Kamis, 05 Februari 2015

PERKENALAN

Baru saja kemaren kamu diajak untuk berkeliling kantor. Berkenalan dengan semua penghuninya. Banyak sekali karyawan disana. Kamu tidak punya kemampuan untuk menghafal mereka semua dalam waktu satu hari.
            “Eh tadi ada yang nanyain kalian siapa?” Ucap Alta. Alta adalah senior yang sedang belajar di kantor yang sama denganmu.
            “Siapa?”
            “Itu auditor di atas.”
            “Ya lagi kemaren mereka nggak ada.” Jawabmu.
            “Iya. Nanti kita keatas aja ya.”
            Setelah doa pagi, kamu dan partner naik ke lantai empat. Bukan lantai tertinggi memang. Masih ada loteng. Tapi menuju lantai empat perlu perjuangan yang melelahkan. Mungkin kamu masih terlalu letih.
            Dimulailah perkenalan yang tidak pernah kamu duga. Perkenalan yang pada akhirnya akan mendatangkan cinta kasih di hatimu. Perkenalan dingin yang menghangatkan harimu. Perkenalan yang aku sendiri tidak lagi dapat menggambarkannya dengan kata-kata. Hanya kamu yang merasakannya.
            Dimulai dari ruangan terluar. Ada tiga lelaki yang tengah asik duduk di depan laptop masing-masing. Entah apa yang mereka kerjakan. Mereka mengenakan batik. Jelas saja. Hari Jumat. Semua orang mengenakan batik di kantormu. Seorang lelaki duduk di sudut ruangan. Kulitnya berwarna kecokelatan. Usianya berkisar 40 tahunan. “Silahkan duduk. Santai aja.” Sambutannya begitu hangat. “Yanto.” Ucapnya memperkenalkan diri.
            Lelaki lain yang duduk menghadap televisi menjulurkan tangannya, “Hudaya.” Kalau aku boleh menebak-nebak usianya sekitar 30 tahunan. Kulitnya putih bersih. Wajahnya sedikit kecokelatan mungkin terlalu sering terpapar sinar matahari.
            Satu lagi. Lelaki berkulit putih. Dari pengamatanku, dialah yang termuda. Mengenakan batik paling kasual. Terlihat elegan. Astaghfirullah... aku harus menundukkan pandang. Hei! Look at you. Kamu sama sekali tidak silau akan penampilannya, Nida. Oh ya. Aku lupa. Kamu masih saja membentuk benteng pertahanan di hati. Hati-hati dengan lelaki yang berkarisma seperti dia, Nida. Jangan-jangan nanti malah kamu yang kelepek-kelepek. “Affan.” Dia pun menjulurkan tangannya kepadamu. Siapa kira jabatan pertama yang akan mengubah masa depanmu. Affan dan Alta terlihat akrab. Mereka mengobrol sejenak. Bersenda gurau.

            Cukup sudah perkenalan hari ini. Waktunya kamu kembali ke lantai satu. Memulai harimu. Belajar dengan sekuat tenaga dan pikiran yang kamu miliki. Menata kembali masa depanmu. Biarkan sementara sakit yang kamu alami. Suatu saat semua akan pulih. 

Tidak ada komentar: