Selasa, 08 Februari 2011

bergempor ria CURUG MALELA

jembatan gantung yang harus dilewati mobil untuk menuju Curug Malela. sewaktu mobil melintas, jembatan bergoyang ria. menyeramkan. :)

suasana yang sejuk bikin ngantuk. jadi pengen tidur

karena becek, sepatu yang putih jadi ternoda

just took picture

lagi meneliti hewan-hewan kecil yang hidup di air.

kaki iri nih pengen juga ngerasain kesejukan air terjun yang jernih dan dingin

setelah lelah menuruni gunung demi memeluk curug lebih dekat, aku haus... "Minum dulu ah!"

rasanya kurang nikmat kalau melihat air jatuh begitu saja tanpa merasakan kesejukannya

meski airnya terlihat berwarna cokelat, tetapi sebetulnya air sangat jernih. air berwarna cokelat mengingat hujan yang mengguyur kawasan curug beberapa hari ke belakang.

Curug Malela dari atas. terlihat begitu kecil tapi mempesona.

CURUG MALELA is one of the greatest places in Bandung Regency. It’s so fantastic and beautiful. Curug Malela yang bertempat di Kabupaten Bandung. Meskipun harus berjalan beberapa kilo dengan medan batu dan tanah yang becek akibat hujan, aku tidak pernah menyesal pergi kesana. Untuk mencapai tempat indah itu pun harus melewati enam buah pasar yang macet seperti pasar pada umumnya.

Sejak awal, aku tidak percaya bahwa Curug Malela adalah tempat yang jauh dari Kota Bandung. Tetapi ketika hari Sabtu tanggal 5 Februari 2011 lalu aku pergi kesana ‘baru aku tahu… jauh itu apa… setelah kautunjukkan padaku’ (lagu indah dewi pratiwi) *bener itu bukan penyanyinya ya? Whatever! Yang jelas. aku tidak menyangka bahwa untuk pergi kesana, harus melewati Batu Jajar dan Cililin.

Banyak hal unik yang terjadi sepanjang perjalanan. Sewaktu kami (karena aku tidak pergi sendiri) berada di kawasan Citapen, motor dengan keranjang penuh bebek hidup memimpin. Motor itu tepat di depan mobil kami. tiba-tiba aku merasa sangat malu. Karena kepala salah seekor bebek menghadap ke mobil kami. seolah ia tengah memperhatikan aku dan alfath yang asyik mengendarai mobil. Jadi takut nanti tuh bebek nyebarin gossip yang nggak-nggak lagi. hihihi

Ada satu tempat yang membuatku terpana; sebuah kantor kecil di Jl. Raya Panggung daerah Cililin bertuliskan TEMPAT PELAYANAN INTERNET. It proves that… INTERNET MASUK DESA. Luar biasa bukan?

Kejadian unik laiinya adalah tiba-tiba seekor ayam melintasi mobil kami. sang ayam berlenggak-lenggok layaknya pragawati di atas catwalk. Ketika mobil kami sudah sangat dekat dengan ayam, bukannya sang ayam langsung ngiprit, tapi tu ayam malah berhenti seperti berpose bak model fotografi. Geramlah kami. karena ayam sudah memakan waktu yang agak lama. alfath membunyikan klakson. Then… ayam lari terbirit-birit.

Ada juga kejadian yang cukup memicu adrenalin. Mobil Kami harus melewati jembatan gantung yang terbuat dari kayu. Baja hanya ada di pinggiran jembatan. Alhasil, jantungku jedag jedug lebih cepat. Aku terdiam memohon perlindungan dan keselamatan pada Illahi. Tapi tiba-tiba alfath malah menghempaskan tawa “Gokil!” ucapnya. Sontak aku langsung ngomel, “Ih ketawa lagi kamu. Bukannya doa!”

Sesampainya pintu masuk menuju Curug (bukan pintu masuk seperti pintu masuk kawah putih, bonbin, apalagi mall loh) mobil diparkir. Mengingat beberapa hari yang lalu di sana musim hujan, jadi jalan tanah yang harus dilewati menuju curug sangat licin. Sangat berbahaya bagi mobil. Akhirnya, kami menyewa motor Rp50.000 untuk menuju tempat pemberhentian kendaraan berikutnya.

Mengendarai motor pun memang tidak menghilangkan kelelahan karena medannya yang sangat terjal; jalan yang naik-turun, banyaknya batu-batu, dan tanah yang licin terkena air hujan. Belum lagi ada beberapa jurang di kanan-kiri. Kalau boleh membayangkan proses pembuatan milk shake, begitulah aku merasakan badanku seolah shake.

Sampailah di pemberhentian berikutnya. Kali ini, motor juga harus parkir. And guess what? Kami harus berjalan kali kurang lebih 3 km menuju Curug. Memang dekat. Tapi karena naik-turun gunung, melewati sawah, aku kelelahan sekali. Tapi karena rasa penasaranku terhadap keindahan curug yang sudah terlihat dari gunung, kutancapkan kaki menuju tempat yang lebih dekat dengan curug. Aku ingin sekali merasakan air terjun itu langsung me’nyes’ pada kakiku. Sehingga semangatku mencuat. Memberikan tenaga pada kaki untuk terus menuruni gunung.

Tetapi setelah pulang dari curug, aku kelelahan. Saking lelahnya… kepalaku berputar tujuh keliling. Pandanganku berubah warna menjadi hijau muda yang semakin tua. akibatnya, aku harus beristirahat selama beberapa kali setelah melihat curug yang indah itu.

Meski lelah setengah mati, tapi aku sangat senang pergi ke Curug Malela. Rasa penasaran sudah tidak lagi menggerayangi malam-malamku. Belum lagi keindahan alam yang membayar bahkan ada kembaliannya semua lelah yang kurasa. Saking indahnya… aku berkata, “unbelievable! Apa jangan-jangan ini tempelan ya, fath?”

Curug Malela adalah sebuah bukti kebesaran Allah swt. Keindahan alam yang patut kita syukuri bersama. J



3 komentar:

Unknown mengatakan...

eni.. ko ga cerita ma aa klo maen ketempat ginian, kapan2 kita bikin acara keluarga ketempat yg gini ya.. :)

Vina T. Sudarto mengatakan...

Setuju sama aa,
perlu juga ke tempat ginian..
melatih berjalan kaki

week end aja ya aa
setelah ekonomii na stabil.hehe

Vani Triani Sudarto mengatakan...

beuh, aa... na.. mending jangan. kasian mampap. ini mah kejauhan. bener2 jauh. nanti aja ni cari curug lain :))