Selasa, 07 Februari 2012

Holiday : menjelajah MONAS





Keesokan hari setelah berpetualang di Pangandaran, aku kembali melaksanakan tugasku sebagai anak rumah tangga. Nyapu, pel, mencuci baju, menyikat kamar mandi, dan membereskan piring.
Setelah lelah aku membiarkan tubuhku beristirahat sebentar. Sambil mempertimbangkan rencana kepergianku ke Cibinong untuk bertemu Fajar –sepupuku. “Pergi nggak ya? Badan berasa capek bener. Tapi nggak enak juga udah janji.”
Finally, aku pergi ke Cibinong. Berangkat dari Bandung menuju Gambir dengan kereta Argo-Parahyangan pukul 06.30 WIB. Kondisi lingkungan makro tidak mendukung. Kali itu tengah terjadi blokade jalan tol Cikampek oleh ratusan buruh. Akibatnya banyak penumpang travel dan bis berpindah ke kereta. Perpindahan tersebut membuat tiket eksekutif yang biasa kubeli habis. Tetapi aku masih mendapat tiket bisnis. “Biarlah panas sedikit. Yang penting sampe.” Ujarku dalam hati.
Di dalam kereta...
Tiga orang lelaki datang. Salah satunya duduk tepat di sampingku. Aku mulai merasa tidak nyaman. Karena dua orang temannya terus bergurau untuk menggoda temannya yang duduk di sampingku. “Ya Allah... semoga tiba-tiba ini kereta cepet sampe.” Doaku dalam hati. Aku terus memandang keluar jendela. Membiarkan sang lelaki di sebelahku tertidur. Sesekali kepalanya menempel di bahuku. Lalu kutarik cepat tubuhku menjauh darinya. Ia terbangun lalu meminta maaf.
Tiga jam berlalu. Akhirnya sampai di Gambir.
Nanda Iqbal Ibrahim. Dia sudah menungguku di Gambir. Dia bilang ingin menemaniku sampai Fajar menjemput. Rencananya Fajar memang akan menjemput di Gambir dan membawaku ke Cibinong dengan KRL.
Dengan sengaja memperlambat gerakan mengambil tas, aku membiarkan ketiga lelaki tadi berlalu. “Duluan ya, teh...” Pamit mereka. Di tangga turun aku mulai mempercepat langkah. Menyadari mereka ada di belakangku. Aku tidak curiga kepada mereka. Tapi kalau waspada, apa salahnya kan?
Setelah melewati pintu keluar, aku melihat Iqbal datang menghampiri. Mengambil tas ransel yang memelukku di belakang. Ia selalu seperti itu. Dan aku menyukai tindakannya. Seakan dia tidak ingin aku membawa barang yang berat. “Terus mau kemana ini?” Tanyanya.
“Ya paling nunggu di sini aja.” Jawabku.
“Ke Monas yuk!”
Aku mengiyakan. Kami pergi ke Monas. Hari itu hari Sabtu. Matahari cukup terik. Kami mencari pepohonan dan duduk di bawahnya. Meluruskan kaki. Menarik napas dalam. Aku cukup kelelahan memang. Kami melihat monas menjulang tinggi di depan. Aku asik bercerita seputar perjalanan ke Pangandaran. Sedang ia mendengarkan dengan gaya yang selalu sama, seolah tidak menyimak. Dan sering aku geram akan kelakuannya.
Karena bosan duduk, kami memutuskan untuk masuk ke dalam monas. Menjelajahi setiap cerita sejarah yang ada di dalamnya. Mengagumi miniatur yang dibuat begitu detail. kami ingin mencapai puncak. Tapi niat itu dibatalkan melihat antrean lift yang begitu panjang. Aku khawatir Fajar tiba.
Pukul 12.00 WIB kami kembali ke stasiun sambil mencari es buah. Fajar sudah tiba. Kami duduk menunggunya di depan Holland Bakery. Dari kejauhan, kulihat tubuh kurus Fajar menggendong ransel. “Ayo Teh Ni!” Ajaknya. Iqbal berlalu setelah mengucapkan salam. Sedang aku dan Fajar melanjutkan perjalanan menuju Cibinong.

Tidak ada komentar: