Minggu, 25 November 2012

Terima kisah kasih


Hari ini euphoria kelulusan mencuat ke permukaan. Aku yakin. Setiap wanita pergi ke salon pagi-pagi sekali untuk didandani bak seorang selebritis. Setiap lelaki pun pasti sudah menyiapkan jas dan celana terbaiknya masing-masing.
                Mereka semua sepertinya tersenyum bahagia. Tapi aku menangis sengguk. Membayangkan mungkin hari ini adalah hari terakhir aku dapat berjumpa denganmu, melihat senyumanmu, berdiri di sampingmu, dan segala hal yang biasa kulakukan denganmu.
                Hari ini juga adalah akhir dari perjalanan fase kehidupan yang satu, menuju gerbang fase kehidupan yang lain. Setiap dari kami berkeinginan untuk mendapatkan penghidupan yang layak setelahnya. Untuk itu kami pergi merantau, mengejar ilmu setinggi mungkin di dunia formalitas. Mama, Bapak, Aa, Teh Nengni, Teteh, Aferdi, Na, Epang, dan Panjul, terima kasih untuk dukungan dan doa kalian. Untuk kalian, bukan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasih, tapi lebih.
                Selama tiga tahun… banyak sekali suka yang kulewati. Duka pun adalah sukaku. Mulai dari pertemuan dengan beberapa sahabat dengan cerita dan keunikannya masing-masing, bergabung dalam sebuah lingkaran keluarga lain, permasalahan yang penuh pelajaran dan hikmah, serta pertemuan indah dengan kamu.
                Berat hati sebenarnya harus meninggalkan dunia yang selama tiga tahun sudah kulewati. Bagaimana tidak… di dunia baru tersebut, aku bertemu dengan Oma si sensitif yang keibuan berhati rapuh, Ayu si labil yang bijak, Ade si ramai yang penuh perhatian, Mpok si tomboy yang feminine, belum lagi ada Martina atlet yang baik hati, Khalid sang sahabat berhati sensitif namun bijak, Hana sang penolong dengan bukunya, Madihah Salwa si ibu GM yang baik hatinya dan tidak pernah sungkan untuk direpotkan, NII sang pencerah, Triska si penjual Tupperware (hehe), Om yang pandai berbicara, Adit si pemilik buah tangan, Adrian yang selalu memanggil Vani bana-bana, Halim si pejuang yang pantang menyerah, Hafiz si pandai dengan candaan menarik, Anis si pintar yang baik budinya, Endah si feminine yang cantik, Adit sang pemberi buah tangan yang tulus, dan ada Rolan Pranando. Si abang yang cuek, dingin, tapi dewasa dan bijak. Ada juga Rahmat dan Azmi yang sudah menemani sidang.
                Bukan cuma mereka, masih ada beberapa orang yang kutemui, mewarnai indahnya hidup selama tiga tahun. Fitri Mulyani. Teman seperjuangan yang pantang menyerah. Di detik-detik akhir pengumpulan skripsi. Maju terus Mpit mengejar pembimbingnya. Bukan cuma itu. Aku belajar bersyukur darinya. Ketika apa yang terjadi tidak sesuai harapan, Fitri tetap berucap syukur dengan wajah bahagianya. Di tengah kerisauannya menyelesaikan revisi skripsi, Fitri berhasil dengan baik. Maynina Norshela. Semoga tidak salah menulis namanya. Ini wanita luar biasa yang kutemui. Sangat luar biasa. Kehidupan pribadinya yang rumit tidak menjadikannya sebagai sosok wanita penyedih. Nina terlihat sangat tegar dan ceria. Walaupun Nina polos, dia adalah pejuang yang pantang menyerah juga. Darinya aku belajar untuk tidak pernah menunjukkan kesedihan pada orang lain, darinya aku belajar bahwa hidup harus terus berjalan, darinya aku harus belajar untuk menjadi pribadi yang rendah hati. Ada lagi. Rafika Mardilasari. Ini dia! Sejak awal kami berjuang bersama. Mulai dari rebutan pembimbing (hehe) sampai akhirnya kami selesai bersama. Fikong ini penuh kasih sayang. Pancaran matanya sangat tulus. Darinya aku belajar bahwa segala hal ada konsekuensinya. Aku juga belajar untuk tidak pernah mempedulikan orang yang tidak mendukung kita, dari seorang Fikong. Fikong wanita yang luar biasa. Cinta kasih selalu menyelimutinya. Ada juga Nastiti. Nanas orang yang asik. Melihatnya tidak berhenti aku mengangkat satu kata: kagum. Ketenangannya luar biasa. Dialah wanita tenang yang selalu kukagumi. Ratih. Hei. Wanita ini si pemilik otak emas. Kepintaran akademisnya oke. Aku bersemangat setiap kali mendengarnya bercerita. Ada aura lain yang terpancar dari wajahnya. Paskarinda. Si cantik bersuara unik. Paska pantang menyerah. Walau sulit sekali mendapatkan objek untuk penelitian, paska tidak pernah mundur. Dia selalu maju. Darinya juga aku belajar kerendah hatian. Yang terakhir, ada Fenny. Fenny ini time manager yang mantap sekali. Ditengah kesibukannya berorganisasi (apa ya nama organisasinya? Tapi yang jelas… organisasi yang menghantar anggota nya keluar negeri gitu. Hahha) dia bisa menyelesaikan studi dengan cepat. Semula melihat Fenny, aku pikir, dia orang kaya yang senang membanggakan kekayaan orang tuanya. Tapi ternyata TIDAK. Fennya adalah potret wanita dewasa yang mandiri. Senang rasanya bertemu dengan kawan bukan kawan, tapi sahabat seperjuangan seperti mereka.
                Dalam tulisan ini, aku juga mau mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman di Embun. Kita adalah embun yang menyegarkan di pagi hari. Yang tidak jua pernah hilang di makan zaman. Kita adalah embun, bening, bersih, dan suci. Semoga hati kita seperti embun. Buat Doni, terima kasih bunga dari TM 2010-nya. Buat Uti, Mayang, Pucu, Bimo, Bari, Reza, Adit, Alwin, Nino, Surya, Acha, Tambunan, Boy Rahman, Nadia, Risti, Dea, Pipit, dan yang terakhir, terima kasih untuk Vinda yang kemaren sudah menyelimuti dan memelukku dengan hangat. Akhirnya bisa tidur dengan nyenyak sampai subuh :D
                Ada juga sahabat lain yang berhak menerima ucapan terima kasihku. Dukungan kalian selama ini luar biasa. Sangat luar biasa. Sahabat-sahabat GAMUS. Heni, Eka, Nita, Dita, April, Tomi, adik-adikku: Nikki, Tri, Devita, Fira, Titin, dan semua pihak yang tidak pernah bisa kusebutkan satu per satu. Bahkan ucapan terima kasih saja tidak akan pernah cukup untuk membalas dukungan kalian semuanya.
                Yang paling berkesan belakangan ini adalah… bergabung dengan sahabat di UKBM. Ini berkat abang. Terima kasih abang karena sudah mengenalkanku pada dunia lain yang indah. Mereka sangat baik. Semua “Welcome”. Ada Fifi, Je, Vepe (istri pertama abang. Hehe), Manda, Dina, Mega, Ocha, Riska, Jimmi, adikku tersayang: Eka, dan semuanya. Mereka keluarga baru bagiku. Rasanya berat juga harus berpisah dengan mereka. fiuh.
                Buat akang-akang yang selama ini juga memberi dukungan, ada Kang Ardhi, Mas Daus, Kang Adi, Kang Almi, Kang Ramdan, kang Akbar, dan Kang yang tidak mau disebutkan namanya. Hahaha. Bu Norita juga. Terima kasih ibu. Sudah menjadi ibuku yang membimbingku menyelesaikan tugas akhir dengan indah. Terima kasih juga sudah memberikan dukungan yang paling baik. Aku selalu ingat, ibu pun berjuang agar aku bisa lulus 3 tahun. Terima kasih ibu. Ada aku dan ibu, menjadi kita.
                Yang terakhir, teman-teman kelas J. ada Yeula, Yovita, Auva, Anisah, Febri, Alen, Ekki, Agung, syifa, Inki, Nisa, Dita, Nurul, Putri, Ayulia, Aris, Ulil, Icapalu, Rully, Deta, semuanya.

Kalau boleh memilih untuk menetap di sini atau pergi, barangkali aku akan memilih untuk menetap di sini, tapi sahabat, impianku lebih besar. Hingga akhirnya impianku sendiri yang mengharuskanku untuk pergi lalu berlari secepatnya.

Tidak ada komentar: