Sabtu, 07 Februari 2015

HUT

            
            Hari ulang tahunnya. Dia mengajakmu pergi karena rasa bersalah merundungnya. Dia selalu saja membatalkan janjinya denganmu beberapa waktu lalu. Ketidak sukaannya, ketidak peduliannya, ketidak kamu-annya, membuatmu selalu kecewa. Meski memaafkan adalah satu kata yang selalu kamu pilih.
            Nida, ini bulan keempat. Perasaanmu padanya tidak pernah hilang. Justru semakin kuat. Entah apa yang menguatkannya. Hanya saja, mencintainya membuatmu dekat dengan-Nya. Mencintai-Nya membuatmu tahu cara memperhatikan sesama. Semua karena mencintanya. Pernah suatu malam kamu terbangun. Gelisah sekali. Pikiranmu terhenti pada namanya. Ada apa dengannya?
            Text. 00.00 WIB
            Kamu    : kamu sehatkan?
            Text. 06.00 WIB
            Affan    : harus ya bbm tengah malem gt
            Kamu    : gpp kepikiran km aj
            Affan    : sdang kurang sehat nih. Flu.
            Benar saja. Ini kah jawaban atas kegelisahanmu semalaman? Kamu tahu dia sakit? Perasaanmu mengatakan kalau dia sakit? Inikah firasatmu? Kuat sekali peasaanmu padanya, Nida.
           
            Sore ini kalian pergi berdua. Menuju rumah makan steak yang katanya terenak di seluruh kota. Dia mengenakan batik sedang kamu berpakaian casual. Kamu selalu merasa tidak nyaman kalau harus bepergian dengan pakaian kantor yang formal.
            Text
            Hudaya : hari ini affan ultah
            Kamu    : bener?           
            Hudaya : ya. Br baca path. Temennya komen di path dia
            Kamu begitu penasaran. Takut salah informasi maka kamu langsung bertanya padanya. Benar saja. Hari ini dia berulang tahun ke-27. Sembari menunggunya menyelesaikan sholat maghrib, otakmu berputar. Apa yang akan kamu berikan?
            “Udah?” Tanyamu.
            “Ya.”
            “Mas. Buru-buru nggak?”
            “Nggak sih. Cuma kayanya mau cuci baju. Kenapa?”
            “Anter ke mall dulu yu. Hari senin adikku ultah. Aku mau beliin dia baju deh kayanya. Enaknya kemeja atau kaos ya?”
            “Ya aku nggak tahu. Adik kamu sukanya apa?”
            “Dia tuh kaya kamu. Tolong kamu yang pilihin ya. Soalnya aku nggak ngerti cowok seleranya gimana.”
            “Ya aku mana tahu.”
            “Udah coba aja dulu ya. Eh karena kamu lagi ulang tahun, kamu yang bayar ya.” Ucapku terkekeh-kekeh.
            Nida, matamu berbinar sekali. Kamu benar-benar menyukai kebersamaanmu dengannya.
            Kamu meninggalkan Affan yang sedang memilih baju untuk adikmu. “Pokoknya kamu pilih ya.” Ucapmu.
“Emang kamu mau kemana?”
“Mau cari makanan dulu.”          
“Loh aku gimana milihnya.”
“Bebas. Aku percaya sama pilihan kamu.”
Kamu berjalan lebih cepat. Membeli tiramisu cake kecil beserta lilin. Eh tunggu. Dia ulang tahun ke-27 bukan? Lalu kenapa kamu hanya membeli lilin angka 7? Mana angka 2 nya? “Diamlah. Aku tidak menemukan angka 2. Biarlah. Semoga dia maklum.”
            “Kamu kemana deh?” Tanyanya sediit kesal.
            “Nih beli donat. Ya nggak apa-apa sih sendirian juga. Sekali-kali kamu aku kerjain. Udah nemu bajunya?”
            “Makanya aku nggak suka bilang kalau aku ulang tahun. Di Indonesia itu, orang yang ulang tahun malah dikerjain.” Dia bercerita dengan kesal. “Ini.” Affan menunjuk satu baju yang terbuat dari bahan jeans.
            “Ah aku nggak suka. Mending baju merah marun yang tadi kamu pilih pertama aja.”
            Kamu meminta Affan mencobanya. Sayang dia tidak menunjukkannya padamu.
            ...
            Akhirnya tiba di depan gerbang kosmu. “Disini aja ya.” Izin Affan.
            “Nggak sih. Naik dulu. Aku lagi nggak mau jalan.” Ucapmu manja.
            Affan memarkirkan mobilnya. Kamu mulai sibuk membuka plastik makanan yang tadi kamu beli dengan terburu-buru. “Karena kamu hari ini ulang tahun, ayo kita rayain sama-sama ya. Tiup lilin dulu.”
            Aku perhatikan. Tidak ada ekspresi di wajah Affan. Begitu dingin seperti biasa.
            “Kok repot-repot?”
            “Nggak kok. Kan kamu bilang belum pernah rayain ulang tahun, nah ini ayo kita rayain. Aku cari-cari angka 2 nya nggak ada loh. Jadi angka 7 aja ya. It doesn’t mean you are younger than me ya.” Aku tahu. Kamu ingin jadi orang pertama yang merayakan ulang tahunnya. Tindakan yang BODOH, Nida!
            “Nih kamu yang nyalain lilinnya.” Kamu menjulurkan cake kecil beserta lilin angka 7.
            “Aku  yang ulang tahun, aku yang nyalain lilinnya, aku yang tiup?” Affan menghela napas. Kamu hanya tersenyum usil.
            Baru saja dia hendak meniup lilinnya. Kamu menghentikannya, “Tunggu! Tunggu! Aku nyanyi dulu. Happy birthday to you... happy birthday to you... happy birthday happy birthday... happy birthday mas Affan.” Ini kejadian konyol yang pertama kali kamu lakukan hanya untuk seorang lelaki yang tidak pernah memiliki perasaan apapun padamu, Nida. BODOH!
            “Nah ini kuenya. Ini donatnya. Dan itu baju sebagai kado ulang tahun ya.”
            “Aku sih uda curiga tadi. Jadi nggak kaget.”
            “Oh?” Kamu terkejut. “Jadi aku gagal bikin kejutannya dong.” Kamu menggeleng-gelengkan kepala. Kamu memang tidak pernah berhasil memberikan kejutan pada siapapun. Mungkin karena ini kali pertama kamu memberikan kejutan untuk seorang lelaki yang membuatmu jatuh hati.

            Nida, malangnya nasibmu. Tidak sampai hati aku melihatmu berjalan lebih cepat. Menemukan kue ulang tahun untuknya. Napasmu terengah-engah. Semalaman kamu mengusap kaki dengan krim penghangat. Lupakah kalau kamu tidak boleh terlalu banyak jalan? “Tidak! Hanya saja. Perasaan cinta ini menggiringku melakukan segala hal untuknya. Untuk membuat garis senyum di bibirnya. Segaris saja.”

Tidak ada komentar: