Kamis, 03 Juni 2010

khayal yang nyata

Dengan wajah menunduk *untuk menjaga pandang* aku berjalan menelusuri parkiran kampus.

Berharap sang dosen datang terlambat. Aku berjalan dengan cukup cepat mengingat aku sudah telat 10 menit. Dalam tundukku. Sebuah tangan terpetik tepat di depan badanku yang terus melaju. Sangat mengagetkan. Tangan itu datang dari arah yang berlawanan. Memecahkan kegelisahan akan keterlambatanku.

Kutolehkan wajah. Mencari sumber sang pemilik tangan itu. Jantungku berdegup begitu cepat. Pria berwajah hitam manis itu menyapaku. Dengan senyum yang subhanallah tak bisa tergambarkan dengan kata-kata. Ketulusan, keikhlasan, dan ketekunan terpampang di wajahnya. Aku terhempas. Sangat terpesona. Subhanallah dan astagfirullah kuucapkan bersamaan dari mulut dan hati. Subhanallah… kuucapkan karena terpesona melihat indahnya ciptaan Allah swt. Dan kuucapkan “astaghfirullah…” karena tidak seharusnya kupandang ia begitu lama. aku tidak bisa mengatakan aku jatuh cinta. Karena yang ada hanyalah membangun cinta. Tapi aku juga tidak bisa berkata aku tengah membangun cinta padanya karena Allah. Bagiku, seorang pria yang akan mendapatkan cintaku hanyalah suamiku. Siapapun dia. Jika Allah menakdirkannya. Maka InsyaAllah aku akan mencintainya.

Segera kutundukkan pandang. Berharap ia tak membaca kegugupanku. Sedikitnya kami berbincang dari jarak kurang lebih 3 meter itu tanpa berteriak. Kututup sedikit wajahku karena cahaya matahari menyilaukan mata.

Percakapan singkat itu berakhir setelah dia berkata, “Yauda… kuliah dulu sana!” terdengar seperti mengusir kalau sepintas memang. Tapi tidak. Ia mengucapkan kalimat itu dengan sangat sopan. Seperti kata mama, orang Jawa itu sopan-sopan. Dan ia memperlihatkan kesopanan itu karena ia dari Jawa. wajarlah kalau mama ingin anaknya menikah dengan orang Jawa. *tapi diserahkan lagi ke Allah swt

Pagi itu juga. Kumasuk kelas dengan senyum mengembang. Rasanya sangat bahagia. Bunga tumbuh bermekaran dalam hati. Subhanallah… perasaan apa ini? aku sendiri tidak tahu. Ya Allah… aku hanya berharap Engkau akan melindungi dan meridhoi perasaan ini jika memang seperti takdir yang telah Kau buat untukku.

Dia… siapa dia itu? aku sendiri masih belum kenal. Yang jelas, dia hidup dalam dunia khayalku. Menguatkan kesemangatan dalam hati setiap harinya. Dia itu… masih sangat misteri namun seolah nyata.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Hei,,,,, miracle
sy bner2 ngrasa ge er mbaca tulisan ini

Johan mengatakan...

terlalu nyata ceritanya,
mudah2an tdk ada korban akibat artikel ini.
kalopun ada, mdh2an bs jd pelajaran.
amin.......

Vani Triani Sudarto mengatakan...

korban? aku tidak pernah berharap ada korban dari setiap tulisan yang aku buat.