Kamis, 20 Januari 2011

When I asked you to prove it, you just prove it!




waktu itu kamu bilang kalau kamu sayang aku. tapi kamu tidak hanya mengatakannya. Ketika aku meminta sebuah pembuktian. Kamu pun membuktikannya tanpa menuntut pembuktian apapun dariku. It’s unfair memang. Tapi kamu diam. You just show and show me that you really love me till I can feel it deeply, dear.

Kamu bilang… kamu akan menyerahkan apapun padaku, apapun yang bisa kamu serahkan

Dulu, kamu tidak pernah membiarkan aku naik angkutan kota. Kamu bilang, kamu khawatir. Jadi ketika aku ingin pergi kemanapun, kamu pasti ada untuk mengantarku. Kamu tidak perduli sejauh apa aku pergi. Selama apa aku berjalan, kamu tetap disamping. Mendampingi kepergianku. Kamu selalu ingin memastikan kalau aku baik-baik saja. ya… itulah kamu. Ketika kamu mengatakan bahwa kamu ingin aku selalu aman dan baik-baik saja, itu tidak hanya kamu ucapkan tapi kamu buktikan dengan keberadaanmu di sampingku.

Ketika kakiku keseleo dan tidak bisa bawa motor, atau ketika mood yang tidak memadai untuk membawa sendiri motor merah itu, kamu datang. siap antar-jemput. Mengorbankan rapat panitia acara di kampus kamu, atau mengorbankan waktu istirahat kamu di rumah. Ketika kamu mengatakan bahwa kamu akan memberikan waktumu untuk melindungiku, untuk menjagaku. Lagi-lagi kamu tidak mengatakannya saja. tetapi membuktikannya dengan selalu siaga di sisiku.

Kamu mengatakan bahwa bahkan uang pun akan kamu berikan padaku. Itu bukan hanya sekadar ucapan. Tapi kamu buktikan. Ketika aku menginginkan ice cream atau coklat, kamu datang mengantar semua itu padaku. Ketika aku mengatakan ingin beli makan ini dan itu, kamu langsung datang dan menjemput. Membawaku ke tempat makanan yang ingin kumakan. Dan satu kalimat darimu yang tidak pernah kulupakan, kalimat yang tidak pernah kamu sampaikan padaku, “Ngapain main sama temen, teh. Kalo aku punya uang, mending uangnya buat jalan sama ni.” Kalimat yang kamu katakan pada teteh. Teringat waktu aku ingin sekali ikut seminar dan biayanya cukup mahal, kamu yang membayarkannya.

Ingat suatu hal yang baru saja terjadi beberapa hari lalu. Sepulangnya dari kampus, kamu datang menjemput. Ketika itu aku ngotot tidak akan makan malam di rumah. Bukan hanya sekedar ucapan “pokoknya kamu harus makan!” atau sejenisnya. Tapi kamu langsung putar arah. Kamu mengajakku makan di luar untuk memastikan aku sudah makan malam. Ketika kamu bilang ingin aku selalu sehat, tidak pernah terlewat makan, kamu tidak mengatakan apa-apa hanya membuktikan dengan menemani dan memastikan aku makan.

Bukan masalah besar/ kecil atau sesuatu yang kamu beri. Tetapi kerelaan kamu untuk memberikan segalanya padaku. Ketika aku bertanya, “Bagaimana nanti kalau ternyata kita bukan jodoh?” kamu hanya menjawab, “Yang penting aku udah usaha. Dan semua diserahkan lagi sama Allah. Dengan begitu, aku juga bisa belajar keikhalasan.” Jadi ketika kamu merasakan sesuatu, kamu tidak pernah mengatakannya. Tapi kamu langsung membuktikannya. Itulah sebabnya you never said I LOVE YOU to me J

Terimakasih telah sukarela memberikan apapun yang sebenarnya tidak pernah kuminta.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

huuuu