku tahu betul, bahwa dia mengerti apa yang aku dan A bicarakan. 

Kita mulai ceritanya... A punya seorang akang. Mereka sudah lama merancang masa depan bersama. Dengan ketulusan, akang menunggu A sampai mendapat kerja nantinya. Di tengah berkobarnya kisah kasih mereka, muncullah seorang pria, sebut saja namanya Mas. Nah... Mas ini sudah mapan, begitu katanya. Bukan cuma mapan, mas rela pulang pergi Jakarta-Bandung untuk menemui A. Ketika perhatian Akang mengendur, Mas memberikan perhatian lebih intens. Mas bilang, selama janur kuning belum melengkung, Mas masih ada kesempatan untuk maju terus pantang mundur (yang maju terus pantang mundur itu tambahan dari aku ya. Hehe). Alhasil, hati A tergoyah sudah. Walau belum sepenuhnya. Ketika dia mulai memikirkan Mas, artinya A hampir saja tergoyah hatinya. A bilang, Mas lebih intens menghubungi A ketimbang Akang, Mas lebih perhatian ketimbang Akang, dan seterusnya. A sudah jalan dengan Akang selama 4 tahun, sedangkan sama Mas, dia sudah berteman selama 2 tahun. Eits! Ini bukan perselingkuhan. Ini sebuah pertemanan. 

Titik. 
Segitu cerita dari aku. 
Jadi beginilah hidup memang...
Banyak orang yang bilang persaingan ketat. Betul sekali. Bukan cuma antarperusahaan untuk memperoleh profit sebanyak-banyaknya tapi juga untuk mendapatkan pasangan hidup. 
Masalah A tadi adalah... Akang yang kurang perhatian. Kurangnya perhatian ditunjukkan dengan kurangnya intensitas sms, nelpon, dan upaya untuk pertemuan. Yang dibutuhkan seorang wanita bukan cuma kemapanan, tapi juga perhatian, dalam bentuk apapun. Mungkin aku juga tergoda jika bernasib seperti A tadi. 

Ingat lagi perkataan Pak Mario Teguh: "CINTA YANG JAUH DAN JARANG BERTEMU AKAN DIGANTIKAN OLEH CINTA YANG DEKAT DAN AKRAB." Jadi sesering apa berkomunikasi via sms, telpon, or something like that, kalau kita tidak mengupayakan pertemuan, ya Wassalam.
Di sini aku bicara tentang sepasang kekasih sebelum menikah loh ya. Jadi, ketika segala upaya dilakukan untuk menjalin komunikasi, tetapi sama sekali tidak mengupayakan pertemuan, yakin deh, kelak waktu berakhirnya hubungan akan tiba.
Belum lagi, aku lebih menghargai orang yang tetap berupaya menghubungiku di tengah kesibukannya yang bergejolak. Jadi tuh ya... Kalau pasangan bilang sibuk sehingga tidak bisa menghubungi kita... mmm... tariklah kesimpulan sendiri. Bukan tidak menghargai, tapi rasanya gemes aja. Bukan juga tidak pengertian, tapi cobalah dengan hal sederhana, ketika sibuk, utarakan kesibukan yang tengah dikerjakan... utarakan... beri perhatian yang sederhana saja. Tidak perlu waktu lama kok untuk sms dan menanyakan sudah makan atau belum, sehat atau tidak, dan tidak perlu waktu lama juga untuk mengatakan pada pasangan bahwa "aku sedang ngerjain ini dulu" atau "aku sedang rapat". See? Tidak perlu waktu lama bukan? karena untuk menimbulkan pengertian, harus ada keterbukaan satu sama lain. Sekalipun hal yang terperinci.
Seperti yang pernah dikatakan saudari kembarku, bahwa pasangan yang tidak menghubungi kita, dia sedang berusaha dan berupaya dalam kegiatannya hari ini untuk masa depan dengan kita. Iya kali buat kita. Tapi kembali lagi, jangankan yang tidak berkomunikasi dan tidak bertemu, yang berkomunikasi via teknologi namun tidak bertemu saja masih banyak yang gagal.

Intinya...
Harus ada upaya dari kedua belah pihak dalam menjalin hubungan. Bukan cuma dari prianya saja, atau dari wanitanya saja. 
Hanya saja... Kadang wanita selalu ingin dihampiri lebih dulu :)
Oh iya. Dan satu lagi. Seperti yang pernah dikatakan seorang Pak Ustadz (lupa nama) bahwa ketika wanita ditanya "ada apa?" dia menjawab "Tidak ada apa-apa" yakin deh. ada sesuatu sebenarnya :)

Oh iya. Tulisan ini murni pendapatku pribadi, jadi jangan di-generalisasi ya... :)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

belajar mencintai untuk orang yang dicintai bukan untuk diri ^^