Senin, 21 Maret 2011

JELAJAH BY ANGKOT




Bismillahirrahmaanirrahiim

Hari pertama

Setelah sekian lama tidak pernah naik angkot, adalah… saat hari Sabtu kurang lebih dua minggu yang lalu. Mengapa Io tidak ikut denganku? Jawabannya adalah… karena waktu hari Sabtu itu, aku mengantar mama pergi ke Advent untuk check up, tetapi karena poliklinik tidak buka, maka mama, bapak, dan epang –adik kecilku- mengantarku pergi ke kampus untuk mengikuti siroh nabawiyah yang menyenangkan.

“Pulangnya ni ikut kajian di Masjid Raya Cipaganti dulu ya, mam… pa…” pamitku pada mama dan bapak yang siap melajukan lagi kijang hitam itu.

Waktu menjelang pukul 16.30 WIB. Aku dan “someone special” bergegas mencari angkot menuju Masjid Raya Cipaganti. Selesailah kajiannya. Tepat pukul 21.00 WIB kami berpisah dan aku pulang dengan angkutan kota Antapani-Ciroyom yang sudah penuh penumpang.

Aku menikmati suasana dalam angkutan kota. Dalam keadaan lelah, aku hanya tinggal duduk tanpa harus menarik gas io yang semakin longgar.

Singkatnya, aku menikmati suasana malam dalam angkutan kota tanpa harus tergesa-gesa seperti biasa saat mengendarai Io

Hari kedua

Setelah seharian mencari ilmu, Minggu ba’da isya aku pulang dari geger kalong hilir menuju antapani dengan angkutan kota Margahayu Ledeng sampai Cicadas. Lagi dan lagi aku menikmati perjalanan mencapai angkot Margahayu Ledeng. Aku berjalan cepat ketika banyak cowok-cowok duduk dipinggir jalan. Sesekali banyak lelaki yang menggoda dengan mengatakan, “Hai… ayo mampir.” Atau masih banyak lagi. Deg-degan memang. Imajinasiku langsung berterbangan, “bagaimana kalau aku diculik? Bagaimana…” yah… pertanyaan bagaimana ada dalam benakku.

Meskipun deg-degan lebih dominan, tak bisa kupungkiri bahwa hatiku merasa lega ketika masuk angkot antapani ciroyom. Kuperhatikan seluruh isi angkutan itu. Kulihat ada enam orang bocah manis berambut pendek. Yang kalau dilihat sepintas, mereka terlihat mirip. Ternyata mereka kakak-adik.

Memperhatikan mereka dengan kedua orang tua yang menemani membuatku begitu bahagia. “Subhanallah…” aku pun mau sebahagia itu. Senyum mereka semua begitu luar biasa. Sekali lagi kutegaskan; mereka pergi dengan angkot, bukan dengan mobil mewah. Artinya, kebersamaan akan mendatangkan kebahagiaan sekalipun kita tidak di kelilingi barang mewah. Namun kebersamaan itu haruslah dibarengi dengan rasa syukur.

Hari ketiga

Aku pergi ke kampus dengan angkot. Karena Io masuk RS alias bengkel. Kemaren bagian ban depan io berbunyi tiap kali kutarik gas dengan lembut. Alhasil, karena takut ada apa-apa… dengan ikhlas aku pergi ke kampus by angkot. Ternyata sekali lagi; NAIK ANGKOT ITU MENYENANGKAN. Aku hanya tinggal duduk manis. Kurang lebih 60 menit, tempat tujuan –geger kalong hilir- sudah tergapai.

Dari persimpangan tempat berhentinya angkot margahayu ledeng, aku memaksimalkan potensi betis dan kaki yang kumiliki. Kutelusuri jalan geger kalong hilir dengan sedikit gesit dari pada biasanya. “Nggak telat.” Yakinku dalam hati.

Alhamdulillah perjalanan hanya menghabiskan waktu 10 menit. Walau kaki terasa cenat cenut tak menentu. Tapi aku bersyukur. Karena dengan begitu, aku bisa olah raga pagi.

Singkat cerita…

Setelah bertemu dengan tambatan hati yang memberi ujian padaku, aku pulang dengan angkot kalapa ledeng dan turun di depan BEC. SENDIRI. Agak takut memang. Tapi aku sangat menikmatinya.

Aku menikmati malam dimana aku harus berbaur dengan penumpang lain yang tidak kukenal. Aku menikmati ketika aku harus berjalan untuk mencari angkot menuju Antapani. Aku menikmati setiap detik dalam angkot dengan menganalisa lingkungan sekitarku. Aku menikmati berdua dengannya dalam angkot. Aku menikmatinya… dan semoga kenikmatan itu merupakan realisasi dari syukurku pada-Nya.

Jadi ketagihan naik angkot :D


pict :

http://1.bp.blogspot.com/

http://ngerewis.files.wordpress.com/

http://2.bp.blogspot.com/

Tidak ada komentar: