Kamis, 26 April 2012

aku dan kepalaku (2)

mengubah sudut pandang seseorang terhadap sesuatu itu sangat sulit. sangat sangat sulit. seperti memintanya mengubah keyakinannya terhadap suatu hal. 
begitu pun denganku. aku selalu berpikir... bahwa segala hal harus dikembalikan kepada diriku. bukan artinya aku menyaingi kekuasaan Allah. maksudku adalah... segala hal yang terjadi harus kukembalikan kepada diriku untuk bahan introspeksi diri. 
ketika aku menjadikan segalanya sebagai bahan introspeksi diri, maka aku akan menerima dengan baik kritikan dari lingkungan sekitar. baik kritik yang pedas, maupun yang manis. sebentar aku bahas tentang yang pedas dan manis. pedas disini maksudnya adalah kritik yang langsung ditujukan oleh orang yang mengkritik langsung di telingaku. langsung di hadapanku. berbeda dengan kritikan manis. itu melalui media sosial atau apapun yang bisa kubaca. tidak ditujukan untukku secara langsung. tapi dapat menjadi bahan untuk introspeksi diri. 

SWOT. 
itu tidak berlaku hanya pada perusahaan. tapi pada diri kita sendiri. ada dua hal yang tidak bisa dikendalikan manusia. Opportunity dan Threat. sama halnya seperti kritikan dari lingkungan sekitar. aku tidak pernah bisa mengendalikan apa yang lingkungan pikirkan tentangku. apa pendapat yang akan lingkungan keluarkan. aku tidak pernah bisa mengubah sudut pandang mereka. aku sama sekali tidak pernah bisa mengubah pendapat mereka. mungkin bisa. tapi dalam beberapa kasus, aku tidak bisa. aku tidak bisa mengubah sudut pandang seseorang tentang sebuah amanah, tentang sebuah organisasi. organisasi di sini bukan dimaksud hanya organisasi di sekolah atau dunia perkuliahan. karena kita tinggal di tengah-tengah organisasi. keluarga adalah organisasi. bahkan menurutku, diriku sendiri adalah sebuah organisasi (dibahas di tulisan berikutnya)

aku hanya ingin menekankan sesuatu dalam tulisanku sebagai jalanku untuk mengintrospeksi diriku sendiri. aku tidak pernah bisa mengubah bagaimana pendapat lingkungan. yang bisa kulakukan hanya mengubah sudut pandang dan caraku dalam menerima pendapat yang bertebaran. 
logam mulia yang harganya mahal, bisa berubah menjadi tanah tidak berharga jika aku melihatnya dari sudut pandang yang negatif. 
dan kotoran sekalipun, bisa dilihat menjadi sangat berharga. jika aku melihatnya dari sudut pandang yang positif. begitulah analogi sebuah penerimaan.

Tidak ada komentar: