Sabtu, 07 Februari 2015

THE LETTER

Dan belakangan, aku menemukan tulisan yang kamu persembahkan untuknya :
           
Mas Affan,
Aku tidak tahu apa yg membuatku mencintaimu
Pertemuan kita biasa saja. Tidak ada yang istimewa
Kamu pun tidak terlalu tampan, justru dingin dan acuh tak acuh
Tapi, mencintaimu membuatku sadar bahwa aku harus memintamu pada-Nya. Membuatku sadar kalau Dia akan memberikanmu untukku.
Percayalah. Dalam doaku, aku selalu meminta kamu untukku.
            Mas Affan,
Aku mencintainya
Dengan menyebut Asma Allah, aku mengatakan AKU MENCINTAIMU
Perasaan ini tidak hilang sejak enam bulan yg lalu
Maka kupastikan perasaan ini akan sama
Sampai kamu menikahi perempuan yg bukan aku
Sampai aku menikahi lelaki yang bukan kamu
Mas Affan,
Aku selalu mengidamkan kamu menjadi imam dalam setiap sholatku
            Aku selalu membayangkan menyiapkan sarapan sebelum kamu berangkat bekerja
Aku selalu membayangkan indahnya pahala menggapai syurga setiap mencium tanganmu.
Aku mencintaimu
Akan tetap mencintaimu
Kelak jika nanti kita bertemu dan kamu menggandeng seorang wanita sebagai istrimu, tolong jangan pernah ingat kalau pernah ada aku yg begitu mencintaimu


Kamu melepas benteng pertahanan. Menangis dalam duka. Cinta yang kamu harapkan tidak pernah terbalas. Kamu sudah runtuh, Nida. Seiring runtuhnya hatimu. Nida, cintailah dia dengan bijak. Cintailah dia dari kejauhan. Cintailah dia dengan indah. Cintailah dia dalam doa sepertiga malammu. Siapa tahu dialah jodoh yang Allah berikan untukmu. Siapa tahu dialah yang akan benar-benar menjadi imammu. Aku tahu persis. Harapan itu masih bersandar di benakmu. Sampai saat ini. 31 Januari 2015.