Senin, 23 Juli 2012

Ramadhan : 3rd day

Seharusnya hari ini menulis after having sahur. Tapi karena asik membaca buku Keydo karangan bunda Tatty Elmir yang sudah lama kutangguhkan akibat membaca buku Keown, Ross, Nafarin, dsb, aku jadi lupa harus buka blog. Kali ini, pak Quraish Sihab membahas tentang tafsir dari surat Al-Anfal ayat 19-26.

(ini yang paling saya ingat)
Menurut pak Quraish Sihab, kita mendengar untuk bias faham. Kita faham untuk memperkenankan. Ketika kita bias faham, maka kita memperkenankan diri untuk mengabdi pada Allah semata. Nah loh untuk bias mengabdi itu… tidak semua hal dapat kita dengar. Hal-hal positif, yang baik-baik saja yang dapat membuat kita faham untuk lalu memperkenankan diri mengabdi pada Allah semata. Tapi kalau kita mendengar hal yang tidak baik, maka kita pun tidak akan faham.
Kalau dipikir-pikir, bisa juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ingat hari pertama saat bulan Ramadhan. Pak Quraish menyatakan bahwa kita harus memperbaiki hubungan dasar kita dengan sesama. Untuk dapat memperkenankan diri memiliki dasar hubungan yang baik dengan sesama, kita harus faham sifat dan karakter satu sama lain, untuk dapat memahaminya, kita harus mendengar. Menurutku dalam artian bukan mendengar dari orang lain. tapi dengarlah dari orang yang bersangkutan. Misalnya, aku pengen tahu tentang A untuk bisa memahaminya. Maka aku harus bertanya pada A. bukan berkutat dengan kabar burung atau desas-desus tetangga. Kita harus membuka telinga kita lebar-lebar untuk mendengarkan satu sama lain. dengan begitu kita bisa lebih memahami satu sama lain. ketika memahami itu… maka dasar hubungan kita akan lebih baik. Memahami bukan berarti kita harus member perhatian ke banyak pria (karena saya wanita). Bayangkan, ketika kita bisa memahami lingkungan sekitar kita, tetangga kita, tahu dengan jelas karakter dan pribadi mereka, maka dapat dengan mudah kita menjaga perkataan dan sikap kita kepada mereka. Sehingga mereka pun tidak akan mudah terluka oleh kita. See? Mereka tidak terluka… hubungan baik terjalin… kita pun terhindar dari dosa. Aamiiin.
Ada kriteria binatang yang paling busuk di sisi Allah. Yaitu binatang yang bisu dan tuli. Bisu karena tidak mau menebar kebaikan dan kebenaran. Dan tuli karena tidak mau mendengar kebenaran. Bayangkan. Ketika kita menuli dan membisukan diri; maka kita lebih rendah bahkan dari binatang. Hmmm… waktu dulu SMA, aku belajar biologi. Sang guru member tahu bahwa hanya ada dua kelas besar di dunia; animalia dan plantae. Artinya hanya ada binatang dan tumbuhan. Aku percaya kalau kita masuk klasifikasi hewan. Tapi kita adalah binatang (hewan) dengan derajat paling tinggi karena Allah memberi pikiran pada diri kita. (sekilas saja). Jadi kalau sampai kita tuli dan bisu negatif, kita adalah binatang terburuk.

Allah membatasi manusia dengan hatinya. Maka dari itu Allah lebih mengetahui apa yang ada di hati kita. Allah Maha Menguasai hati manusia. Maka ketika hati berbolak-balik pun itu terjadi atas kehendak Allah. Ketika kita senang dan tidak senang, cinta dan tidak cinta. Sehingga Rasulullah saw pernah memohon kepada Allah untuk menjaga ketetapan hatinya.
Ketika sepasang kekasih yang dalam ikatan halal merasa khawatir akan hati pasangannya, maka sebaiknya berdoa kepada Allah. Memohon ketetapan hati pada pasangannya. Itu lebih mudah. Karena Allah yang Maha membolak-balik hati manusia. Dia juga yang menghendaki apa yang terjadi pada hati manusia. Tetapi jangan sampai kita menjadikan alasan atas lebih dekatnya Allah dengan hati kita untuk tidak beriman. Jangan sampai menduga bahwa iman kita Allah yang atur. Allah sesungguhnya memang dekat dengan hati kita, tapi untuk beriman, Allah memberkan kebebasan kepada kita untuk memilih.

*) saya tidak tahu banyak. Saya masih sangat bodoh. Yang saya lakukan hanya membagi apa yang saya dapat walau sedikit. Lebih baik berbagi sedikit tapi bermanfaat dari pada tidak berbagi bukan? Tulisan diatas bersumber dari Pak Quraish Sihab yang mengacu pada Tafsir Al-Misbah dibumbui sedikit pendapat penulis :D

Tidak ada komentar: