Rabu, 01 Februari 2012

Holiday to Pangandaran : dinner time

Setelah secara bergantian dengan tertib menggunakan kamar mandi, kami pergi mencari makan malam. Makanan anak backpacker juga harus disesuaikan. Tidak bisa makan di resto mahal. Kami berjalan menelusuri jalan yang kian menjauh dari bibir pantai. Mencari pedagang kaki lima.

Sebelum makan, kami mencari mini market untuk membeli beberapa cemilan yang akan menemani kami di malam hari. Teringat ketika menelusuri perjalanan mencari penginapan. Atik melihat ada indomaret. Kami pun berjalan. Berusaha mencari indomaret yang dimaksud Atik. Aha! Akhirnya ketemu juga. Layaknya para atlet maraton, kami memasang kuda-kuda siap memburu semua makanan ringan yang ada. Aku memanggil satu per satu makanan yang aku inginkan diiringi kerja keras otak yang terus berhitung. Jangan sampai melebihi anggaran.
Selesai memburu makanan ringan untuk malam hari, kami menuju salah satu rumah makan di pinggir jalan. Ketakutan sempat menerpa. Karena tempat makanan itu sangat sepi. Khawatir harga mahal, setelah Atik memesan menunya, ia langsung bertanya harga makanan yang ia pesan. Sang ibu bilang, harganya standar. Jantungku berdegup lebih normal. Aku menghela nafas pelan. Saking laparnya dan baru bertemu nasi (seharian makan bakso dan mie ayam), kami focus pada makanan kami. Kesunyian datang. Tiba-tiba dua orang laki-laki datang dan memesan makanan juga. Mereka duduk berseberangan dengan meja kami. Kami membayar semua makanan bersama-sama. Lalu melangkahkan kaki dengan cepat.
“Kenapa, mpok?” tanyaku pada Atik.“2 cowok yang tadi matanya merah gitu, pan.” Jawabnya.

Aku mulai mempercepat langkah juga. Tidak berapa lama, di depan sebuah hotel ada segerombolan cowok-cowok plus satu ekor anjing. Kami mulai takut. Cowok-cowok itu menggoda kami dengan perkataan seperti… ah sangat sulit mendeskripsikannya. Pokoknya seperti perkataan ‘aneh’ aku menyebutnya. Ade dan Hana semakin kebut. Aku dan Atik berusaha untuk menampilkan jalan sesantai mungkin. Karena kami pikir mereka akan senang kalau kami bisa lari terbirit-terbirit. Jantungku semakin berdegup. Rasa-rasanya ingin berlari sekencang-kencangnya. Tapi tidak mungkin. Aku takut anjingnya benar-benar akan mengejar kami. Huft. Syukurlah semua semakin lapang.

Cowok-cowok sudah berlalu. Waktunya masuk penginapan. dan segera beristirahat. Memeluk bantal dengan erat. Tidur di samping Hana.





Tidak ada komentar: