Selasa, 27 Januari 2015

Epilog

Janji yang terucap tidak pernah bisa terpenuhi. Dia meninggalkanmu. Meninggalkanmu dengan alasan yang sampai saat ini tidak kamu ketahui. Hanya satu kalimat yang selalu kamu ingat, “AKU MENINGGALKANMU KARENA KITA TIDAK BISA BERSAMA.” Jika memang kalian tidak bisa bersama, kenapa dia membuatmu hanyut dalam khayalan sebuah pernikahan dengannya. Kenapa dia membangun angan dalam doamu tentang arti sebuah keluarga bahagia. Kenapa dia menumbuhkan cinta yang sejak awal tidak pernah ada? Siapa yang salah? Kamu? Aku? Orang tuamu? Atau dia sendiri yang salah? Tidak ada yang salah. Bukan kamu yang memilih jatuh hati padanya. Bukan aku juga yang hanya menjadi pendengar setiamu. Bukan juga orang tuamu yang semula memiliki firasat baik tentangnya. Pun ini bukan salahnya karena kamu masih saja menyalahkan dirimu sendiri. Bagimu, dia tidak salah. Dia tidak pernah salah. Sehingga tidak patut dipersalahkan.
            Apa kabar hatimu saat ini?
            Cinta yang tidak pernah kamu rasa di awal perkenalan kalian, cinta yang tidak pernah tumbuh di dua bulan pertama hubunganmu dengannya, kini sudah tertanam menguat. Menyisakan lubang di hatimu ketika cintanya dia tanggalkan. Pernikahan, anak, keluarg bahagia, dan cinta sampai maut memisahkan kalian, hanya angan-angan. Janji yang tidak pernah dia tepati. Janji yang kamu sendiri tidak tahu harus menagih ke siapa. Sekarang sakitnya tidak tertebus oleh obat apapun. Hanya waktu yang akan menyembuhkan segalanya. Segala luka dan sakit yang kamu rasakan.  
            Sudah hampir dua tahun sejak awal kalian memutuskan merajut masa depan bersama di 01 April 2013. Lukanya masih kamu rasakan. Kamu percaya betul bahwa hati hanya dapat diobati hati lain. Tapi hati-hatilah dengan hati. Untuk mendapatkan hati yang baik, kamu pun harus memiliki hati yang baik.
            Bunga, pesanku hanya sedikit saja. Cinta itu indah Bunga. Cinta tidak akan menyakitimu. Bila dia mencintaimu, dia tidak akan menyakitimu. Dia akan terus mendampingi kemanapun kamu pergi. Dalam sakitnya kamu. Dalam sehatnya kamu. Dalam kayanya kamu. Dalam miskinnya kamu. Dalam keadaan apapun. Sekali lagi. Dalam keadaan apapun. Bila dia menyakitimu, dia tidak mencintaimu. Maka biarkan dia pergi. Tutuplah memori masa lalu yang menyakitimu. Biarlah sakitmu membuatmu menjadi lebih kuat lagi dan lagi. Belajarlah dari pengalamanmu. Restu orang tuamu memang penting tapi mengikuti kata hatimu untuk menentukan pilihan yang membahagiakanmu pun penting. Hiduplah dengan sisa hati yang kamu miliki. Rawatlah. Jangan sampai ianya berlubang lagi.
            Kini aku akan menutup lembaran ceritamu Bunga. Masih banyak kisah orang lain yang ingin kuceritakan. Semoga hidupmu menjadi lebih baik.  

            Oh ya. Berjanjilah satu hal padaku. Kamu akan bangkit. Hidupmu masih panjang. Ceritamu masih indah. Raihlah kebahagiaanmu, Bunga. Berjanjilah lalu tepati. 

Tidak ada komentar: