Jumat, 03 Februari 2012

Holiday to Pangandaran : Beautiful Green Canyon.

Semalaman bangun tidur... tidur lagi. Bangun tidur... tidur lagi. Seperti itulah keadaanku. Bukan karena tidak bisa tidur. Tapi sedikit terganggu dengan televisi yang terus menyala. Aku melihat Ade dan Atik. “Mereka tidur apa masih nonton ya?” tanyaku setiap kali terbangun. Ternyata Ade dan Atik memang sengaja menyalakan televisi semalaman. Supaya orang lain mengira kami tidak tidur.
Pagi ini aku berhasil menempati kamar mandi lebih dulu. Setelah sholat subuh, aku langsung mandi. “Kalian mandi nggak?” tanyaku pada Atik, Ade, dan Hana.
“Nggak usahlah. Kan nanti di Green Canyon juga nyebur.” Jawab Atik.
Aku tidak terhasut. Dengan semangat aku langsung masuk kamar mandi. Dan mandi. Ade, Atik, dan Hana berniat tidak akan mandi. Karena di GC kami akan berenang. Aku selesai. Ade menyusul masuk kamar mandi. “Com! Mandi nggak?” Tanya Atik berteriak pada Ade yang terdengar seperti mandi.
“Nggak.” Jawabnya singkat.
Ade selesai. Atik mulai siap menguasai kamar mandi. Dan yang terakhir adalah... si pasrah Hana. Kenapa aku bilang Hana pasrah? Nanti jawabannya. Tapi begitulah adanya.
Setelah semua selesai mandi, kami mulai bersiap rapi. Menggunakan sunblock di tangan. Karena perjalanan jauh akan segera dimulai.
“Semuanya bilang nggak mandi tapi kayak mandi ya?” Tanyaku polos.
“Lah emang semuanya mandi, paaan...” Jawab Atik.
“Ya lagian kok Ade bilang nggak mandi?” Kami mulai tertawa. Menyadari bahwa mereka sudah berbohong.

Semua siap dengan setelan anak kaki gunung. Seperti backpacker sejati dengan ransel bertengger di punggung dengan kaki berbalut sandal jepit saja. Tenaga sudah dikencangkan hanya menghabiskan pop mie, kami pun pergi ke tempat rental motor. Rencananya kami akan menyewa motor seharian. Karena dari informan terpercaya yang kami dengar, untuk pergi ke GC dengan kendaraan umum akan membutuhkan waktu sangat panjang. Sedangkan kami harus keluar dari penginapan pukul 13.00 WIB.
Hanya dengan mengeluarkan uang Rp50.000 per motor kami sudah bisa menggunakannya setengah hari. Sebenarnya aku yakin itu tarif satu hari. Tapi kami akan menggunakannya setengah hari saja. Motor matic ditunggangi oleh aku dan Hana. Hana sebagai rider-nya. Dan motor yang satunya lagi dikendarai oleh Atik. Kami memulai perjalan 27 km menuju Green Canyon dengan basmalah. Sesekali bertanya pada orang di sekitar. Memastikan kami tidak salah jalan. Perjalanan ke GC dengan motor cukup jauh. Jalan yang pas untuk dua mobil saja membuat jantungku berdegup kencang tiap kali ada truk besar yang mengklakson di belakang kami. Sebelum sampai ke tujuan, aku dan Hana menuju pom bensin. Mengisi tangki dengan penuh. Khawatir kehabisan di jalan.

Sepuluh menit berlalu...
Menit berikutnya dan berikutnya...
Akhirnya kami tiba di Green Canyon. Aku sempat terhentak kaget melihat tarif untuk menyewa perahu mengelilingi sungai hijau tersebut. Rp75.000 satu perahu dan maksimal lima orang. It’s too expensive. Aku menaruh helm di atas motor. Tiba-tiba datang wanita berusia sekitar 30-an, beliau menghampiri kami meninggalkan suaminya di depan tempat tiket perahu.
“Neng, pada mau naik perahu ya?” Tanya wanita yang ternyata berasal dari Bandung juga.
“Iya, Bu.” Jawab kami.
“Gimana kalau bareng aja, Neng. Ibu berdua sama bapak disana. Katanya kalau berenam masih boleh. Dari pada kalau berempat bayarnya mahal, Neng.”
Kami pun setuju. Alhasil kami hanya mengeluarkan uang Rp12.500. Dengan wajah berseri kami menaiki perahu. Menyiapkan mental untuk takjub pada alam yang diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Benar saja. Pemandangannya sangat indah. Subhanallah. Hijau di sana-sini. Pohon menemani di kanan-kiri kami. Perahu berjalan dengan bantuan mesin. Hatiku tak berhenti berdzikir. Betapa indahnya buatan Allah.

Tibalah kami di sebuah tempat yang boleh dibilang... masternya di GC. Subhanallah subhanallah. Kali ini mungkin ratusan dzikir pun dapat diungkapkan sebagai bentuk kagumku pada indahnya alam. Tebing besar menjulang. Mengapit sungai hijau yang terus mengalir. Katanya kedalaman air hanya dua meter. Di tengahnya banyak pengunjung yang berenang menuju batu loncat. Sayang... kami tidak berenang. Karena biaya yang dikeluarkan untuk berenang terlalu mahal. Yaitu Rp125.000 untuk satu perahu. Setelah batu loncat, ada lagi kolam pemandian putri. Dan untuk mencapai kolam tersebut, biayanya semakin mahal. Haduh haduh. Kalau keluar biaya sebanyak itu, bukan backpacker namanya. Sedih hati tidak melihat keindahan lebih dalam. Tapi tak apalah... lain kali aku akan kembali ke GC dan berenang sepuasnya. insyaAllah.
Green Canyon sudah kami arungi. Hari semakin terik. Popmie yang kusantap tadi pagi ternyata hanya bertahan sebentar dalam perut. Selanjutnya... aku kelaparan. Mencari tempat makan asik di pinggir jalan. Dan hasilnya nihil. Perut semakin meraung. Timbullah perbincangan dengan Hana.
“Na. Cape nggak? Mau gantian nggak?” tanyaku.
“Ya Hana mah terserah Vani aja.” Aku yang mendengar jawaban seperti itu langsung sumringah.
“Jadi gini, Na. Vani lapar. Jadi lemes. Jadi bawa motor juga lemes. Hana aja ya. Hehehe.” Aku terkekeh.
Hana memang baik. Sangat baik. “Van, ambil aja kue cokelat di tas Hana. Lumayan buat ganjel.”
Tingtong!
Malu aku. Udah mah nggak mau gantian sama Hana, eh malah dikasih kue juga. (-__-“), “Makasih ya Hana.”
27 km yang kami lalui terasa semakin panjang karena Atik mencoba jalan baru. Untunglah kami sampai jam 11.00 WIB di pasar oleh-oleh dekat penginapan. Kami berburu oleh-oleh murah untuk mereka yang ada di benak kami. Aku membeli beberapa untuk orang terkasih. Keluargaku khususnya. Tepat jam 12.00 WIB kami kembali ke penginapan. Menunaikan kewajiban, dan bersiap membereskan semua barang kami.
Sebelum pulang, kami mampir ke penyewaan motor.
“Pak, sampe jam tiga ya, pak. Kami mau ke Cagar Alam dulu.” Izin kami pada pemilik motor.
Sang bapak hanya pasrah. Beliau mengangguk.

Dengan santai kami pergi ke Cagar Alam Pangandaran.
Setibanya disana, kami ditawari guide yang seharga Rp125.000 sekali jalan. Karena mahal, kami memutuskan untuk berjalan mandiri alias tanpa pemandu. Saat masuk gerbang, banyak monyet bergantungan. Ada pula yang berjatuhan ke bawah. Nampaknya rindu pada saudarinya, Atik. :D
Kami hilang arah. Tidak tahu harus kemana melangkah. Dimana-mana pohon. Sampai di depan sebuah gerbang Batu Kalde, seseorang berteriak. Menawarkan jasa untuk menjadi pemandu. Hanya dengan membayar Rp10.000 per orangnya. Kami pun mengiyakan dengan kilat setelah nego harga. Alhasil, kami diajak jalan mengelilingi cagar alam. Memasuki satu per satu gua yang ada.
Lagi dan lagi. Aku tak berhenti memuji dan bertasbih pada Allah. Sungguh besar kuasa-Nya. Banyak hal menakjubkan yang kutemui di tiap gua. Ada batu berbentuk pocong, kuntil anak, ibu yang menggendong anaknya, batu jagung, batu berbentuk anjing, gajah, dan masih banyak lagi yang aku lupa namanya. Tapi bentuknya masih sangat lekat dalam ingatanku.
Kami dikejar waktu. Kami harus mengembalikan motor pukul 14.00 WIB sedang jam sudah menunjukkan pukul 14.10 WIB. Kami menyudahi petualangan di Cagar Alam. Menarik gas motor dengan cepat menuju penyewaannya.

Motor dikembalikan. Kami berjalan kaki mencari becak untuk pergi ke terminal. Kami mengeluarkan Rp10.000 per becak untuk ke terminal Pangandaran.









Tidak ada komentar: