Rabu, 26 Oktober 2011

Entahlah kenapa saya ingin menuliskan ini… bukan untuk membagi informasi tentang diri saya, tapi ini bisa saja menjadikan insiprasi bagi siapa saja yang membacanya. Bukan inspirasi yang "aneh", tapi insipirasi yang ketika pembaca mulai membacanya, mungkin akan ada satu atau dua kata yang bisa menambah kamus kata dalam otaknya.

Tidak seperti bulan lainnya, kemaren aku sangat tidak bisa mengontrol emosi akibat hormon yang sedang fluktuatif. Ketidak nyamanan dalam diri dilampiaskan pada seorang pemuda disana yang sama sekali tidak bersalah. Kata-kata doa tidak baik kulontarkan melalui sms. Rencana 3 tahun ke depan seolah kuhancurkan dengan kata tersebut. Dengan wajah sedih, menyesal, dan sangat terpukul aku pergi ke kampus menyelesaikan ujian.

Aku teringat tindakan kekanak-kanakan yang kulakukan beberapa jam yang lalu. Tiba-tiba aku mengirimkannya sms untuk membatalkan semua rencana di tiga tahun. Bukannya balik marah atau meninggalkanku, dia malah mengirimkanku sms, “Istighfar sih… L

Aku menyesal setelahnya. Bukannya kalau salah minta maaf? Tapi aku terlalu gengsi untuk meminta maaf dan mengatakan bahwa aku menarik kata-kataku tadi siang. Aku terlalu gengsi. Setan membisiki seolah aku tidak perlu sms dan meminta maaf. Tapi Alhamdulillah… aku masih punya naluri manusia baik. Kuputuskan untuk mengirimkannya sms, tahu apa balasannya? Dia bilang… lupakan. Dia bahkan menganggap aku tidak pernah mengatakan apa-apa.

Pulang kuliah, aku menghampiri mama dengan manja. Tiba-tiba obrolan mama mengarah ke pembahasan tentang pernikahan. Mungkin karena aku sudah 20. Oh tidak. Aku baru 20.

“Jadi punya suami yang basic agamanya kuat itu harus banget ya, mam? Wajib malah.” Komentarku.

“Iya. Ni juga harus punya penilaian sendiri. Sama siapa nanti nikah. Tapi buat sekarang nggak perlu fokus milih dulu, Ni. Mama masih pengen Ni kuliah, kerja, punya pendapatan sendiri, bukan buat Ni kok. Nantinya itu bakal berguna buat anak Ni.” Nasehat mama

Aku terdiam. “Jangan dulu memilih?” tanyaku dalam hati.

Kutuliskan sebuah lolongan hati bagi dirinya yang terkasih

Bagi dirinya yang masih sangat misterius

Bagi dirinya yang disiapkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala untukku

Bagi dirinya yang kelak akan datang meminangku

Siapapun dirimu kelak. Apapun pekerjaanmu. Seperti apapun rupa fisikmu. Aku tidak peduli. Karena pastinya kau ciptaan Sang Khalik untukku

Sudah kusiapkan beberapa pertanyaan, persyaratan, dan perjanjian yang akan kusodorkan nantinya

Bukan untuk menyiksamu ketika kita halal berada di satu atap. Tapi untuk memudahkan kita dalam pembangunan rumah bersama

Aku harap kau datang dengan sebaik-baiknya keimanan dan ketaqwaan yang kau miliki. Aku harap kau datang dengan seanggun-anggunnya kualitasmu. Bukan untukku tapi kelak untuk keluarga kita bersama. Agar Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak pernah meninggalkan kita, agar Dia tetap mendengar dan dekat dengan kita.

Aku ingin menikah denganmu, denganmu yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaanku kepada-Nya

Denganmu yang meningkatkan kecintaanku kepada-Nya

1 komentar:

Vani Triani Sudarto mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.